12 Kedatangan Aurora / 18+

1K 85 5
                                    

Di bawah sinar rembulan yang mengalir lembut, Archer dan Riley terhanyut dalam keintiman yang memabukkan di halaman belakang rumah mereka. Cahaya bulan menyelipkan kilauan magis ke dalam setiap gerakan mereka, menari-nari di antara bayangan pohon-pohon yang menggelayut di sekitar.

Archer merangkul Riley dengan penuh kasih, matanya penuh dengan kehangatan yang tak terbendung. Hatinya berbicara lebih keras daripada kata-kata, memancarkan cinta yang mengalir seperti sungai yang tak pernah kering. Di dalam dekapannya, Riley merasa seperti berada di pelukan keabadian, di mana waktu berhenti berjalan dan dunia luar hanya menjadi latar belakang yang tak berarti.

Archer menghujamnya dengan lembut, tiap gerakan lembutnya membangkitkan gelora di dalam diri Riley. Setiap sentuhan itu, seperti mantra yang menyulut keinginan yang tak terbendung di dalamnya. Riley mengeratkan pelukannya, merasakan setiap hentakan yang menusuknya dengan kedalaman yang menggetarkan.

Di antara sentuhan yang membara, mereka terlempar ke dalam lautan nafsu yang mengalir deras. Dalam pelukan yang erat, mereka menemukan kedekatan yang tak terlukiskan, menyatu menjadi satu dalam kenikmatan yang mengalir seperti sungai yang tak pernah kering.

"Archer!" Riley mendesah di tengah hujaman-hujaman itu. Menikmati setiap dorongan nikmat yang Archer ciptakan di bawah sana.

"Aku suka saat kamu menyerukan namaku, terdengar sangat indah!"

Mereka berbagi rahasia-rahasia mereka, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan sentuhan dan hujaman yang tajam. Setiap sentuhan, setiap ciuman, menyatukan mereka dalam kebersamaan yang mendalam, mengikat hati mereka dalam ikatan yang tak terputus.

Setelah mencapai puncak keintiman bersama, Archer merebah di samping Riley, memeluknya dengan lembut sambil mencium bibirnya yang lembut. Riley membalas pelukan itu, sambil mengatur napasnya yang masih terengah-engah.

Dengan jemarinya, Riley membuat coretan-coretan tak berarti di dada tegap kekasihnya, menciptakan jejak yang tak terlupakan di atas kulit yang hangat.

"Archer, kira-kira, apa kamu pernah memikirkan tentang pernikahan?" Tanya Riley dengan suara yang lembut.

Archer menatap Riley dengan penuh kasih, "Siapa yang tidak ingin memiliki seseorang untuk menjadi pendamping kita seumur hidup? Tentu saja aku memikirkannya. Tapi dengan keadaan psikologisku yang seperti ini, aku takut hanya akan menyakiti pasanganku saja. Aku tak ingin menyakiti kamu, Riley."

Riley tersenyum lembut, mencium kening Archer dengan penuh cinta. "Aku percaya, Archer. Kita akan menghadapi setiap hal bersama-sama. Kita akan menemukan cara untuk menjalani kehidupan yang indah, apa pun yang terjadi. Yang penting, kita bersama."

"Jadi, kamu mau menikah denganku?" Tanya Archer seraya menyentil hidung Riley dengan lembut.

Riley tersenyum, matanya berbinar penuh harapan. "Kapan?" Tanyanya dengan gugup.

"Mau banget?" Archer kembali menindihnya dengan lembut, menggoda Riley yang wajahnya sudah memerah padam.

Riley menatap Archer dengan penuh cinta, "Jangan banyak bicara, buktikan dulu!"

Archer mengangkat satu alisnya, tersenyum penuh keyakinan. "Tenang, Riley. Jika aku memutuskan untuk serius menikah, kamu akan menjadi wanita pertama yang aku cari. Aku harus memantapkan hatiku, dan tidak boleh tergesa. Aku tidak mau menyakitimu dengan ketidakyakinanku. Tapi, aku janji akan membuktikan cintaku padamu setiap hari, sampai kita berdua siap untuk melangkah ke tahap berikutnya."

"Awas jika kamu berbohong, aku akan menguntitmu untuk seumur hidup!" Batin Riley seraya memeluk pria itu dengan erat.

"Sepertinya sudah waktunya kita tidur dan melanjutkan aktivitas tertunda ini di kamar!" Kata Archer sambil mengangkat Riley ke dalam gendongannya seperti koala. Keduanya bahkan masih tidak mengenakan sehelai benang pun saat ini.

Pretty Stalker (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang