****
Zilia membuka mata, memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit. Ia melihat sekeliling merasa asing dengan ruangan tersebut.
"Dimana aku? Rumah sakit?". Gumam zilia masih memegangi kepalanya yg sakit.
Ia memutarkan pandanganya, melihat segala objek yang ada di ruangan tersebut. Hingga akhirnya penglihatannya tertuju pada seorang pria yang tertidur di sofa ruangan tersebut.
"Tuan Harka, dia disini? Menemaniku? Untuk apa? Apa dirinya juga yang membawaku kemari? Apa pria yg ku lihat tadi adalah dirinya?"
Zilia masih menatap harka yang masih terlelap di sofa dengan posisi duduk. Zilia berusaha bangkit dari tidurnya dan memposisikan diri untuk duduk sembari meringis menahan sakit. Ia kembali melihat harka, ada desiran dihatinya saat mengingat sebelum dirinya pingsan ternyata yg menolongnya adalah harka. Cukup lama zilia menatap harka hingga ia merasakan tenggorokannya kering. Zilia memutarkan kepala kekiri dan keanan mencari air, hingga terlihat ada botol mineral dimeja dekat sofa. Ia menyibak selimut, ingin turun mengambil botol air tersebut dengan menurunkan kaki perlahan-lahan. Saat ingin berdiri ternyata kakinya tidak bisa menopang tubuhnya, hingga akhirnya ia terjatuh kelantai dengan tangan yang menyenggol vas bunga di meja samping tempat tidur pasien.
Praanggggg.....
Harka yang sedang tertidurpun terkejut dengan suara yang di dengarnya, ia terlonjak dan melihat zilia yang berada di lantai dengan wajah meringis menahan sakit sambil memegangi kaki dan perutnya.
"Ziaa.....". Ucap harka tergesa-gesa menghampiri zilia.
"Zia, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa dibawah?". Ucap harka dengan khawatinya melihat lutut dan mengusap perut zilia.
Zilia tak sanggup menjawab pertanyaan harka, ia merasakan kesakitan yang teramat pada lutut dan perutnya. Harka menggendong tubuh zilia dan kembali meletakkannya dikasur pasien, dirinya dengan cemas memeriksa tubuh zilia, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Harka mengusap perut dan beralih menyusap lutut zilia yang diperban.
Mendapat perlakuan tersebut, jantung zilia berdebar sangat hebat, ia merasakan getaran di hatinya. Zilia merasakan sesuatu saat harka menyentuh dan merasa khawatir akan dirinya. Ia memegangi dada kirinya dan terus menatap harka yang sibuk memeriksa lukanya.
"Tunggu disini Zia, akan aku panggilkan dokter". Ucap Hans membelai rambut zilia.
Secepat kilat harka berjalan keluar dan menyuruh Hans memanggil dokter keluarga mereka keruangan zilia. Setelah Hans pergi, harka kembali masuk kekamar dan duduk di kursi dekat kasur dimana zilia berada. Ia memegang tangan zilia dan tangan satunya kembali membelai rambut zilia.
"Kenapa bisa jatuh, mau kemana hmm?. Ucap harka masih membelai rambut zilia.
"A aku haus, ingin mengambil botol itu". Ucap zilia sambil menunjuk botol minum yang ada dimeja. Perlakuan harka yang seperti ini membuat jantung zilia ingin lompat rasanya.
Harka melihat botol yang ditunjuk zilia, kemudian ia bangkit mengambil botol tersebut, membukanya dan menyerahkan pada zilia.
"Kemari". Harka menuntun zilia agar berada pada posisi duduk, kemudian membantu zilia minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Ingin Hidup
Storie d'amorepreety elizabeth Brazilia, biasa di panggil zilia merupakan wanita berumur 20 tahun yang baru memasuki perkuliahan di semester 4 pada salah satu universitas indonesia. awalnya Zilia anak dari konglomerat. Namun kebahagiaan dan keceriaanya musnah set...