Sepuluh.

495 60 3
                                    

Lima hari telah terlewati begitu saja, dan kabar baiknya, hari ini adalah hari sabtu yang selalu di agung agungkan itu. Karena tak ada aktivitas yang memberatkan tentu saja- karena libur. Entah lah ya, mungkin sebagian orang di luar sana tak mengaggap berlebihan keistimewaan dari hari sabtu ini, tapi lain halnya dengan Raden. Anak itu sangat senang karena bisa bermalas malasan di rumah- tanpa harus terbeban dengan tugas tugas kuliah.

Aman sih ges, Raden sudah lebih dulu menyelesaikan semua tugas agar tak mengganggu hari agungnya.

Raden sedang berbaring di atas kasurnya dengan menaikan kedua kakinya di atas tembok sambil menggoyangkan ke kanan dan ke kiri.

" Hari ini enaknya ngapain ya?? "

" Tiduran aja ga sih sampe malem?"

" Yang bener aja lo Raden. Latihan meninggal itu namanya "

"Hah kok jadi bosen sih "

Kira kira seperti itu lah gumaman kecil yang keluar dari mulut anak itu.

" Arghh gue gaakan bosen kalo aja ni hape ga habis daya- dasar ngeselin lo hape! " omelnya kemudian melempar asal ponselnya.

Ah iya!!

Otak nya yang tak terlalu pintar itu tiba tiba mengingat sesuatu.

Raden bangun dari tidurnya dengan segera berlari kecil ke arah lemari belajar lalu membuka salah satu laci meja nya- mengambil satu Canva juga Cat Acrylic yang kapan lalu ia beli.

Anak itu mendudukan dirinya di kursi yang dikhusus-kan sepaket dengan meja belajarnya.

Raden melirik pada beberapa lukisannya kemudian tersenyum tipis " hari ini lukis apa ya " gumamnya.

Namun kebingungan tak berlangsung lama, dengan cepat sebuah ide muncul. Mulailah tangan kecil itu dengan lincah menari bersama kuas- mencampuri beberapa warna yang akan menghasilkan sebuah karya indah.

Sampai berjam jam lamanya Raden tenggelam dengan dunianya sendiri. Fakta baru yang harus kalian ketahui, selain menyukai langit.. Raden juga sangat mahir melukis. Hanya saja anak itu tak menunjukan bakatnya itu.. alasannya- ia merasa kurang percaya diri lagipula dia hanya senang melukis karena dapat memberikan ketenangan bagi pikiran.

" Aden.. Adenn " suara dan ketukan pintu dari bibinya di luar mengalihkan fokusnya.

" Iya bi!! Sebentar "

Raden bangun dari posisi duduknya merenggangkan otot pinggulnya setelah itu berjalan untuk membukakan pintu.

" kenapa bi? " tanya Raden saat sudah melihat sang bibi yang tengah berdiri di depannya.

" ituuu.. ada oma Aden di bawah. Terus nyuruh bibi buat manggil kamu " tutur sang bibi yang di balas anggukan kepala dari Raden.

" oh yaudah bi. Aden rapiin dulu meja bekas ngelukis tadi " ujar Raden melirik sedikit ke dalam kamar tepatnya pada meja belajarnya.

" Ohh yausudah bibi turun ke bawah.. kasih tau oma Aden dulu yah "

" Iya bi.. makasih ya "

Setelah bibi nya turun ke bawah. Raden masuk ke kamarnya merapikan meja- kemudian menyimpan lukisannya yang belum selesai di dalam laci.

Hendak keluar- raden melirik sekilas pada ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas kasur. Dengan malas ia berjalan mengambil benda pipih itu lalu mengisi daya nya- dan segera keluar dari kamar menuju ke dapur.

Karena sudah pasti oma-nya berada di sana.

" Hai omaa " sapa Raden saat melihat oma nya tengah asik mengeluarkan beberapa tapperware dan Rantangan dari dalam paper bag.

Wanna Be Yours HyuckRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang