Bab 20

26.3K 2.1K 28
                                    

Hidup memang penuh dengan masalah. Satu masalah belum teratasi, pasti ada aja masalah lain yang muncul. Begitu juga dengan hidup Liora sekarang. Sebelumnya ia hampir tidak pernah punya masalah dalam hidupnya. Hidupnya terbilang mulus dan tidak pernah merasa gelisah sedikitpun.

Kedatangan Ayahnya berhasil membuat Liora tidak bisa tidur dengan nyenyak. Di hari kepulangan Ayahnya ke Jakarta, Liora ikut mengantar meski dengan wajah tertekuk kesal. Apalagi mengingat kembali obrolan malam itu di restoran hotel.

Sekarang Liora bersama Ayahnya dalam perjalanan ke bandara menggunakan taksi. Ayahnya duduk di depan, sedangkan Liora duduk di kursi tengah.

"Liburan semester kamu pulang aja ke Jakarta."

Liora yang semula melihat ke arah luar, segera mengalihkan pandangan ke Ayahnya. "Aku kerja, Yah...."

Ayah menoleh ke belakang, berdeham sebentar sebelum kembali menatap ke arah depan. "Kamu kerja cuma sampai semester ini aja. Setelah itu, kamu fokus kuliah biar cepat lulus."

"Kok gitu?!"

"Semester depan kamu udah harus ngerjain tugas akhir. Kalo kamu kerja, pasti akan lebih capek," jawab Ayah memberi alasan.

"Waktu kerjanya masih terlalu singkat. Aku belum puas kerja di kantor." Liora menghela napas keras. "Bahkan belum ada enam bulan aku kerja," lanjutnya.

"Beberapa bulan aja cukup. Setelah lulus, kamu bisa langsung kerja di kantor Ayah. Akan ada orang yang bimbing kamu."

"Aku masih bisa bagi waktu kok. Nggak perlu sampai harus keluar dari kantornya Om Abdi."

Ayah menggeleng, tidak setuju dengan ucapan anaknya. "Ayah udah bilang ke Om Abdi semuanya. Jadi, masih ada beberapa bulan lagi kamu bisa kerja di sana."

Liora menahan diri agar tidak menumpahkan amarah pada Ayahnya. "Walaupun aku udah nggak kerja lagi, libur semester ini aku tetap nggak mau pulang."

Ayah sontak memutar kepalanya ke belakang. "Kenapa?"

"Aku mau mulai nyicil ngerjain skripsi."

Ayah menatap anaknya curiga. "Mau ngerjain skripsi atau mau dekat sama Andaru?"

"Bukannya Ayah udah setuju kalo aku pacaran sama Mas Andaru?"

"Tap--"

"Ayah udah setuju sama hubunganku," potong Liora cepat. "Lagian aku benaran mau nyicil ngerjain skripsi. Begitu masuk semester depan, aku bisa mulai bimbingan," tambahnya. Semester ini ia akan melakukan sidang proposal. Kalau tidak ada masalah, semester depan ia bisa lanjut mengerjakan bab empat. Meskipun dosen pembimbingnya susah untuk ditemui, tapi dosennya cukup kooperatif dengan melakukan bimbingan melalui email atau bahkan video call.

Ayah yang sudah kesal, memilih tidak membalas ucapan anaknya. Ia mengalihkan pandangannya kembali ke depan.

Liora bisa membaca maksud dan tujuan Ayahnya menyuruhnya pulang di waktu liburan. Ayahnya pasti tidak ingin Liora menghabiskan waktu liburan bersama Andaru. Apa yang dipikirkan memang benar. Walaupun dimulut Ayahnya setuju dengan hubungannya, tapi tindakan Ayahnya sangat berbanding terbalik. Ayahnya seperti ingin menjauhkan dirinya dari Andaru.

"Ingat, semester depan kamu udah nggak kerja lagi," ucap Ayah begitu sampai di bandara.

Liora ikut turun dari taksi begitu sampai di bandara. Sopir taksi sedang menunggunya untuk mengantarnya pulang.

"Dengar Liora?" panggil Ayah.

Liora yang malas berdebat, akhirnya mengangguk kecil. "Hmmm...."

"Jangan terlalu sering pacaran. Lebih baik waktunya dipakai buat belajar."

Swipe Right [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang