Waktu terus berjalan, jam dinding telah berputar mengikuti gerak matahari. Berhari-hari telah berlalu, Kini zilia sudah berada dalam mobil bersama dengan harka dan Hans. Zilia berada dalam dekapan harka yang terus mengelus rambut terurai zilia. Tidak ada sepatah katapun, hening bak tak berpenghuni.
Zilia sudah diizinkan untuk pulang setelah mendapat perawatan berhari-hari. Kini kondisinya mulai membaik, namun zilia harus masih menggunakan kursi roda untuk beberapa waktu.
Zilia menoleh memandang wajah harka, begitu juga harka yang merasa dipandang mengarahkan kepalanya untuk melihat objek yang memandanginya.
"Why baby?". Ujar harka
"Thankyou". Zilia berkata lirih memberanikan diri memeluk harkaHarka yang mendapat perlakuan mendadak itupun terkejut. Ia tersenyum senang, hatinya juga ikut tersenyum melihat zilia yang selama ini bersikap kaku dihadapannya, sekarang berinisiatif memeluk dirinya.
"No baby, tidak perlu berterimakasih".
Harka merangkul zilia, membalas pelukan zilia. Tidak bisa dipungkiri lagi saat ini hati harka dipenuhi dengan bunga-bunga.
Zilia masih memeluk harka, ia menatap kedepan jalan mengingat momen bersama harka. Siapa sangka bahwa hati zilia sekarang menaruh ruang untuk suaminya ini.
"Hati.... Cukup segini saja kau menaruh ruang untuknya, jangan kau tambah lagi. Apa kau tidak takut nantinya ruang itu tertusuk pedang?
Zilia memegang dada dan mengepalnya. Harka melihat gerak-gerik zilia, seketika ia panik melihat zilia memegang dadanya.
"Zia, apa ada yang sakit? You oke?!"
"Hans, putar balik kerumah sakit!"Harka merasa cemas dengan kondisi zilia, begitupun dengan Hans, ia juga merasa cemas dengan kesehatan nona mudanya itu.
Zilia yang mendengar dan melihat kekhawatiran dua pria itu pun menjadi gelagapan.
"Tunggu, aku baik-baik saja. Jangan putar balik". Ucap zilia yang juga ikut panik.
"Kamu sakit Zia, apa kamu sesak nafas baby? Kamu dari tadi memegangi dadamu. Apalagi kalau bukan sakit hm. Sudah kita kerumah sakit"
"No, aku baik-baik saja". Zilia malu mengungkapkan alasan dirinya memegangi dada
"Tidak Zia, menurut lah!"
"Aku baik-baik saja, percayalah!"
"Bagaimana aku bisa percaya, dari tadi kamu diam saja menahan sakit!"
"Aku diam karna sedang mengontrol hatiku hubby!". Pengakuan itu baru saja terceplos dari mulut zilia dan dia menyesalinya.
Harka terdiam sejenak mencerna ucapan zilia. Kemudian dirinya paham maksud kalimat itu setelah melihat wajah Hans yang memberi kode anggukan kepala.
"Hans, tidak jadi Putar balik. Kita kembali ke mansion. Aku sudah tidak sabar ingin memakan-makananku". Ucap harka dengan seringai memandang zilia.
"Baik tuan muda, akan saya usahakan agar kendaraan ini sampai dengan cepat". Setelah menjawab permintaan harka, Hans tersenyum melihat Nona mudanya yang terlihat cemas.
"Makan?" Ucap zilia celingak-celinguk meminta jawaban, namun kedua pria itu hanya tersenyum melihat kepolosan wanita cantik dan satu-satunya dalam mobil itu.
Kendaraan terus melaju meluncur melintasi berbagai gedung dan pepohonan. Hingga kini sampailah mereka didepan gerbang mansion
Hans membuka pintu tuan mudanya, kemudian harka berjalan membuka pintu zilia. Hans mengambil kursi roda yang ada dalam bagasi. Ketika ia berhasil membuk kursi roda itu, dilihatnya bahwa suami dari wanita yang membutuhkan kursi roda sedang menggendong istrinya. Hans sedikit tercengang, namun kemudian ia tersenyum melihat tuan muda yang selama ini bak batu yang tak berperasaan dan tak tersentuh berubah menjadi pria yang hangat dan pengertian.
![](https://img.wattpad.com/cover/356318568-288-k95330.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Ingin Hidup
Romancepreety elizabeth Brazilia, biasa di panggil zilia merupakan wanita berumur 20 tahun yang baru memasuki perkuliahan di semester 4 pada salah satu universitas indonesia. awalnya Zilia anak dari konglomerat. Namun kebahagiaan dan keceriaanya musnah set...