Transmigrasi Azella [Revisi]

21.

꧁ Happy Reading! ꧂

Diara mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Kepalanya terasa berat dan seluruh tubuhnya sakit.

Di pandanginya sekeliling kamar yang begitu asing, sejurus kemudian Diara terlonjak kaget saat mendapati tubuhnya dalam keadaan polos tanpa busana.

Cklekk!

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya, Diara dengan cepat menutupi tubuhnya menggunakan selimut saat menangkap keberadaan Darel disana.

"Udah bangun ternyata," Darel melangkah mendekati Diara sambil menenteng sebuah paper bag yang berisikan pakaian yang baru dia beli tadi. "Ganti baju lo, setelah itu ayo bicara, gue tunggu di luar," lanjut Darel sebelum akhirnya berbalik pergi setelah meletakan paper bag di atas tempat tidur.

Brak!

Saat pintu tertutup, Diara menarik nafas panjang karena kehadiran Darel untuk beberapa saat berhasil membuat dirinya susah bernafas.

Ketika merasa lebih baik, Diara meraih paper bag itu dan beranjak ke kamar mandi. Butuh waktu 20 menit Diara membersihkan dirinya di kamar mandi, setelah itu keluar dari kamar untuk menemui Darel.

Sementara Darel terlihat duduk di sofa fokus dengan ponselnya.

Satu persatu kilasan tentang kejadian semalam pun bermunculan di dalam ingatan Diara. Dan yang paling membekas ketika dirinya merengek memohon kepada Darel untuk menyentuhnya.

Diara diam beberapa saat sebelum akhirnya mengayunkan langkahnya berniat keluar dari apartemen Darel, untuk saat ini Diara tidak ingin bertemu ataupun berbicara apapun dengan Darel.

"Mau kemana?" tanya Darel mencekal tangan Diara yang lewat di depannya.

"Pulang." Diara menarik tangannya dari genggaman tangan Darel.

"Duduk, ayo bicara." 

"Ga mau, aku mau pulang."

"Diara."

Diara menghentikan langkahnya, berbalik menatap Darel dengan mata berkaca-kaca. "Aku mau pulang."

Darel menghela nafas perlahan. "Gue antar."

Diara tak mendengarkan apa yang Darel katakan, dia tetap melanjutkan langkahnya dengan air mata yang sudah mengalir menggenangi wajahnya.

"Minggir," kata Diara saat Darel menghadang langkahnya.

"Mau bicara atau gue anter pulang?" Darel memberikan pilihan.