17 Rahasia

321 67 14
                                    

17 Rahasia

"Aku sudah bilang padamu, pergi! Lihatlah luka di wajahmu!" Archer mengusap lembut wajah Riley yang kini tengah memakai makeup. Walaupun bekas pukulan itu masih terlihat memerah, tapi rautnya sangatlah ceria.

"Sudahlah, lupakan saja. Sekarang aku mau kamu mengantarku ke taman bermain. Aku ingin naik wahana-wahana ekstrem bersamamu!"

"Apa?"

"Kamu takut?" Riley meledek.

"Tapi aku harus mengajar---"

"Aku sudah mengirim surat resign atas namamu. Ayo bersenang-senang! Kamu harus bahagia, membangun memori yang menyenangkan supaya psikologismu membaik!" Riley menyeret kekasihnya itu keluar rumah. Ia bahkan menyetir untuk Archer dan memainkan musik-musik yang menyenangkan.

"Kamu mengirim surat resign?"

"Ya, menggunakan emailmu. Dan aku sudah mengajukan cuti kuliah selama setahun. Ayo bersenang-senang!"

"Tapi tidak seharusnya---"

"Archer, percayalah padaku!" Riley mencium pipinya hingga berdecit. "I love you, pria tampanku!"

Archer tersenyum saja melihat tingkah genitnya. Apa sebesar itu rasa cinta Riley untuknya? Sampai dia berani mengambil risiko seperti demikian?

Jujur, Archer memang sangat takut jika Riley terluka karena ketidaksadarannya. Tapi di sisi lain, Archer butuh dia. Archer sangat mencintainya dan nyaman bersamanya.

"Aku membawa pasta, makanlah. Aku membuatnya sepanjang pagi menggunakan tutorial YouTube." Ujar Riley seraya menunjuk kotak putih yang ada di kursi belakang.

Archer pun mengambilnya, membuka kotak itu dan memandangi pasta yang dihias sedemikian rupa. Ia tersenyum sembari membayangkan betapa repotnya wanita itu pagi ini.

"Aku pikir, kamu wanita manja yang tidak bisa memasak."

"Lalu jika tidak bisa memasak, aku harus makan apa setiap harinya? Warisan orangtuaku bisa cepat habis jika seperti itu."

"Kalau boleh tahu, kenapa orangtuamu meninggal?"

"Aku tidak ingin membahas itu. Coba kamu cicipi pasta yang aku buat. Apakah enak?" Riley mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia meremas setir mobil itu dengan kencang. Riley tidak mau mengingat tentang kematian orangtuanya lagi.

Archer mengangguk mengerti, lalu mencoba pasta tersebut. Ia pun berusaha membuat suasana di antara mereka kembali cair. Archer merasa bersalah karena membahas orangtuanya. Pasti kehilangan yang Riley alami sangatlah menyakitkan. Archer tahu, karena Archer juga pernah merasakan pedihnya kehilangan orangtua.

*****

Setelah beberapa saat berkendara, mereka akhirnya sampai di taman bermain yang ramai dengan pengunjung yang antusias. Archer dapat merasakan kegembiraan yang meluap dari Riley begitu mereka memasuki gerbang.

"Ayo, Archer! Kita harus mencoba wahana paling ekstrem dulu!" Seru Riley dengan antusias.

Archer mengikuti Riley dengan langkah cepat, berusaha mengejar langkah energik kekasihnya yang penuh semangat. Mereka berjalan melewati berbagai wahana yang berbeda, sampai akhirnya mereka tiba di wahana paling menantang di taman bermain itu.

Wahana itu disebut "The Cyclone", sebuah roller coaster raksasa yang terkenal dengan kecepatan dan tikungan-tikungan curamnya. Archer memandangnya dengan rasa takut yang tersembunyi di balik senyumnya, tetapi ia tidak ingin mengecewakan Riley.

"Tentu, kita akan mencobanya," kata Archer dengan penuh semangat, mencoba menekan rasa khawatirnya.

"Sebelum itu, kita harus pakai ini!" Riley mengeluarkan borgol dari tas miliknya. Ia memborgol satu tangan Archer dan tangannya sendiri. "Pokoknya kamu harus ikut apapun yang aku naiki!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pretty Stalker (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang