11 (Ringan)

27 3 0
                                    

Aditama Dhirendra adalah anak bungsu dari keluarga Dhirendra yang terkenal karena perusahaannya yang berkembang pesat, yakni perusahaan yang bergerak dalam bidang farmasi.

Alan Dhirendra dan Alin Dhirendra adalah pasangan suami istri yang terkenal akan gerakan sosialnya yang sering membantu anak-anak miskin di panti asuhan.

Mungkin di benak masyarakat beranggapan bahwa keluarga Dhirendra adalah keluarga cemara dan mulia.

Tapi, semuanya itu tidak benar, dikarenakan Alan dan Alin hanya mengekspos anak sulung mereka, Araza Dhirendra.

Karena Araza adalah pewaris selanjutnya dari perusahaan tersebut.

Dikatakan kalau pasangan itu hanya memiliki satu anak tunggal saja, tapi kenyataannya ada putra bungsu yang menjadi samsak karena menjadi aib.

Dikatakan kalau Adit itu anak yang autis dan gila karena sering berbicara sendiri layaknya memiliki teman imajinasi.

Itulah membuat dia sering disiksa oleh keluarganya, bahkan sering membuat dia trauma akan kejadian itu.

Hal yang paling membekas dalam ingatannya, yakni ketika Adit dikurung dalam basement yang penuh kegelapan dan penuh dengan hewan-hewan yang menggeliat.

Yang membuatnya penuh kegelisahan dan ketakutan akan namanya ruangan basement.

Begitu terus hingga membuat psikologis anak itu terganggu dan membuatnya semakin tidak waras.

Araza bahkan menyewa seorang ahli psikiater untuk memulihkan gangguan psikologis adiknya agar tidak membuat nama malu keluarganya, tapi ahli psikiater tersebut tidak dapat membantu sama sekali.

Dia mengidap skizofrenia dan halusinasi berlebih sehingga tidak bisa membedakan yang nyata maupun yang tidak nyata.

Itulah membuat dia semakin disiksa oleh keluarganya, bahkan sempat terbesit dalam benak mereka untuk membuangnya atau membunuhnya.

Tapi, sebelum rencana itu terlaksana, keluarga itu mengalami kecelakaan parah sehingga menyisakan dia seorang diri yang melarikan diri dari rumah tidak cemara tersebut.

Hanya ada satu orang saja yang senantiasa menyemangatinya, yakni Akratama Kansai.

Begitulah cerita dari Aditama Dhirendra.

Sebuah cerita yang terlupakan oleh Wisteria dan Sasha, padahal Arka sering menceritakan hal tersebut kepada mereka berdua, tapi sering terlupakan.

"Tunggu sebentar, berarti ceritamu itu...."

"Asli," Jawab Singkat Arka yang membuat hati Wisteria dan Sasha merasa sesak, "Kupikir kalian tidak melupakannya karena kalian sering mendengar namanya, namun rupanya tidak."

Sasha seperti mengingat suatu momen ketika Adit sedang berbicara sendiri di uks, "Tunggu dulu.... Nama dari teman imajinasi Adit itu...."

Wisteria mendongak Arka dengan kakunya, "Arkatama Kansais?"

Waode dan Devi langsung menaruh atensi mereka kepada Arka yang terdiam.

Arka mengedikkan bahunya, "Sepertinya dia buruk dalam mengingat nama, Akratama Kansai adalah nama sahabat imajinasinya, bukan aku."

Disitulah Devi mendapatkan letak keanehan dalam kalimat Arka, "Intinya, Adit bilang kalau sahabatnya itu Arka dan Arka berkata kalau Adit bersahabat dengan Akra, sebenarnya.... Siapa yang bersahabat dengan Adit?"

Wisteria dan Sasha pun ikut berpikir juga karena merasa heran juga akan jawaban Arka barusan.

"Bodoh, padahal Akra adalah sahabat sebenarnya dan aku sendiri adalah sahabatnya dari dunia nyata.... Katakan saja Akra itu sahabat imajinasi dan aku adalah sahabat nyatanya," Tutur Arka yang membuat Waode sakit kepala.

Devi berpikir sejenak dan menemukan inti permasalahan, "Maksudmu Adit sering salah mengira jika kau itu Akra?"

Arka mengangguk, "Tepat, karena dia tidak dapat membedakan hal nyata dan ilusi dibuatnya."

Akhirnya terpecahkan sahabat Adit sebenarnya, yakni Akra dalam imajinasi dan Arka dalam nyata.

Tapi, ada yang terlewatkan oleh Devi, yakni soal bagaimana Arka mengetahui kehidupan Adit.

Begitulah yang dipikirkan Waode setelah mencerna semua cerita abstrak barusan.

Tampaknya Devi juga mendapatkan sebuah celah besar dalam cerita Arka barusan, "Darimana kau tau?"

Wisteria dan Sasha pun dibuat berpikir lagi, kapan Arka mengetahui cerita itu? Darimana? Sejak kapan?

Arka sendiri terdiam beberapa saat, "Hm, rahasia."

Wisteria langsung mendapatkan sebuah keanehan lagi dalam ingatannya, "Apakah kau si pemuda asing yang terus meneror Kota Kildare?"

Sasha pun sekarang mengingat apa yang dimaksud Wisteria saat mereka berjalan-jalan di depan Minimarket Inalfa.

Arka hanya memasang mimik berwajah datar saja, "Hah, kalian bercanda.... Bukan aku pelakunya, karena aku sering mendapatkan kabar dia dari pembicaraan handphone."

Wisteria dan Sasha seakan tidak puas dengan jawaban Arka.

Arka tersenyum kecil sebuah hal yang membuat keempatnya sedikit merinding, karena senyumnya tidak tampak bahagia ataupun sedih, melainkan menyeramkan.

"Aku sering bertelepon dengan dia saat dia sudah kabur dari rumah tidak cemara tersebut.

Dia sering menceritakan berbagai hal mengenai hidupnya- oh, aku menjumpainya dari sebuah aplikasi online yang bernama Frichat.

Tampak waktu dia lebih mempercayakan hal ini kepadaku, di banding orang asing.

Kemudian, aku dan dia pun semakin dekat, setelahnya.... Aku dan dia bersepakat untuk saling bertemu di Aestheticoffe.

Kulihat wajahnya berantakan, dia bercerita kepadaku kalau ketika menuju ke sini, dia dicegat oleh si pemabuk jalanan yang berakhir dia dipukul.

Singkatnya, aku dan dia semakin dekat, rencananya aku ingin mengajaknya ke apartemenku, tapi dia duluan menghilang dan kontaknya tidak dapat dihubungi.

Itulah membuatku datang kesini untuk mencari tau, mengapa dia menghilang dariku."

Kini, keempatnya dalam benak masing-masing bersepakat jika Arka bukanlah pelakunya, hanya saja kebetulan berada di tempat kejadian saja.

Arka menghela nafas dengan lega, karena kebohongan yang terus diucapkan olehnya semakin liar.

Wisteria, Sasha, Devi dan Waode berjalan keluar setelah berpamitan serta meminta maaf kepada Arka atas kegaduhan dibuat oleh mereka.

Baru saja Wisteria turun tangga, Wisteria baru saja mengingat beberapa hal.

Wisteria bergegas menuju ke arah Arka untuk menanyakan hal penting tersebut.

Arka hampir saja mengunci pintu jika tangan Wisteria menghalangi pintu Arka.

Arka berdecak kesal karena Wisteria terus mengganggunya, tapi Wisteria tampak serius ingin membicarakan suatu hal.

"Apa yang kau lakukan di tempat kejadian pembunuhan pak tua pemabuk itu?"

Arka berpikir sejenak mengingat-ngingat tindakannya barusan, "Ah, aku hanya kebetulan lewat dan terpikirkan cerita dia mengenai dia dihalangi oleh si pemabuk jalanan, apa jangan-jangan si pemabuk itu orang yang sama."

Wisteria bernafas lega, "Maaf menuduh lagi, sepertinya aku berpikir negatif terus."

Barulah Wisteria pergi meninggalkan Arka yang menatap horor mereka berempat, "Seharusnya aku melenyapkan mereka sekaligus."

. . . . .

Keesokan harinya.
Arka bangun subuh jam 03.10 untuk melancarkan aksinya, yakni melakukan serangkaian pembunuhan kepada Nanda dan Nando, Waode, Devi dan kedua pasangan insan.

Bisa juga menyingkirkan Dashad dan Chavez serta teman-teman Sasha yang merepotkan.

Ia keluar dari kamar rusunnya secara diam-diam dan langsung bergegas rumah targetnya masing-masing.

Tidak lupa juga membawa banyak bensin dan berbagai benda tajam lainnya.

Ia tidak main-main dengan aksinya, harus segera melenyapkan hal yang mengganggu rencananya kedepannya.

Arka N Adit: 2 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang