Bab 14

27.7K 2.6K 69
                                    

Tepat sekitar jam delapan, mobil yang dikemudikan Andaru sudah sampai di depan kos Liora. Seperti kebiasaannya setiap mengajak Liora jalan, ia tidak pernah mengantarkan perempuan itu di atas jam sembilan malam. Ia mengingat dengan baik kalau sejak dulu Liora terbiasa dengan adanya jam malam. Meskipun sudah merantau jauh dari Ayahnya, Andaru yakin kebiasaan jam malam itu akan tetap melekat pada Liora.

"Mmmm ... Makasih hari ini udah ngajak saya jalan. Makasih juga selalu bayarin semuanya. Kapan-kapan biar saya yang gantian bayarin."

"Kapan-kapan?" Andaru menaikkan sebelah alisnya sambil menahan senyum.

Untung saja lampu di dalam mobil mati, jadi Andaru tidak bisa melihat wajah Liora yang memerah karena malu.

"Itu berarti kita harus jalan lagi biar kamu bisa gantian bayarin saya."

Liora mengangguk. "Boleh."

"Kalo kamu lagi suntuk dan nggak ada teman buat jalan, kamu bisa langsung hubungi saya. Sekalipun bukan hari Sabtu atau Minggu, saya akan usahain luangin waktu buat kamu."

Liora mengangguk. Sebelum ia keluar, Andaru memanggil namanya membuatnya mengurungkan niat untuk turun dari mobil.

"Saya mau ngasih kamu sesuatu," ucap Andaru mengeluarkan sebuah benda dari kantong jaketnya. Ada sebuah boneka bewarna biru yang ukurannya setelapak tangannya. "Bonekanya bukan saya dapat dari mesin capit, tapi saya beli sendiri. Agak beda sih sama yang kamu mau, tapi semoga kamu suka."

Liora terkejut melihat boneka yang kini sudah berpindah ke tangannya. "Kapan beli boneka ini? Kok saya nggak tau?" tanyanya dengan wajah berbinar.

"Hmmm ... waktu kamu ke toilet. Kebetulan di dekat toilet ada store yang jual boneka. Saya berusaha cari yang warna dan ukurannya persis kayak di mesin capit."

"Ya ampun, effort banget sampai dicariin yang warna dan ukurannya sama," gumam Liora takjub.

"Maaf karena bentuknya nggak sama kayak yang ada di mesin capit."

Liora cepat-cepat. "Nggak papa. Yang ini aja aku udah senang banget. Makasih banyak."

"Sama-sama," balas Andaru.

Hari ini benar-benar menyenangkan untuk Liora. Andaru melakukan hal-hal kecil yang mampu membuat Liora senang. Meskipun mobil Andaru sudah pergi, senyuman tidak hilang dari wajah Liora.

Baru saja Liora hendak menutup gerbang kosnya, ia mendengar Asep memanggilnya. Laki-laki itu berjalan cepat ke arahnya. "Ada apa, Pak?" tanyanya.

"Tadi ada orang yang nyari Mbak Liora."

"Oh ya? Siapa, Pak? Teman saya yang biasa main ke sini?" tanya Liora beruntun.

Asep menggeleng. "Bukan, Mbak. Bukan teman cewek Mbak Liora yang biasa main ke sini."

Liora mengerutkan kening. Biasanya hanya Tiyas yang sering berkunjung ke kosnya tanpa bilang dulu padanya. "Terus siapa, Pak?" tanyanya penasaran.

"Cowok, Mbak. Bilangnya sih namanya Alastar."

Mendengar nama Alastar disebut membuat Liora seketika terdiam.

"Sebenarnya waktu Mbak Liora lagi nggak di kos, cowok itu nyari Mbak Liora juga. Tapi waktu itu dia nggak ngasih tau namanya. Saya juga nggak dibolehin ngasih tau ke Mbak Liora."

"Kapan dia datang, Pak?"

Asep diam sejenak, mencoba mengingat-ingat. "Kayaknya waktu Mbak Liora beberapa hari nggak ada di kos," jawabnya. "Sebenarnya saya mau ngasih tau, tapi saya lupa. Maaf ya, Mbak," lanjutnya dengan tampang bersalah.

Swipe Right [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang