Part 17

52.5K 2.7K 133
                                    

Happy Reading!

"Mas David tidur dengan kakak, tidak masalah kan Diandra?"tanya Dira pelan.

"Iya, kak."sahut Diandra terdengar pasrah membuat Dira tersenyum penuh kemenangan. Sekarang baru berikan serangan terakhir.

"Karena kaki kakak masih sakit dan perlu bantuan setiap pergi ke kamar mandi. Apa tidak masalah jika untuk beberapa minggu ke depan, mas David tidur bersama kakak?"tanya Dira lagi membuat Diandra kembali mengangguk.

"Tidak masalah, kak. Mas David memang harus menjaga kakak."ucap Diandra sedikit menunduk. Ia harus terlihat se menyedihkan mungkin, namun tetap terlihat natural dan tidak berlebihan. Karena yang membencimu akan senang melihatnya dan yang simpati padamu akan merasa terganggu.

Dira langsung tersenyum."Terima kasih."

"Iya, kak. Aku akan pergi ke kamar untuk istirahat."ucap Diandra.

"Mas gendong aku ya, kakiku masih sakit sekali."rengek Dira pada suaminya membuat Diandra yang sudah berdiri hanya menahan senyumnya. Dira jelas ingin membuatnya cemburu, tapi tidak masalah, Diandra akan membalas kakaknya itu.

"Mas David, setelah ini aku ingin bicara."ucap Diandra membuat David menoleh lalu mengangguk.

"Mas akan mengantar Dira dulu ke kamar."sahut David membuat Diandra mengangguk lalu melanjutkan langkahnya.

Begitu tiba di kamar, Diandra langsung membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Tidak ada yang ingin ia bicarakan dengan David. Diandra hanya ingin melihat kakaknya bekerja keras.

'Kakak pasti kelabakan sekarang.' batin Diandra dengan senyum mengejek lalu berbaring di atas tempat tidur dan menarik selimut. Ia langsung memejamkan mata karena memang sudah sangat lelah dan mengantuk.

Dan benar saja, di kamar lain. Dira terus saja merintih kesakitan dan meminta suaminya itu memeriksa kakinya.

"Sakit sekali, mas."rintih Dira yang tentu saja berpura-pura. Kakinya memang sakit tapi tidak sesakit itu hingga membuatnya merintih seperti ini.

"Mas akan telpon dokter."ucap David lalu mengambil ponselnya.

"Tidak, mas. Jangan. Tidak perlu. Mas bantu usap saja ya. Kakiku benar-benar sangat sakit."ucap Dira dengan wajah menahan berak.

David menghela napas. Dia bukan dukun yang bisa menghilangkan rasa sakit dengan usapan. Apalagi Dira hanya terus merintih tidak terlihat tanda-tanda kaki wanita itu sakit. Harusnya ada keringat dingin di wajahnya atau jejak air mata. Ini tidak ada sama sekali.

"Baiklah."ucap David akhirnya karena enggan mendebat.

"Iya, mas. Mas jangan tinggalin aku ya. Aku takut kakiku sakit saat mas tidak ada."ucap Dira dengan wajah meringis.

"Tapi mas harus ke kantor, Dira."ucap David.

"Iya. Kalau ke kantor tidak masalah. Tapi jika mas ada di rumah, sebaiknya selalu bersamaku."ucap Dira dengan wajah meringis namun perkataannya sukses membuat David menghela napas. Bahkan sekali dengar saja, semua orang bisa melihat niat busuk Dira.

'Dira pasti berpura-pura karena tadi Diandra ingin bicara denganku.' batin David lalu pikirannya mulai tidak tenang saat membayangkan bahwa Diandra bisa saja menunggunya di kamar.

Diandra : The Real PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang