10

127 14 1
                                    

Blaze sesekali menatap Ice yang terlihat gelisah, pasalnya si Ice mondar-mandir di depan kamar pangeran pertama.

Bukan cuma mereka berdua, semua orang juga bergabung di depan kamar itu.

"Duduk saja, ini bukan pertama kalinya dia turun. Okay?," Blaze menarik tangan sang adik, Ice cuma pasrah walaupun begitu tatapannya masih ke orang yang didalam sana.

Blaze menghela nafas pelan, cukup terkejut. Kakak tertua kedua dan ke tiga khawatir ke si Hali, apa yang dia lewatkan sih.

Alih - alih memenuhi rasa penasaran nya, si Ice tiba-tiba bangkit menarik tangan kak Gempa yang terlihat pasrah. Aku ingin mengikuti, tetapi tabib keluar, untuk memberi tau kondisi dia.

"Pangeran pertama mengalami Anemia ringan disebabkan kelelahan, ini obat herbal untuk menangani walau melalui banyak tahap," Karena cuma aku yang dekat, aku menerima herbal itu. Sesekali membolak-balik apa isinya.

Tabib pergi setelah memastikan tidak ada masalah yang lain, dan yang tersisa memasuki kamar yang pertama.

"Sebenarnya, apa yang terjadi?," Pertanyaanku tidak ada yang menjawab, sebab kami juga tidak tau apa yang terjadi. Mungkin aku akan menginterogasi Ice tentang ini.

Kamar elegan memanjakan mataku, ini sih rapi banget. Bahkan, aku tidak yakin jika ada debu di buku koleksinya. Alih-alih diam, aku memandang buku yang menarik perhatian ku.

'The seven of legendari?' aku baru tau ada buku semacam itu, terlepas dari kesibukannya.

"Apa yang kau temui?," Itu dari Solar, sepertinya adik terakhir kami mendapat sesuatu yang menarik. Aku berbalik padanya, memperlihatkan buku itu. Raut wajahnya sedikit berkerut.

"Darimana kau mendapatkannya?," Aku menunjuk rak dibelakangku, dia menatapku sebentar. Lalu menuju arah yang saya tunjuk.

"Solar dan buku memang tidak bisa dipisahkan," Aku memilih duduk di samping cendela, sedangkan kak Ufan. Makhluk itu sedang berbicara serius dengan ayah dan menteri, mungkin ini akan semakin buruk. Beberapa kali wajah Ufan datar dan kesal, cukup puas aku menyaksikan dia seperti itu.

Hahaha, adik biadab katanya. Kalau dia tau apa yang ada di fikiranku.
"Cukup tipis, untuk ukuran novel ngak berharga di kamar dia,".

Aku tertarik sekarang untuk membaca tu buku, aku kira akan membosan ternyata tebakanku salah.

Karena aku konsentrasi penuh, Thorn menganggu saat dia lapar. Tapi itu tidak membuatku untuk berhenti membaca.

'Monster?, sihir?. Apa itu benar-benar ada?, monster besar,' aku hanya menggeleng untuk menghilangkan fantasi penuh saya. Menutup buku, bertepatan kakak ke dua dan Ice masuk. Wajah mereka penuh keputus asaan, sepertinya itu benar-benar berat untuk mereka.

Aku diam bersiap mendengarkan percakapan mereka, kali ini aku berniat untuk ikut rapat dadakan ini.

"Mereka sudah bergerak bukan?, apa strategi berikutnya?," Alih-alih menjawabnya, yang lain terdiam.

"Biar saya jelaskan kakak - kakakku sekalian," Thorn sangat bersemangat, dia akan aktif tentang masalah ini. Bukan aktif, tapi dia menunjukkan potensinya sekarang. Ya, cukup bagus dia berkembang.

Setelah itu Thorn benar-benar menjelaskan permasalahan yang terkait kakak pertama.
"Bagaimana kondisi di sekitar nona kira?, dia terlihat aneh dari gerak - geriknya," Suaraku memecah lamunan mereka.

"Jeli juga ya Blaze, ehem. Tunggu mereka bergerak, kita akan melakukan rancangan kita sesuai kondisi," Solar mengatakan dengan percaya diri yang tinggi, dan itu terdengar sombong di telinga saya.

Ya, akhirnya kita sepakat untuk melakukan rencana secara bertahap pada orang yang diyakini memberontak kerajaan ini.

Berbeda pada yang lain, Halilintar terperangkap di ruangan kaca. Setiap menelusuri pandangan hanya kaca yang dilihat.
"Kali ini gua ada dimana?, ruang bebas nafas kah?, atau diluar galaxy," Memilih duduk, karena sudah pasrah mencari jalan keluar.

Krak
Bunyi pecahan kaca menarik atensi Halilintar, sampai mendekati apa yang salah.
"Cahaya kilat itu mirip senjata yang aku gunakan (pedang Halilintar), apa yang terjadi?," Mengabaikan rasa keraguan, dirinya mendekati lokasi.

"Halo Boboiboy Halilintar, akhirnya kita bertemu," Halilintar menatap dengan rasa waspada.

Siapa makhluk di depannya ini?, dengan sayap hitam dan muka tampannya. Apakah dia malaikat yang dikutuk?, ah bukan dia iblis. Ekornya tadi muncul.

'Jantung gua hampir turun ke lambung,' aku semakin waspada, mengamati gerak - gerik dia.

"Ada yang ingin bertemu denganmu, yang mulia yang saya cintai yaitu Voltra demian Arthropoda," Sosok itu menyambut menghadap ke retakan kaca.

Bzttt
Bzttt

"Akhirnya kita berjumpa cucuku Halilintar Erzan Arthropoda, betapa inginnya aku bertemu denganmu,".

"Apa maksudmu aku cucumu!, aku ini jiwa asing loh. Yang kebetulan mengisi tubuh milik cucumu," Halilintar tidak percaya tentu saja, hei yang dia ingat itu adalah saudara kembar elemental. Bagaimana bisa dirinya jadi cucu makhluk didepan nya ini.

"Sepertinya Santriantar tidak mengatakan kebenarannya padamu, biar aku beri tau," Makhluk itu terkekeh pelan, sebelum duduk di depanku. Mau tidak mau, aku juga duduk sambil tidak mengurangi ke waspadaanku.

"Halilintar dirimu atau Halilintar Erzan itu satu orang yang mengalami reinkarnasi ke 4, sedangkan yang lainnya adalah orang dari duniamu berasal dulu. Selain kitat merah dan kuning, kilat merah hitam adalah yang terkuat. Kamu belum menguasai kilat merah hitam, berlatihlah untuk mendapatkan itu. Aku akan menemuimu lagi, setelah kamu lebih kuat dan mengetahui rahasia besar yang terahasia. Untuk itu jumpa lagi lain waktu," Sebelum Halilintar menahan mereka, mereka benar - benar hilang bagai di telan bumi. Menghela nafas kasar, Halilintar pasrah untuk dia disadarkan.

'Ya, berjumpa lain waktu. Akan kupukul jika aku lebih kesal dari ini,' batin Halilintar yang menutup mata (menuju kesadarannya).

Reinkarnasi Menjadi Mantan putra mahkota (S2 END).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang