Part 12

73.2K 3.2K 87
                                    

Happy Reading!

David memasuki rumah keluarga Atmajaya yang tampak sepi. Sepertinya orang-orang sudah kembali ke kamar setelah makan siang. Dan hal ini tentu membuat David senang, karena dia bisa langsung ke kamar tanpa bertemu siapapun.

Ceklek

David menutup pintu dengan pelan saat melihat Diandra tidur dengan nyaman di kasurnya. Tempat itu bahkan Dira tidak pernah menggunakannya. Tapi istri keduanya bisa dengan leluasa tidur di sana bahkan menempati kamar ini.

Tak mau membangunkan Diandra, David memilih memasuki kamar mandi untuk bercukur dan membersihkan diri. Selama di rumah sakit dia tidak bisa melakukan ini. Dan jika dia bisa pulang sebentar maka Dira akan selalu menelpon dan merengek.

Dulu David tak akan mau repot peduli pada apapun rengekan Dira. Tapi sekarang, wanita itu sedang sakit dan selalu meminta dirinya menjatuhkan talak pada Diandra setiap kali diacuhkan. Benar-benar menyebalkan.

Setelah bercukur dan mandi, David keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk. Baru saja ingin istirahat tapi ponselnya kembali berdering. David segera menolak panggilan dari mertuanya kemudian mematikan ponselnya.

David bertekad tidak akan peduli lagi pada Dira atau keluarganya. Bukankah mereka yang memintanya menikahi Diandra lalu sekarang seenak hati memintanya menjatuhkan talak. Memangnya dirinya dan Diandra bisa diatur sesuka hati mereka. Kali ini David akan tunjukkan dirinya yang sesungguhnya. Jika Dira menolak Diandra maka wanita itu bisa mundur.

Setelah mengeringkan rambut dan berpakaian, David segera menaiki tempat tidur lalu bergerak mendekati tubuh Diandra kemudian memeluknya. David sempat tertegun saat merasakan debaran jantungnya yang meningkat, belum lagi kilasan percintaannya dengan Diandra saat di Paris kembali terbayang di kepalanya.

Tanpa disadari, telapak tangan David mulai bergerak dan meraba perut rata Diandra.

'Tumbuhlah dengan baik, nak.' batin David lalu menutup matanya.

Satu jam kemudian, Diandra yang lebih dulu bangun langsung dibuat kaget. Ia dengan cepat melepaskan diri dari pelukan suaminya. Dan gerakan kasar Diandra sukses membuat David ikut terbangun.

"Kenapa?"tanya David serak.

"Kenapa kakak ada di sini?"tanya Diandra membuat David bangun lalu duduk menyandar di kepala ranjang.

"Berhenti panggil kakak. Aku adalah suamimu sekarang, jadi panggil mas."ucap David membuat Diandra menggeleng.

"Apa kakak meninggalkan kak Dira sendiri. Bagaimana jika__"

"Tidak ada jika, Diandra. Mas sudah menemani Dira selama beberapa hari. Sekarang adalah giliranmu, kamu juga istriku."ucap David lalu menarik lengan istri keduanya itu untuk mendekat padanya.

"Kak__"ucap Diandra lirih.

"Panggil mas, Diandra!"titah David namun Diandra hanya diam.

Cupp

"Kak David!"tegur Diandra kaget saat bibirnya tiba-tiba dicium.

David terkekeh."Coba panggil mas!"titah David lagi.

Diandra menggigit bibir bawahnya lalu berujar pelan. "M_ mas."

"Bagus. Sekarang, panggil lebih keras!"titah David.

"Mas."ulang Diandra dengan suara lebih keras.

David tersenyum lalu segera menyatukan bibir mereka kembali. Kali ini bukan hanya kecupan tapi ciuman yang panjang menggunakan lidah. Namun hanya David yang melakukannya sedang Diandra masih mencoba untuk menolak.

"Kenapa, hm?"tanya David sembari mengusap sudut bibir istri keduanya itu.

"Ini salah, mas. Kita tidak boleh__"

"Suusshh! Tidak ada yang salah. Kamu juga istri mas yang disetujui oleh Dira serta keluargamu."ucap David membuat Diandra melemah.

"Tapi, aku takut kak Dira akan__"

"Tidak perlu takut pada apapun. Dira harus sadar bahwa ini adalah konsekuensi dari keinginannya sendiri."ucap David. Lagipula bukan dirinya atau Diandra yang ingin menikah tapi wanita itu yang meminta. Bertahun-tahun belum memiliki anak, David tidak begitu peduli atau mendesak. Jika Dira mau, mereka bisa menjalani proses bayi tabung. Tapi wanita itu malah memilih jalan ini untuk memiliki anak. Karena sudah begini, jangan salahkan David jika dia akhirnya mengharapkan seorang anak dari Diandra. Dan jika Dira menolak maka wanita itu bisa mundur. Tidak ada paksaan untuk tetap bersama dan wanita itu juga tidak bisa memaksanya untuk menceraikan Diandra.

"Kakak benar."cicit Diandra pelan membuat David tersenyum lalu kembali menyerang bibir istri keduanya itu dan kali ini Diandra sama sekali tidak menolak.

Beberapa saat kemudian, kamar itu sudah dipenuhi dengan suara desahan dan kecipak percintaan. Keduanya begitu menggelora dalam berbagi kasih sampai tak tahu bahwa ada dua orang di luar sedang mengacau.

"Satpam, usir dua orang ini dari sini! Dan lain kali jangan biarkan mereka melewati gerbang rumah ini."ucap Karin angkuh.

"Baik, nyonya."ucap dua orang satpam dan langsung menyeret Bayu dan Dewi yang datang untuk mencari menantu mereka. Keduanya tidak akan membiarkan David dan Diandra bersama. Apalagi di rumah sakit, Dira sedang histeris karena suaminya pergi dan tidak kembali.

"Kami tidak akan pergi sebelum bertemu dengan David. Cepat panggil David keluar!"teriak Dewi keras membuat Karin tersenyum sinis lalu berkata.

"Aku bisa saja meminta suamiku menghancurkan bisnis kalian dan menjadikan keluarga Setiawan pengemis di jalanan. Jadi sebelum itu terjadi, cepat tinggalkan rumah ini."ancam Karin angkuh membuat Dewi dan Bayu saling pandang.

"Kami adalah mertua dari putramu. David tidak akan biarkan itu terjadi."ucap Dewi melawan.

Karin terkekeh."Kalian pikir David lebih besar dari keluarga Atmajaya?"tanya Karin mengejek. David memang anak tunggalnya sekaligus cucu tertua keluarga Atmajaya, tapi putranya itu juga masih bekerja untuk keluarga. Semua bisnis dan uang yang dia hasilkan hari ini masih dari keluarga Atmajaya.

Dewi dan Bayu hanya diam lalu memilih mengalah. Sepertinya mereka harus menyusun rencana baru. David tidak boleh lepas begitu saja.

Bersambung

Diandra : The Real PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang