2 Un Bacio

863 122 26
                                    

Semoga sukaaa!!! 😘😘😘

Semoga sukaaa!!! 😘😘😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Archer

2 Un Bacio

Bau alkohol yang menyengat itu semakin intens, seperti semburan api yang tak terlihat namun bisa dirasakan panasnya. Aroma tersebut meresap melalui celah-celah pintu dan jendela, hingga akhirnya menemukan jalan masuk ke dalam ruangan gelap tempat Riley bersembunyi. Detak jantung Riley berdegup kencang di dada, seolah setiap denyutnya memperdengarkan ketakutannya yang mendalam.

Ketegangan yang melingkupi Riley terasa begitu nyata, membuat setiap otot dan serat dalam tubuhnya tegang menahan rasa takut. Meskipun suasana kini telah diterangi oleh sinar lampu yang samar-samar berkilauan, namun kali ini Riley merasa terjebak dalam situasi yang tak dapat dihindari. Kekuatan dan kecepatan biasanya yang selalu menjadi andalannya kini tampaknya tak berguna.

Keterampilannya dalam mengatasi situasi genting dengan segera kabur tak mungkin bisa diterapkan kali ini. Solusi yang tersisa dalam pikiran Riley hanyalah tetap diam, berharap agar tidak ditemukan, meskipun dalam hatinya ia ingin meneriakkan ketakutannya sekeras mungkin.

Sementara itu, Archer, pemilik rumah masih asyik meminum alkohol di sofa yang berada di samping pintu kamarnya. Itulah alasan kenapa Riley mengatakan dirinya terjebak dan tak memiliki jalan keluar.

Dengan satu tangan memegang gelas berisi whiskey dan mata tertuju pada halaman buku yang sedang dibacanya, Archer tampak tenggelam dalam dunianya sendiri.

Riley, yang bersembunyi di balik selimut, diam-diam memperhatikan Archer. Tubuh Archer yang terbuka tanpa kaus, menampilkan otot-otot kekar yang tampak sempurna, Riley merasa seperti sedang memandang sosok dewa yang tak tergantikan.

Detail-detail pada tubuh Archer—otot dada yang menonjol, lengannya yang berotot, dan abs yang terdefinisi—menambah kesan kesempurnaan yang membuat Riley bingung mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya.

"Aku rela terjebak selama beberapa hari di sini jika itu pemandangannya." Riley tersenyum-senyum menatap pria pujaannya.

Ketika Archer mulai menutup buku dan berjalan dengan tidak stabil ke arah ranjang, Riley spontan bergerak untuk menyelimuti dirinya kembali. Pikirannya dipenuhi dengan kecemasan: bagaimana jika Archer melihatnya bersembunyi di sini? Saat ini, Riley bahkan bisa merasakan pria itu berbaring di sampingnya.

Srekkk! Archer membuka selimut dan bergerak untuk membungkus tubuhnya sendiri. Tindakannya membongkar pesona Riley. Awalnya Riley pasrah, yakin bahwa dia ketahuan. Namun, saat pria yang mabuk itu memanggil nama Aurora dengan penuh kasih, sambil memeluknya erat dengan spontan, Riley menyadari bahwa Archer sudah dalam keadaan mabuk berat.

"Aurora, kamu di sini? Aku sangat merindukanmu!" Archer mendekapnya erat seperti guling.

Archer memandang Riley dengan penuh kelembutan, seakan-akan matanya adalah jendela yang membuka diri untuk menyelami jiwanya yang penuh keanggunan.

Lalu, dengan gerakan perlahan yang penuh kasih, tangannya menemukan tempatnya di pipi Riley, menyentuhnya dengan lembut. Archer seolah memastikan bahwa dia adalah nyata, dia adalah Aurora yang dirindukannya.

Dengan perlahan, Archer mendekap pinggang Riley, merasakan kehangatan tubuhnya yang memancarkan energi menggairahkan. Ia membisikkan kata-kata manis di telinga Riley, membuat nafasnya tersengal dan kulitnya merinding.

Riley menatap Archer dengan mata yang penuh tantangan. Ia menggigit bibir bawahnya dengan lembut, memberi isyarat bahwa ia siap untuk lebih jauh. Dengan gerakan yang penuh keberanian, Riley menarik wajah Archer mendekat dan bibir keduanya bertemu dalam sebuah ciuman yang menggebu. Sungguh, ini adalah momen yang sangat Riley nanti selama ini!

Ciuman mereka penuh gairah dan intensitas, seolah menggambarkan seluruh perasaan yang selama ini terpendam. Bibir Archer melumat bibir Riley dengan lembut namun penuh hasrat, sementara tangan Riley menjelajahi punggung Archer, merasakan otot-ototnya yang tegang.

Tubuh sixpack yang selama ini hanya dapat Riley pandangi, kini bersentuhan langsung dengannya. Jantung Riley berdegup kencang saat ujung jari-jarinya merasakan setiap tonjolan otot, seolah memetakan kekuatan yang tersimpan di bawah kulit Archer. Sentuhan itu memicu gelombang panas yang melanda seluruh tubuh Riley, membakar rasa hasrat yang semakin tak terbendung.

Archer menangkap getaran keinginan yang kuat dalam sentuhan Riley. Mata mereka bertemu, penuh dengan rasa hasrat yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dengan gerakan yang penuh keberanian, Archer meraih tangan Riley, membimbingnya dengan lembut ke arah perjalanan yang lebih intim.

Mereka terjebak dalam dunia mereka sendiri, di mana rasa-rasa terlarang dan hasrat yang menggelora mengatur setiap langkah dan detik yang mereka lewati.

Namun sebelum mereka bisa menyelami lebih dalam lagi perasaan mereka, Archer tumbang dengan lembut ke belakang. Alkohol yang ia konsumsi telah membuatnya kelelahan. Matanya terpejam sempurna, dan dengkuran halusnya mengisi keheningan malam, menandakan bahwa dia telah terlelap dalam tidurnya.

"Kamu sangat manis, Archer," bisik Riley sambil mengusap lembut wajah tampan Archer. "Kamu tidak boleh terus-menerus minum alkohol, itu tidak baik untuk tubuhmu." Riley dengan lembut menarik selimut hingga menutupi dada Archer, memastikan dia merasa nyaman.

Riley berdiri perlahan, hatinya berdebar-debar. Ia ingin meninggalkan rumah itu dengan cepat, agar tidak ketahuan oleh siapa pun tentang apa yang terjadi di antara mereka. Namun, sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, tangan Archer menariknya kembali ke dekatnya.

"Kamu mau ke mana, Aurora?" tanya Archer dengan suara serak, mengira Riley adalah Aurora, wanita yang selalu ia impikan dalam mimpinya.

Riley tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa canggungnya yang mendadak muncul. "Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja, Archer." Riley asal bicara, menjalani perannya sebagai Aurora. Wanita yang selalu Archer sebut dalam tidurnya sejak tadi.

Archer menatap mata Riley, mencari kepastian di dalamnya. Kemudian, dengan gerakan yang lembut, ia menarik Riley ke dalam pelukannya. "Aku ingin memelukmu malam ini, jangan pergi. Walau hanya dalam mimpi, aku cukup bahagia."

Mereka berdua terdiam sejenak, merasakan hangatnya pelukan dan keintiman yang mereka bagikan, meskipun hanya untuk sesaat. Terutama bagi Riley.

Meskipun Archer mengira dirinya sebagai wanita lain, namun ciuman dan pelukan yang ia dapat malam ini sangat berharga.

"Aku tidak sekedar obsesi padamu, aku mencintaimu, Archer. Entah kapan kamu akan melihat ke arahku dan menganggapku ada. Entah kapan perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan." Dengan berat hati, Riley merebahkan diri di atas dada tegap Archer. Ia menikmati pelukan ini dan tak mau melewatkannya sedetik pun.

"Kamu akan galak padaku jika sadar dari alkohol, jadi aku akan menikmati momen ini terlebih dahulu!" Lirihnya, sambil merasakan detak jantung Archer yang seirama dengan detak jantungnya, menciptakan melodi yang harmonis di tengah keheningan malam.

Riley mengambil ponsel dari sakunya dengan cepat, memastikan untuk menangkap momen indah ini sebelum menghilang dalam ingatannya. Dengan jari-jari yang bergetar karena gugup, ia menekan tombol kamera dan membidik Archer yang sedang memeluknya dengan penuh kasih sayang.

Riley merasa berbunga-bunga, sensasi yang mengalir melalui urat nadinya seperti arus listrik. Setiap sentuhan Archer, setiap hembusan nafasnya, semuanya membuatnya merasa seperti berada di puncak dunia. Dipeluk oleh Archer dengan mesra seperti ini, membuat Riley merasa seolah-olah ia baru saja memenangkan lotre miliyaran dollar.

*****

Yang mau baca cepat silahkan kunjungi karya karsa yah!

Alhamdulilah udah ada notifnya hehehe

Oh iya, cerita ini bakalan ada versi englishnyaaa

Pretty Stalker (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang