Aa

3K 134 2
                                    

Mension megah bahkan setiap dinding berlapiskan oleh marmer. Ruang tamu di dominasi oleh warna putih tapi tidak mengurangi ke eleganan tersebut.

Namun hanya disayangkan mension itu terlihat sepi bahkan hanya ada para maid yang berlalu lalang dari keluar pintu masuk untuk melakukan perkerjaan.

Siang hari bahkan menuju petang mension itu kelihatan sepi dan tenang tapi jika sudah memasuki waktu malam, semua berubah menjadi mencekam yang terdengar hanya ada suara bentakan dan rintihan.

"lain kali kamu kalo di bilangin denger! Saya sudah bosan menasehati kamu"

Cetaz

Suara keras dari pukulan ikat pinggang bergesekan dengan kulit terdengar begitu jelas di dalam kamar sang pemilik yang tengah merintih kesakitan.

"kamu makin hari, makin gabisa di atur,
Mau jadi apa kamu hah? Keren kamu pulang jam segini? Saya itu malu punya anak seperti kamu yang kerjaannya cuman bisa keluyuran, bodoh, gabisa di andalkan" bentak seorang pria paruh baya kepada seorang anak perempuan atau bisa di bilang remaja yang tengah terduduk lemas di lantai.

Selesai dengan bentakan pria tersebut atau orang yang sebagai kepala keluarga dari keluarga Natieon kembali melayangkan cambukan ikat pinggangnya.

Dia adalah Sean herlangga Natieon yang kini tengah melakukan aksi setiap malamnya yaitu kekerasan fisik terhadap anak kandungnya sendiri.

Christy adalah korban kekerasan dari ayahnya, setiap kali jika ada masalah sean akan menghukum dirinya.

Walaupun bukan kesalahan yang diperbuatnya tetap saja ia akan menerima kekerasan dari ayahnya sendiri.

Semua orang yang berada di dalam mension tidak berani mencegah amarah sean bahkan istrinya sendiri.

Kekejaman dan keangkuhan itu telah merenggut diri sean, matanya seakan telah di tutup oleh cahaya hitam untuk melakukan tindakan lebih kepada anak bungsunya yaitu christy.

Malam ini christy melakukan kesalahan besar dimana dia harus pulang tepat di jam 01.00 sebenarnya bukan tanpa alasan dia melakukan itu tapi belum sempat berbicara untuk memberikan alasan, sang ayah sudah lebih dahulu memprovokasi.

"a-ayah sakit"

"ini pantes buat kamu anak nakal. Saya sudah sering kali memperingati kamu untuk tidak pulang lewat dari jam 22.00"

"hari ini saya akan memberi tau kamu, apa arti pulang malam" lanjut sean yang melemparkan ikat pinggang ke segala arah yang sempat di pegangnya.

Plak

Plak

Plak

Beberapa tamparan berhasil di dapatkan oleh christy tepat di wajah mulusnya.
Luka lebam kini menghiasi area pipi dan sudut bibir sudah mengeluarkan cairan merah.

"ayah, aku sakit"

"segini aja kamu udah kesakitan, bodoh"

"ak-aku minta maaf, please jangan lagi"

Sean menyeringai ke arahnya lalu mendekat dan mencengkeram lehernya dengan kencang. "kamu itu neraka di kehidupan saya christy, kamu penghancur di keluarga ini."

Setelah berucap seperti itu, sean segera keluar dari kamar miliknya. Sekarang menyisakan christy sendirian dalam keadaan sangat kacau yang menandakan dirinya benar-benar hancur lebur.

Christy bangkit untuk duduk lalu menyenderkan tubuhnya di meja belajar sembari tersenyum tapi senyuman itu bukan mengartikan kebahagiaan melainkan rasa sedih yang mungkin tak kunjung hilang. "ayah beneran gamau dengerin penjelasan aku pulang malam? Kenapa dia tiba-tiba main pukul aja tanpa mau bertanya? Itu bawaan marah karena sayang atau memang pada dasarnya ayah benci sama aku?"

Kehidupan Ch2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang