Al

1K 118 5
                                    


Suasana rumah familly natieon kembali kondusif, aktivitas berjalan seperti biasa dan siska sudah di perbolehkan pulang satu minggu yang lalu.

Hubungan antara chika dan christy juga mulai membaik namun masih ketutup gengsi dan bayangan beberapa tahun yang lalu masih tersimpan di pikiran chika.

Dia bingung, rasa bencinya setara dengan rasa sayangnya. Dirinya terlalu egois memikirkan semua ini, tidak mungkin selamanya dia harus membenci adiknya tapi, mengingat berapa kali hampir runtuhnya rumah tangga orang tuanya disebabkan oleh christy.

Di saat seperti ini dia memang butuh telinga untuk mendengar keluh kesahnya.
Chika hanyalah manusia biasa yang punya kekurangan, dia tidak se-sempurna itu.

Jika banyak orang yang mengatakan dirinya adalah kakak terburuk atau egois dan kasar, nyatanya pernyataan yang di lontarkan itu salah. Orang lain tidak pernah melihat perjuangannya di belakang, apalagi saat keadaan seperti ini.

Chika mungkin bisa depresi, karena sudah berapa kali melakukan pergolakan batin.
Memang benar, berdamai dengan pikiran sendiri itu sulit, di tambah harus melawan keegoisan sendiri.

Di meja makan sudah penuh dengan formasi lengkap tapi, hawanya berbeda atau bisa di bilang senyap bahkan hanya suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

"zee kamu pulang bareng siapa nanti?" tanya chika memecahkan hening di meja makan tersebut.

Zee masih mengunyah lalu menatap ke arah kakaknya dan tersenyum.
"bareng cepio dong! lagian aku habis pulang langsung hang out bareng dia"

Chika mendesis pelan, dengan tatapan geli
"iya deh sipaling hang out bareng cepio"

"iri? bilang bos!!"

"ngapain iri, gitu doang mah kakak bisa!"

"paling sama si osis jutek itu" cibir zee

"freya?" kekeh siska melirik ke arah putri sulungnya yang di balas anggukan dari zee sedangkan sang empu mencabik bibirnya dengan kesal.

"dih gamau sama tu orang, galak!"

"yang bener kak?"

"mending sama tian-"

Brak

Ucapan chika terpotong di kala sean yang tiba-tiba menggebrak meja dengan keras menggunakan tangannya.

"kamu masih berhubungan sama anak iu?" Tanya sean dengan pelan tapi tajam.

Christy baru saja menegak gelas berisikan susu itupun tersedak setelah mendengar gebrakan meja dari sean.

Siska langsung menepuk pelan punggung belakang anaknya itu dengan teguran kecil "pelan-pelan minumnya christy"

"jawab ayah chika!"

Dengan keberanian yang ada chika menatap ayahnya sedikit was-was.
"aku udah gak ada hubungan apa-apa sama dia kok. Lagian tadi aku cuman bercanda"

"dengarkan baik-baik! Jika ayah tau kamu masih berhubungan dengan anak itu. Ayah gabakalan segan buat bunuh dia!"

Semua langsung diam terutama chika. Bahkan siska tidak berani membela putrinya karena pasalnya jika sean sudah mengeluarkan kata-kata seperti itu dengan nada rendah, dia percaya bahwa sean sedang tidak main-main dengan ucapannya.

Itu bukan hanya sebuah gertakan ataupun ancaman biasa tapi sudah termasuk sebuah tindakan. Diam perlahan tapi pasti itu adalah moto hidup seorang kepala keluarga natieon.

Chika sudah tau jikalau setelah ini dirinya akan di pantau habisan oleh orang suruhan ayahnya.

"gini banget nasib gua"

Kehidupan Ch2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang