Mendengar penuturan Allen, mata Denne membulat sempurna..
Tidak..
Jika lebih dari ciuman Denne tidak mau, dia masih trauma, perut dan tubuh bagian bawahnya bahkan tiba-tiba terasa nyeri..
Mungkin efek kejadian terakhir yang Allen lakukan padanya masih membekas..Denne bergerak gelisah, apa lagi saat Allen yang terus menatap penuh keinginan pada nya..
Wajah memelas pemuda di atasnya tak sedikitpun membuat Denne merasa kasihan."Denne..?"
Allen yang memanggilnya lembut, justru membuat Denne semakin tak karuan.. dia amat gelisah..
Allendra yang tau Denne berusaha lepas dari nya, merasakan denyut nyeri di hatinya..
Mata dan pipi Denne nampak memerah, dengan bibir yang mulai bergetar.
Allendra tanpa pikir panjang memeluk tubuh kecil dibawahnya, yang di balas dengan dorongan kecil yang menandakan bahwa pemuda manis itu menolak perlakuan nya.Tapi pada akhirnya Denne yang tidak bisa melepaskan diri hanya pasrah, dengan perasaan yang bercampur aduk.
Ketika dirasa Denne mulai sedikit tenang, Allen perlahan membuka mulut nya..
"Maaf.. maaf please, Don't avoid me anymore.. Denne sorry" ucap lirih pemuda yang lebih tua itu kemudian cukup putus asa.
Wajahnya di sembunyikan di bahu sempit Denne, nafasnya menerpa sekitar perpotongan leher putih Denne yang membuat Denne merinding.
Panas tubuh Allen masih sedikit terasa, meski terhalang kain pada tubuh mereka masing-masing.Denne yang awalnya gelisah termenung, merasa ada sesuatu yang janggal.. Denne dapat merasakan bahunya basah dan hangat..
"Sorry.." gumaman lirih Allen kembali terdengar, suaranya pun terdengar bergetar..
Wait..
Apakah Denne salah?
Sungguh, Allen menangis?
...
Denne mengamati wajah Allen yang masih terlihat sembab, dengan hidung mancungnya yang memerah..
Padahal sebelumnya Denne lah yang hampir akan menangis, tapi kenapa yang sekarang berwajah sembab justru pemuda yang kini duduk menghadap ke arahnya, tepat di bawah kaki Denne yang terjuntai.Posisinya kini, Denne duduk tepat dipinggiran ranjang, dan Allen yang duduk di lantai tepat dibawah kakinya, dengan kedua lutut di tekuk kebelakang..
Denne melihat wajah Allendra yang memerah dan sembab begitu, cukup konyol bagi Denne.. dan sedikit.. errrr.. lucu.
"K-kamu Allendra?" Denne.
Pertanyaan Denne sukses membuat Allen mengerutkan keningnya dengan raut wajah yang amat bingung.
"Gu- aku Allendra.."
Mata Denne kembali membulat..
Allendra menggunakan kata 'aku' , tidak seperti biasanya, pemuda itu selalu berbicara menggunakan sebutan yang tidak biasa Denne gunakan.Allen tau Denne pasti bingung dengan sikapnya barusan, dia segera meraih kedua telapak tangan Denne dari atas paha pemuda manis itu.
Lalu menggenggamnya dengan sedikit bertenaga."Jangan bingung.. sekarang kalo lo mau pukul atau maki-maki gua, lakuin.." kata Allendra seolah itu bukanlah hal yang sulit.
Semakin membuat Denne tidak mengerti..
Allen membawa kedua tangan Denne menangkup wajahnya..
Hingga membuat Denne dapat merasakan suhu panas pada tubuh Allen yang sepertinya belum benar-benar turun."Lakuin.. sekarang gua adalah tawanan lo dan lo yang berkuasa" kata Allendra sembari menutup matanya menikmati betapa halus telapak tangan Denne dipipinya..
Jika boleh jujur.. Denne sebenarnya sangat ingin meninju wajah Allen, merontokkan gigi pemuda itu hingga habis.. mengingat perlakuan kasar Allen padanya selama ini.
Tapi Denne tidak berniat benar-benar melakukannya.. itu hanya keinginan semata.
Allendra mengecup salah satu telapak tangan Denne, membuat si pemilik tangan terkesiap..
Lamunan akan rencana semata Denne terbuyarkan."Allen.. geli.." Denne menarik tangan nya, sedangkan Allen hanya pasrah ketika tangan lembut itu lepas dari genggaman nya.
Dan tanpa Allendra duga..
Plakk//
Wajah Allen sampai tertoleh ke samping, tamparan Denne cukup kuat hingga selain membuat Allen sedikit kesakitan.. juga membuat denyutan nyeri di rongga dada pemuda itu kembali.
Padahal dia yang meminta Denne untuk melakukan nya, tapi dia juga yang merasa sakit hati.
Allen mengepalkan kedua tangannya, membuat Denne yang baru sadar akan perlakuan nya tadi ketakutan.
Apa lagi ketika rahang Allen nampak mengeras..
"A-allen.. aku-"
"Denne.. pukul gua lagi, sepuas lu" kata Allen meruntuhkan kesalahpahaman Denne yang sesaat lalu melintas dipikirannya.
Bukannya melakukan seperti yang di katakan Allen, Denne justru menarik Allen dan memeluknya..
Allen sangat terkejut.. dan seketika membuat kepalan tangan nya melemah dan rahangnya kembali melemas..
"K-kamu membuat ku takut tadi" ucap Denne jujur memeluk erat bahu Allen.
Tanpa sadar Allen tersenyum samar, detak jantung nya kini yang berdetak dengan kencang beserta desiran keras di hati nya..
Perasaan apa ini?
"Sorry.." hanya itu yang bisa Allendra ucapkan lagi.
Bahkan hasrat yang sebelumnya membara, menguar begitu saja..
Allen segera membalas pelukan hangat itu dan menyembunyikan wajahnya tepat di dada Denne.."Jangan benci gua.." lirih Allendra namun masih dapat Denne dengar dengan jelas..
Denne tidak menjawab.. bahkan diri nya sendiri pun kini tidak tau, sebenarnya apakah dia masih membenci Allen atau tidak.
Denne bingung..
.
.
.
.
.
.Selain ada sorry dari Allen buat Denne, ada jg sorry dari saya buat readers.. :'‹ bab² yg pgn nya gua skip aja.. soalnya pusing. Tp sialnya.. ttep diharuskan di tulis. ^^
Gua spill dkit ya, ini tu sbnrnya blm konflik yg sesungguhnya.. :'D
yg berat itu bkn ttg Allen yg ego & gengsinya tinggi, tp.. (aha.. itu msh rahasia).Btw yg slh sebut nama Denne, di cek lg ya ^^
Denne.. bkn danne, dinne, danna atau apalah..^^Tinggalkan jejak votment kalian~ terimakasih banyak, saya sangat mengapresiasi utk semua yg mau mampir kesini.. kalian itu yg bkin sayaaa berusaha narik mood buat lnjut nulis.. <3 <3 apa lg krn smpet depresi kerjaan jg wkk.
Ya smg jg cerita ini tdk trlupakann..
