13 Sebuah Rahasia

569 85 12
                                    

13 Sebuah Rahasia

Riley tak menghadiri perkuliahan hari ini. Panggilan dari Archer juga tidak ia jawab. Riley sangat membencinya! Dia sangat kesal karena Archer lebih peduli dengan mantannya. Yang dilakukannya seharian ini hanya merebah sembari menatap langit-langit apartemennya.

Hidupnya tanpa Archer sangatlah membosankan. Baru saja Riley bisa merasakan indahnya memiliki seseorang, tapi dalam sekejap, keindahan itu kembali hilang darinya.

"Kenapa kamu jadi lemah seperti ini? Seharusnya kamu tetap di sana dan perlahan mengusir wanita menyebalkan itu pergi!" Gerutunya seraya memukul ranjangnya berkali-kali.

Ponsel Riley kembali berbunyi, terdapat nama Archer, namun ia masih ragu untuk mengangkatnya. Hingga secara tiba-tiba.... pria yang ia pikirkan seharian ini berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku?" Tanyanya seraya memeluk Riley dengan penuh kekhawatiran. Sejak kapan pria itu datang dan masuk ke apartemennya?

Riley terkejut. "Bagaimana kamu bisa di sini?"

Archer menjawab dengan dingin, "Apa yang tidak bisa aku lakukan?" Lalu, ia mendekat dan memeluk Riley. "Aku sangat khawatir, kau tahu?"

"Pergilah, kembalilah pada mantanmu itu!"

"Riley, aku hanya berniat membantunya, tidak lebih. Kamu tau betul siapa yang bertanggung jawab atas pernikahan mereka bukan?"

"Bukan kamu! Jika dia mencintaimu, mau bertemu seribu pria yang lebih baik pun, dia tidak akan goyah. Pernikahan itu adalah pilihannya sendiri!"

"Tidak sesederhana itu!"

"Ya sudah, pergilah! Jangan temui aku selama wanita itu masih di dekatmu! Aku bukan cadanganmu!"

"Riley, dewasalah sedikit!"

"Aku memang anak-anak, menikahlah dengan wanita dewasa yang kamu impikan!"

"Kamu sungguh ingin putus?" Tanya Archer yang membuat Riley spontan terdiam.

Riley mengepalkan tangan. Kenapa dia selalu kalah? Riley tidak ingin kehilangannya. Riley sangat mencintai Archer. Wanita bernama Aurora itu hanya kerikil kecil. Tidak, Riley tidak boleh kalah darinya.

"Selalu mengancamku. Kamu cinta sama aku atau tidak?" Rengeknya meminta kejelasan.

"Jika tujuanku adalah Aurora, aku tidak akan berada di sini. Mengkhawatirkanmu setengah mati." Archer mengusap wajah cantik itu dengan penuh kelembutan.

"Kamu cinta?" Tanyanya manja, memeluk punggung kokoh itu dengan erat.

"Tentu saja!" Archer mengecup bibirnya.

"Ayo pulang!"

"Dia masih di sana?"

"Hanya sampai masalah perceraian dan hak asuh anaknya kembali. Setelah itu, kita lupakan dia. Kita pikirkan pernikahan kita. Aku tidak pernah mengingkari perkataanku!"

*****

Setelah melewati serangkaian bujukan dari Archer, akhirnya Riley bersedia kembali ke rumahnya. Mood Riley juga berangsur membaik setelah kencan singkat mereka hari ini. Quality time yang Archer berikan membuat Riley merasa bahagia.

Namun, suasana di rumah tidak sepenuhnya menyenangkan. Aurora menyambut mereka dengan senyuman kecut, menunjukkan kekecewaan dalam hatinya. Aurora tidak senang dengan kehadiran Riley kembali, karena itu akan menghambat hubungannya dengan Archer seperti sebelumnya. Aurora tidak akan melepaskan Archer, tak peduli apa pun yang terjadi.

"Maaf Aurora, jika kami merepotkanmu. Lain kali kamu tidak perlu membuka pintu. Aku punya kunci cadangan," kata Archer seraya mendekap pinggang Riley.

Riley menimpali dengan nada sinis, "Ya, tidak usah repot-repot. Kalau kami sampai kencan hingga pagi atau bahkan menginap, bagaimana?"

Pretty Stalker (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang