Bab 12

26.6K 2.6K 75
                                    

"Ayah sedih kamu udah harus balik ke Surabaya," ucap Ayah dengan raut wajah sendu. "Gimana kalo kamu baliknya lusa aja?"

Liora mengulum senyum. "Aku harus balik, Yah. Besok aku harus kuliah sama kerja."

"Harusnya dulu kamu kuliah di Jakarta aja biar nggak jauh-jauh dari Ayah."

Liora berdecak pelan. "Ayaaah...."

Ayah mengehela napas panjang. "Yaudah, kamu langsung masuk aja. Nggak papa kan Ayah nggak ngantar sampai dalam?"

"Nggak papa. Ayah nggak perlu khawatir. Sekarang aku udah besar dan bisa ngelakuin apa-apa sendiri."

Ayah merasa tidak rela berpisah dengan putri semata wayangnya. Ketika tangannya disalimi, ia mencium puncak kepala anaknya.

Liora segera turun dari mobil dengan menggendong satu tas ransel di belakang punggungnya. Sebelum boarding, ia sempat membeli roti untuk dimakan di pesawat. Untung saja penerbangannya sore ini sesuai dengan jadwal dan tidak ada keterlambatan. Sebelum masuk ke pesawat, ia sempat mengirim pesan pada Andaru. Tak lama ia menerima balasan pesan dari Andaru.

Andaru: Begitu kamu sampai, aku udah ada di bandara

Liora tersenyum membaca sederet pesan dari Andaru. Begitu sudah di pesawat, ia menyimpan ponselnya ke dalam tas dan mulai memakan rotinya.

Begitu tiba di bandara Juanda, Liora mengitari pandangannya, mencari keberadaan Andaru yang katanya sudah sampai. Setelah beberapa menit mencari, akhirnya ia melihat sosok Andaru yang sedang berdiri di sebuah pilar dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Dari jauh Liora bisa melihat beberapa perempuan di sekitar Andaru melirik ke arah laki-laki itu dengan penuh minat. Meski begitu, terlihat Andaru tampak cuek dengan menampilkan wajah datarnya.

Liora berjalan menghampiri Andaru dengan langkah pelan. Belum juga dirinya mendekat, Andaru tiba-tiba melihat ke arahnya. Tak ayal Andaru menarik kedua sudut bibirnya ke atas ketika matanya tak sengaja melihat wajah Liora.

"Hai, kok nggak ngabari kalo udah sampai?"

"Baru aja sampai dan langsung bisa lihat Pak Andaru dari kejauhan."

Senyum Andaru masih terukir di wajahnya. "Sini, tasnya saya bawain."

Liora cepat-cepat menggeleng, menolak itu. "Nggak usah, Pak. Saya bisa bawa sendiri kok."

Andaru mengambil tas ransel Liora dengan pelan. "Udah, biar saya aja yang bawa."

Begitu tas sudah terlepas dari punggungnya, Liora akhirnya membiarkan tas itu beralih ke tangan Andaru. Dengan santainya Andaru menggendong tas bewarna pink itu di punggung tanpa merasa malu.

"Saya parkirnya agak jauh, nggak papa kan?" tanya Andaru menoleh ke Liora. "Atau kamu nunggu di sini, biar saya ambil mobilnya?"

"Nggak usah, Pak. Saya ikut jalan ke parkiran aja."

Andaru mengangguk. Kemudian ia dan Liora berjalan bersama ke tempat mobilnya di parkir.

"Oh ya Pak, karena saya bingung mau ngasih oleh-oleh apa, akhirnya saya bawa aja souvenir ulang tahun Oma yang kemarin masih banyak." Liora mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya. Kemudian ia menyerahkan kotak itu pada Andaru. "Ini buat Pak Andaru, sebagai rasa terima kasih saya karena waktu itu udah bantu pilihin parfum."

"Ini apa isinya?" Andaru menerima kotak pemberian Liora dengan wajah penasaran.

"Jam tangan," jawab Liora. "Saya sengaja pilihin warna gelap supaya cocok buat Pak Andaru."

Benar apa kata Liora. Begitu dibuka, ia melihat sebuah jam tangan warna hitam mengkilat di dalam kotak. "Makasih ya, Lio," ucapnya.

"Sama-sama, Pak," balas Liora dengan tersenyum.

Swipe Right [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang