Bab 5

34.7K 3.1K 122
                                    

"Kok bisa-bisanya kamu match sama Masnya Reisha?"

"Nah itu, aku juga kaget waktu dia bilang punya Adik namanya Reisha yang satu kampus sama aku," jawab Liora. "Nama Reisha itu banyak banget. Aku nggak ngira kalo Reisha yang dimaksud, ternyata Reisha teman sekelas kita," lanjutnya.

Tiyas geleng-geleng kepala. "Cowok pertama yang kamu kenal, ternyata bosmu sendiri. Sekarang kamu kenal lagi sama cowok, ternyata Masnya temanmu."

"Menurutmu, Alastar bakal cerita soal aku ke Reisha nggak?"

"Nggak tau sih." Tiyas mengedikkan bahu. "Kalo emang hubungan persaudaraan mereka dekat, pasti cerita," lanjutnya.

"Aku takut tiba-tiba disamperin Reisha dan ditanyain macam-macam."

"Nggak mungkin kayak gitu sih. Lagian kurang kerjaan banget Reisha ngurusin percintaan Masnya," sahut Tiyas.

Liora manggut-manggut. Mendengar itu membuatnya sedikit lega.

Namun, ucapan Tiyas tidak terbukti benar. Keesokan harinya, Liora masuk kelas lebih awal dari biasanya. Suasana masih cukup sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang duduk di barisan depan. Ia memilih duduk di baris belakang karena kelas hari ini adalah presentasi kelompok. Baru juga meletakkan tasnya, ia tidak sengaja bertemu pandang dengan Reisha. Untuk beberapa saat mereka saling berpandangan, sebelum akhirnya Liora sadar kalau Reisha berjalan menghampirinya.

"Liora, kan?"

Liora mengangguk kaku. Wajahnya mendadak pucat, takut ditanya macam-macam oleh Reisha.

Reisha berdiri di hadapan Liora. Untuk beberapa saat ia mengamati penampilan Liora dari atas ke bawah. "Mas Al kemarin cerita kalo ketemu sama kamu."

Jantung Liora sudah berdetak makin kencang. "E-- emang cerita apa aja?" tanyanya gelagapan.

"Nggak cerita banyak sih. Dia cuma bilang kalo lagi ketemuan sama cewek yang kenal dari dating apps. Dan kebetulan cewek itu satu kelas sama aku," ucap Reisha dengan tersenyum.

Liora tidak bisa menangkap maksud dari senyuman Reisha. "Iya, aku juga kaget waktu tau kamu Adiknya," ucapnya sekenannya.

"Semangat ya."

Liora tercengang mendengar kalimat itu. Tak lama setelah Reisha menyemangatinya, perempuan itu kembali ke kursi yang ada di baris depan. Sepeninggalan Reisha, ia jadi termenung, mencerna maksud dari Reisha menyemangatinya. Dikala ia termenung, tiba-tiba ia terlonjak karena merasakan tepukan keras di pundaknya. Ia menoleh dan mendapati Tiyas yang baru saja datang.

"Kenapa sih mukanya kayak gitu?" Tiyas mendudukkan dirinya di samping Liora.

"Tadi Reisha nyamperin aku," beritahu Liora dengan suara pelan.

"Anjir! Dia tau kalo kamu habis ketemu sama Kakaknya?"

Liora mengangguk kaku. "Dan dia nyemangatin aku."

Kening Tiyas berkerut dalam. "Nyemangatin kamu? Buat apa?" tanyanya kebingungan.

Liora mengedikkan bahu. "Nggak tau."

Percakapan Liora dan Tiyas harus berhenti karena dosen sudah datang dan memulai kelas. Hari ini agenda kelasnya adalah presentasi dan diskusi kelompok. Kelompok pertama yang dipanggil oleh dosen, sudah maju ke depan dan mempresentasikan tugas mereka. Selama presentasi berlangsung, Liora tidak bisa fokus sama sekali.

Liora merasa kalau beberapa kali Reisha menoleh ke kursinya. Padahal jarak tempat duduknya dan Reisha bisa dibilang cukup jauh. Reisha duduk di baris nomor dua dari depan, sedangkan ia duduk di baris paling belakang, tepat di sebelah asisten dosen. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang menyadari kalau Reisha beberapa kali menoleh ke belakang. Tiyas yang duduk di sebelah kirinya tiba-tiba mendekat padanya dan berbisik pelan.

Swipe Right [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang