Part 3

67.2K 3.3K 197
                                    

Happy Reading!

Diandra menangis keras di dalam kamar mandi. Beberapa kali ia menjerit lalu menutup mulutnya seolah tak ingin ada yang mendengar teriakannya.

"Aku harus kuat hiks ini demi kakak." isak Diandra lalu menghapus air matanya. Namun beberapa saat kemudian ia kembali menangis.

Diandra menyentuh perutnya yang rata. "Tapi bagaimana bisa aku berpisah dengan anakku nanti hiks aku tidak bisa."

Diandra terus menangis dan mengeluarkan air matanya. Jeritan kesedihannya berhenti saat seseorang yang ia yakini tengah mengintip di depan pintu telah pergi.

"Kerja bagus." gumam Diandra lalu segera membersihkan wajahnya yang dipenuhi air mata.

Sedang di luar.

"Bagaimana saksi?"

"SAH!"

"Alhamdulillah_" beberapa orang yang ada di sana langsung mengucap syukur dan mengangkat tangan untuk berdo'a.

David melirik sang istri lalu menghela napas. Hari ini dia telah resmi menikah untuk yang kedua kalinya dan itupun dengan adik dari istrinya sendiri.

"Aku akan memanggil Diandra." ucap Dira lalu berdiri setelah do'a selesai.

"Tidak perlu."cegah Karin, ia adalah ibu David, yang baru saja kembali dari kamar mandi. Awalnya ia merasa dipermainkan karena putranya harus terikat dengan dua wanita dari keluarga yang tidak ia suka. Tapi ada hal yang membuatnya berubah pikiran.

Dira hanya diam menatap mertuanya. Terlihat sekali bahwa wanita paruh baya itu sangat membenci dirinya.

"Ada apa, besan?" tanya Dewi membuat Karin memasang wajah angkuh.

"Diandra akan tinggal bersama kami,  di rumah keluarga besar Atmajaya." ucap Karin membuat semua orang kaget. Terutama Dira, ia saja yang merupakan istri sah David tidak pernah diterima di rumah utama keluarga Atmajaya. Lalu kenapa ibu mertuanya tiba-tiba saja ingin mengajak Diandra tinggal di sana.

"Tapi, mah_"

Karin mengisyaratkan agar Dira diam.

"Ini sudah menjadi keputusan ku. Diandra akan tinggal di rumah keluarga Atmajaya." ucap Karin tegas membuat Dira kaget bukan main.

Sedang David hanya diam. Entah apa yang membuat mamanya melakukan ini. Tapi semoga itu tidak akan menyulitkan Diandra. Adik ipar atau yang sekarang harus dia panggil istri itu telah mengorbankan dirinya dan mungkin di masa depan akan melalui banyak kesulitan.

Dira hanya mengepalkan jari-jarinya.  Ini tidak ada dalam rencananya. Ia memang meminta suaminya menikah dengan Diandra untuk memiliki anak,  dan hanya untuk itu. Ia bahkan sudah membeli tempat kecil untuk Diandra tinggali setelah mengandung nanti.

Rencananya jelas, menikah dan buat Diandra hamil, lalu saat melahirkan bayi itu akan menjadi miliknya. Dan Diandra akan disingkirkan ke tempat yang jauh.

"Tidak bisa. Jika ada yang harus tinggal di rumah keluarga Atmajaya maka itu adalah putriku, Dira. Ia adalah istri sah sekaligus wanita yang putramu cintai."ucap Dewi. Sebisa mungkin ia akan menentang. Jangan sampai rencana mereka untuk memanfaatkan Diandra justru berbalik menyerang mereka.

Karin menyeringai."Lalu apa Diandra bukan putrimu?"

"Ck! Itu__" Dewi kehabisan kata lalu melirik suaminya meminta bantuan.

"Walau bagaimanapun Diandra adalah putri bungsu kami. Ia akan tetap di sini untuk menemani kami yang mulai kesepian."ucap Bayu membuat Karin terkekeh. Pemikirannya tidak salah lagi dan tekadnya pun semakin kuat.

Karin segera mendekati putranya."Mama akan kembali bersama Diandra. Malam ini datanglah ke rumah, kita akan mengadakan jamuan makan malam bersama keluarga besar."ucap Karin membuat David mengangguk.

"Mas, kenapa kamu setuju?"tanya Dira kesal.

"Dan jangan mengajak wanita ini. Mama tidak sudi ia menginjak rumah keluarga kita."ucap Karin sinis lalu mengambil tas mahalnya kemudian berbalik menjemput menantunya yang mungkin masih menangis di kamar mandi.

Brukk

Tubuh Dira langsung lemas dan terduduk di lantai. Kenapa bisa begini?

Sedang Dewi langsung mendekati menantunya."Nak David, bicaralah dengan ibumu. Diandra dinikahi bukan untuk menjadi istrimu. Ia hanya alat agar kamu dan Dira bisa memiliki seorang anak."ucap Dewi membuat David menatap mama mertuanya itu. Apa yang wanita paruh baya katakan itu memang benar, tujuannya menikahi Diandra memang untuk seorang anak. Tapi bagaimana bisa seorang ibu mengatakan hal sekasar itu pada putrinya sendiri.

David kemudian melirik istrinya yang kini sedang menangis dipelukan papa mertuanya. Pagi ini, David melihat wajah Diandra yang diliputi kesedihan tapi tidak ada satupun yang datang menghiburnya. Gadis malang itu hanya menatap ke atas sambil mengatur napas agar air matanya tidak keluar.

Dewi kembali bersuara."Kenapa diam saja, nak David? Cepat pergi temui ibumu dan bicara dengannya. Apa kamu tega melihat istrimu menderita seperti ini?"

David menghela napas."Tidak ada yang akan menderita. Baik Dira atau Diandra, mereka berdua adalah istriku."ucap David lalu mendekati Dira dan mengajak wanita itu kembali ke rumah mereka.

"Mas hiks"isak Dira dipelukan suaminya. Sedang David hanya diam. Sedari awal dia sudah menolak dan ini adalah keputusan Dira sendiri.

"Sebaiknya kita kembali ke rumah."ucap David membuat Dira menggeleng.

"Apa mas akan menemui Diandra malam ini?"tanya Dira serak.

"Hm."

Dira hanya bisa meremas jas yang suaminya kenakan.

'Aku tidak akan membiarkanmu pergi ke sana, mas. Tidak akan.' batin Dira lalu menyeringai. Ia tidak perlu anak lagi dari Diandra. Sekarang Dira hanya akan fokus menyingkirkan Diandra dari status istri kedua suaminya.

Bersambung

Diandra : The Real PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang