Mendengar ketukan di pintu ruang kerjanya, Chenle segera menutup berkas kerjanya yang dia bawa ke rumah.
"Masuk saja, sayang," ujarnya sebab yakin yang mengetuk pintu itu adalah istrinya.
Y/n datang dengan membawa dua matcha untuk mereka. "Yohan membuat ini untuk kita."
Chenle menoleh ke belakang Y/n, dia tidak mendapati Yohan datang bersama istrinya. Chenle beranjak dari kursi kerjanya, dia ikut duduk di sisi sofa yang kosong samping Y/n.
"Ke mana anak itu? Tadi saat di kantor dia merengek ingin buru-buru pulang dengan alasan tidak menyukai wanita yang aku tunjuk sebagai sekretarisnya." Chenle menghela napas panjang mengingat kelakuan anaknya. "Padahal usianya sudah mau 20 tahun. Sepertinya aku terlalu memanjakan dia."
"Pasti wanita yang kau tunjuk sebagai sekretarisnya adalah wanita dingin dan mengeluarkan kata-kata pedas tak peduli Yohan adalah atasannya," tebak Y/n.
Chenle menyesap matcha buatan Yohan. "Kau benar. Tapi yang aku pilih sebagai sekretarisnya adalah karyawan terbaik di kantor, yang aku rasa bisa mengimbangi Yohan. Meskipun anak itu tidak suka, aku tidak akan membatalkan wanita itu menjadi sekretaris Yohan."
Y/n pun menyindir suaminya, "persis dengan kau yang dulu sangat tidak menginginkanku menjadi sekretarismu 'kan? Tapi ayahmu tetap menginginkan aku menjadi sekretarismu. Sekarang kau tahu rasanya menjadi ayahmu."
Chenle menyinggungkan senyum kecil. Dia menaruh cangkir dalam menggamannya sebelum merangkul mesra pinggang istrinya. "Tapi sekarang kau naik satu tingkat karena sudah menjadi istriku."
"Itu bukan suatu kebanggaan karena kau memiliki rekam jejak dengan banyak wanita lain sebelum aku."
"Tapi 'kan kau pemenangnya."
"Aku tidak merasa menang karena aku tidak berlomba untuk menjadi istrimu. Kau 'kan yang menginginkan ku menikah dengan mu secara sepihak."
Chenle memutar bola matanya, "sudah 20 tahun berlalu Y/n kau masih juga membahasnya."
"Baiklah." Y/n mengedikan bahu dan mengangguk kecil.
Wanita itu meminum sedikit matcha yang terasa terlalu manis untuknya, kemudian menaruhnya di samping cangkir Chenle. "Yohan tidak membuat masalah lagi di kantor 'kan? Terakhir kali kau bilang dia membuat karyawan kesulitan karena tidak mau mengakhiri meeting sebab projek yang dikerjakan tim marketing tidak sesuai kemauannya."
"Aku sudah bilang padanya untuk tidak terlalu kejam pada karyawannya. Tapi ku akui, dia jauh lebih baik dari pada aku. Mungkin karena sudah lama belajar mengelola perusahaan dari daddy nya yang sempurna ini."
Chenle membanggakan dirinya sendiri lagi.
Dan Y/n membalasnya dengan sarkas, "ya, suami sekaligus daddy dari Yohan adalah pria yang paling sempurna."
Chenle terkikik geli. "Intinya saat ku minta dia terjun langsung, anak itu melakukannya dengan baik. Aku jadi tidak ragu melepaskan tanggung jawab perusahaan saat umurnya 20 tahun nanti. Dia sudah sesiap itu dari segi apa pun."
Tok! Tok!
Setelah pintu diketuk dari luar, tidak meminta ijin dulu, Yohan membuka pintu ruangan ayahnya. Agak malas melihat ayahnya yang selalu menempel pada ibunya.
"Aku sudah membuat makan malam. Mommy mau makan tidak?" tanya pria yang tingginya sudah menyamai ayahnya itu.
Chenle menunjuk dirinya sendiri. "Kau tidak menawarkan daddy mu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Mask » Chenle X You✔
FanfictionObsession Series Book 5 WARNING! Rating 22+ Mature Content 🔞Not Children *** "Lim Y/n, jika saja dari awal aku tau penampilan mu seperti ini. Dan tidak menyamar sebagai Lim Nara, kembaranmu. Pasti aku akan memperlakukan mu dengan baik saat di kanto...