.
.
.
.Hawa yang terasa mulai gerah membuat seonggok manusia manis bergerak gelisah..
Selimut yang hampir menutupi keseluruhan tubuhnya, kecuali kepalanya itu membuka kelopak matanya.Matanya menyamankan sinar pada sekeliling ruangan.
Hingga pandangan pemuda manis itu tanpa sengaja terjatuh pada bingkai foto yang terpajang di dinding. Bibirnya bergerak bergumam "kak Allen?"Setelah beberapa saat matanya seketika membelalak, menyadari sesuatu Denne langsung berniat bangun dari acara tidurnya.. namun pergerakan nya terhenti karena ada tangan besar yang melingkar pada perut dan memeluknya erat dari belakang.
Ah ya Denne ingat.. sekarang dia sedang bersama Allen. Bahkan dari semalam mereka tidur dalam satu ranjang.
Benar-benar tidur, bukan hal yang lain.
Denne yang sesak akibat rangkulan tangan Allen pada perutnya, berusaha menyingkirkan tangan besar pemuda itu perlahan.
Namun Allen justru semakin mempererat dekapannya pada tubuh yang lebih mungil darinya itu.
Posisi yang sedikit ambigu dan cukup intens membuat wajah Denne berubah menjadi memerah.
Kenapa dia menjadi begini?
Sedangkan Allen sendiri yang ternyata juga sudah terjaga beberapa menit lalu, sengaja tidak membiarkan Denne terlepas dengan mudah darinya.
Allen mencium aroma tubuh Denne yang membuat hasrat muda dalam diri nya bergejolak.
Ah ingat bahwa dia harus membatasi diri mulai saat ini.Allen menarik nafas pelan, udara yang masuk terasa berat ke rongga dadanya.
Baru semalam Denne mau berbaik hati berbicara padanya, tidak mungkin pemuda itu akan bertindak kasar lagi seperti biasanya.
Namun ingin sekali Allen bisa menyentuh kulit halus di balik kaos kebesaran miliknya yang di pakai Denne.
Di sisi lain pemuda yang lebih muda kembali bergerak tak nyaman.
Allen pun sedikit melonggarkan dekapan nya.
"Mau kemana?.."Denne reflek membalikkan tubuhnya saat mendengar suara Allen yang tiba-tiba, hingga wajah mereka saling berhadapan dan mata mereka bertemu tatap.
"Ka-mu udah bangun dari kapan?" Denne merasa malu.
"Barusan.. but Denne, serius.. gua janji untuk bersikap baik dan gua akan berusaha buat berubah. Jadi jangan kemana-mana lagi.." bisik Allen.
Denne yang mendengar nya bukannya menanggapi, justru tangannya terulur dan menempelkan punggung tangan kanannya pada kening Allen.
"Al-allen kayak nya udah sembuh" Denne.
Allen tergelak "ya sudah, pasti lu pikir gua ngomong gitu karena efek masih demam kan.."
Denne menarik tangannya kembali, namun kemudian mendorong wajah Allen untuk menjauh darinya.
Di tatap intens begitu membuatnya merinding.
"Mwaapin ghuwa" kata Allen tidak jelas, lalu menarik tangan Denne dari wajah nya..
"Maafin gua" ulang Allen.
"Udah di maafin dari lama" Denne.
"Serius?" Allen.
"Iya, Tapi.." Denne.
Allen sedikit gugup mendengar kata 'tapi' itu.
"Tapi apa..??"
"A-aku juga masih ma-marah, kamu kurang ajar!" Nampak nada suara Denne agak meninggi, rasa marah nya kembali menguar. Apa lagi mengingat semua kelakuan buruk Allen selama ini pada nya, pelecehan dan pembullyan.