duapuluhtiga

489 41 5
                                    

Pagi hari tidak selalu bisa dirasakan dengan cahaya matahari yang menyilaukan pandangan atau burung berkicau, juga suasana yang tenang dan damai. Karena saat ini dua insan manusia sedang terlelap di dalam ruangan putih dengan lampu sebagai penerang. Terlalu asik mendalami dunia mimpi hingga tak tersadar kalau malam sudah berganti menjadi pagi hari.

Raden masih setia menutup matanya sambil tidur menyamping dengan satu tangan dia selipkan di bawah bantal andalan posisi ternyaman pemuda kecil itu. Sedangkan haikal sendiri saat ini juga terlelap pulas di salah satu sofa panjang yang tersedia. Haikal itu sangat tinggi sekali makannya sofa panjang yang digunakan untuk berbaring pun tak bisa menopang seluruh tubuh pemuda itu. Hingga menyisakan kedua kakinya yang tergantung. Namun begitu pemuda itu tetap terlelap dan tidak terganggu sama sekali.

Sampai bunyi suara bising yang makin lama makin medekat di pendengaran membuat Haikal lebih dulu membuka matanya dan bangun dengan posisi duduk sambil merenggangkan otot badan, khusus nya pada area tangan yang mati rasa karna digunakan sebagai bantalan sepanjang malam.

Tak lama dari itu, pintu terbuka dengan kemunculan beberapa suster juga satu dokter lengkap dengan alat alat untuk memeriksa kondisi pasien.

" Selamat pagi, saya akan periksa pasien nya dulu " sapa dokter tersebut yang dibalas anggukan juga senyuman tipis dari Haikal.

Haikal berjalan lebih dulu menghampiri Raden yang masih terlelap dengan posisi memunggungi. " Ra.." sambil mengelus pelan surai si kecil membuat dengkuran halus keluar dari dua belah bibir nya Raden.

" Bangun dulu. Mau diperiksa" setelah berujar demikian Haikal mempersilahkan dokter untuk memeriksa si kecil nya. Karna Raden juga sudah mulai bangun dan bergerak untuk memposisikan dirinya agar duduk nyaman.

" Selamat pagi Raden " sapa sang dokter sambil melakukan pemeriksan pada bagian tubuhnya raden.

" Pagi dok.." balas pemuda kecil itu dengan suara seraknya.

" Gimana.. ada keluhan gak dari semalam?"

Raden nampak berpikir sebentar lalu menggeleng kepalanya " em.. gak ada dok. Udah mendingan " sang dokter mengangguk ngangguk lalu tersenyum dibalik masker.

" Syukur lah kalo begitu.. berarti kamu sudah mendingan dan boleh pulang. Tapi.. hm ada tapi nya ini loh.. " dokter tersenyum lalu menarik alatnya dari badan pemuda mungil itu dan melipat kedua tangannya di dada.

" kamu itu belum sepenuhnya sembuh dan hanya masih dalam masa pemulihan. Jadi, harus makan yang teratur dan jangan makan makanan yang pedas pedas dulu. karna itu dapat memicu reaksi pada perut kamu ini! Dan satu lagi, nanti saya akan berikan resep obatnya jadi kamu harus minum sesuai anjuran yang sudah saya berikan, ingat.. jangan sampai lupa ya!" Penuturan sang dokter berusaha direkam baik baik dalam ingatan pemuda kecil itu.

Raden mengangguk lalu tersenyum " baik dokter, terimakasih.."

Sang dokter tersenyum " iya sama sama.. yasudah kamu istirahat aja dulu. Palingan keluar nya agak siangan jadi dipakai buat istirahat aja dan ingat makan minum yang teratur yaa..!" Raden terkekeh lalu kembali menganggukan kepalanya.

" oke kalo gitu saya permisi dulu " setelah berujar demikian, dokter dan para suster yang tadi sibuk mencatat itu akhirnya keluar dari ruangan.

Haikal tersenyum lalu kembali mendekatkan dirinya pada Raden.

" Gimana tidurnya, Nyenyak?" Yang dibalas anggukan kepala dari si kecil.

" udah denger kan apa kata dokter tadi?" Lagi lagi Raden mengangguk.

" coba ulangin."

Raden mendengus tapi tetap menurut.
" Makan harus teratur dan jangan makan, makanan yang pedes pedes dulu, untuk sekarang. Dan harus minum obat." Jawab pemuda kecil sambil melirik Haikal.

Wanna Be Yours HyuckRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang