#34 (He Knows)

53 6 1
                                    

Baru saja Elena masuk ke dalam rumah, Damian sudah berdiri di tengah ruang keluarga. Elena sudah tau bahwa dia ada dalam masalah.

Belum Elena sempat mengeluarkan satu kata, Damian sudah menampar pipi kanan Elena.

"Kali ini apa lagi? aku sudah lelah, biarkan aku istirahat" Ucap Elena heran.

"Beraninya kau berhubungan dengannya" Ucap Damian dengan sangat marah.

"Dengan siapa? Memangnya apa yang ayah ketahui tentang itu" Ucap Elena masih bersabar.

"Kau tidak berhak untuk menjawabku sekarang nona muda!"

"Aku bebas untuk mengatakan apapun!"

"Putuskan dia! atau..."

"Atau ayah akan melakukan sesuatu yang buruk kepadanya, Severus" Ancam Damian.

"SIAPA YANG MEMBERITAHU AYAHH??" Ucap Elena dengan shock dan marah.

"Kau tidak perlu tahu dari mana aku mengetahui hubungan tidak bergunamu dengan Severus menyedihkan itu"

"DIA TIDAK MENYEDIHKAN!" Bentak Elena.

"Putuskan. Sekarang!" Ucap Damian dengan nada yang semakin tinggi.

"Tidak"

"Kau ini..."

"TAMPAR AKU. PUKUL AKU. JIKA ITU MEMBUAT AYAH SENANG, LAKUKANLAHH. TAPI AKU TIDAK AKAN MENGAKHIRI HUBUNGANKU DENGAN SEVERUS" Bentak Elena.

Kemudian tamparan keras mendarat di pipi kanan Elena. Setetes darah mulai sedikit mengalir di bibir bagian pinggir.

"Sudahlah Elena. Turuti saja kata ayahmu, dari pada kau seperti ini terus" Ucap Lorein.

"Aku tidak butuh saran darimu" Ucap Elena ketus.

"Anak kurang ajar!" Ucap Lorein yang kemudian hendak menampar Lorein.

Saat hendak ingin menampar Elena, dengan sigap Elena segera menangkap tangan ibu tirinya itu dan mencengkramnya dengan sangat kuat.

"Kau tidak berhak menyentuhku. Jauhkan tangan kotor ini dari hadapanku. Jika tidak, kau akan kehilangan satu tanganmu sekarang"

"Lepaskan!"

"dan satu hal yang perlu kau tahu. KAU BUKAN DAN TIDAK AKAN PERNAH MENJADI IBUKU" Ucap Elena sambil menunjuk kearah ibu tirinya itu.

Elena segera pergi meninggalkan ayah dan ibu tirinya itu. Elena sudah muak dengan mereka berdua. Jujur saja, Elena sangat takut ayahnya akan melakukan sesuatu yang buruk kepada Severus. Tapi Elena tidak ingin mengakhiri hubungannya dengan Severus, karena Severus satu - satunya orang yang sangat mengerti Elena dan mencintai Elena lebih dari apapun. Sesampainya di kamar, Elena segera membersihkan luka yang ada di pinggir bibirnya itu. Setelah itu dia menulis surat untuk Severus dan pergi tidur.

*****

Malam harinya, ternyata Emily sudah pulang dari kantor Kementrian Sihir. Karena sudah lama tidak bertemu dengan Elena, Emily masuk ke dalam kamar Elena untuk mengobrol.

Tok...Tok...Tok...

"Hi Elena, sudah lama kita tidak bertemu. Merindukanku?" Ucap Emily.

"Tidak. Tolong sekarang keluar, aku tidak ingin bertemu dengan siapapun" Ucap Elena ketus.

"Ayolah kau tidak merindukan kakakmu ini?"

"Kau tuli? aku bilang keluar!"

"Ada apa denganmu Elena? Kenapa kau selalu marah denganku, memangnya apa salahku?. Aku selalu berusaha untuk dekat denganmu, tapi kenapa kau malah menjauh? Ayo sudah tidak tahan lagi" Ucap Emily.

"Tidak tahan? ya sudah pergilah" Usir Elena.

"Baiklah, tapi jangan berharap aku akan membelamu saat ayah menyiksamu" Ucap Emily.

"Aku tidak peduli. Lagi pula kau tidak pernah melakukan apapun sejak ibu meninggal" Ucap Elena ketus.

Percakapan itu pun berakhir. Emily merasa kecewa karena Elena seperti tidak peduli dengannya padahal dulu mereka lumayan dekat. Sejak ibu kandung mereka meninggal, hubungan antara Emily dengan Elena menjadi renggang. tidak tahu apa penyebabnya.

Tak lama kemudian, burung hantu milik Elena datang dengan membawa sepucuk surat. Surat itu berasal dari Severus. Bukannya langsung membuka surat itu, Elena malah menatap surat itu cukup lama.

"Aku merindukanmu Severus. Aku ingin segera pergi dari rumah ini. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku takut sudah tidak sanggup untuk bertahan" Ucap Elena sambil nangis terisak - isak.

TBC
--------------
See you in chapter 35 ❤️‍🩹

𝐌𝐲 𝐕𝐮𝐥𝐧𝐞𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐧𝐞𝐧𝐭𝐮𝐫 [Severus Snape]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang