16 Berperang

425 85 6
                                    

Archer terbangun di kamarnya yang gelap dengan tubuh yang tersentak, matanya meraba-raba kegelapan dengan nafas yang terengah-engah. Namun, ketika tatapannya menemukan Riley terlelap di sampingnya, rasa aman seketika menyelimuti hatinya, mengusir semua ketakutan yang merayap dalam pikirannya.

Archer pun kembali merebah seraya memandanginya. Ia mengusap wajah cantik itu dengan penuh rasa heran. Kenapa Riley repot-repot menyukai pria dengan penyakit mental sepertinya? Sedangkan di luar sana banyak sekali pria normal yang mengincarnya.

Archer pun bangkit, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Archer meremas kepalanya seraya mengingat apa yang terjadi hari ini. Semenjak penyakit psikologisnya semakin parah, ia tidak lagi menuliskan naskah yang akan terjadi seperti sebelumnya. Semua terjadi secara spontan. Jadi kali ini Archer benar-benar tidak tahu cerita apa yang akan dibuat oleh imajinasinya.

Tapi jika Riley berkata dia bertemu sosok Sean yang mengaku kepribadian lain dalam dirinya, mungkinkah ia menulis tentang alter ego? Atau semaca, dark romance? Entahlah.

Archer juga mendadak teringat akan cerita-cerita horor dan thriller dari edisi khusus majalah yang telah membayarnya mahal setiap tahun untuk menciptakan cerita-cerita itu. Apakah edisi kali ini, alam bawah sadarnya ingin menulis tentang alter ego dan melibatkan Riley?

Kerusuhan dalam pikirannya membuat Archer berperang dengan kecemasannya. Dia terus mempertimbangkan kemungkinan bahwa semua segmen itu benar-benar terjadi, bukan hanya cerita tentang anjing itu saja. Apakah ia telah membunuh orang-orang yang ada dalam cerita itu?

Pyarrrrr!!! Archer meninju kaca di hadapannya, meremas pecahan kaca itu dengan frustasi. Ia lelah dengan semuanya. Apa yang bisa membuat semua ini berhenti? Mungkinkah kematiannya?

Archer menatap pembersih kloset yang ada di ujung ruangan lalu beranjak untuk mengambilnya. Namun sebelum ia berbuat hal-hal yang tidak diinginkan, sebuah tepisan membuat botol pembersih itu terlempar.

"Archer!" Riley mendekap pundaknya. "Apa yang kamu lakukan?"

"Mungkin hanya dengan mati, aku akan sembuh Riley!" Jawabnya dengan tegas. "Apa sebaiknya aku mati secara legal saja? Mendaftarkan diri untuk suntik mati? Sepertinya ini keputusan terbaik!"

Riley menatap Archer dengan penuh kekhawatiran, tangannya gemetar saat mencoba menahan tubuhnya yang terguncang. "Archer, jangan bicara seperti itu," pintanya dengan nada tegas namun penuh kasih sayang. "Kamu tidak bisa menyelesaikan masalah dengan mengakhiri hidupmu. Kita bisa mencari bantuan, mencari cara untuk mengatasi ini bersama-sama."

Namun, Archer hanya terdiam, pandangannya kosong ke arah dinding yang seolah-olah menampakkan bayangan-bayangan dari cerita-cerita yang menghantuinya. Pikirannya berputar-putar, terperangkap dalam labirin pikiran gelap yang sulit untuk dikeluarkan.

Riley meraih tangan Archer dengan lembut, mencoba memperoleh kontak fisik yang bisa meredakan kecemasan di dalam dirinya. "Kita akan melalui ini bersama, Archer. Aku akan selalu di sampingmu, melindungimu. Kamu tidak sendirian."

"Bagaimana jika aku membunuh orang-orang, persis aku membunuh anjing dalam cerita itu?"

"Archer, aku yakin kamu tidak melakukannya! Jikalaupun iya, apa salahmu? Adilkah jika orang-orng menghakimi perbuatan yang tidak kamu perbuat?"

"Itulah kenapa aku harus mati! Hanya itu cara agar penyakitku kejiwaanku berhenti!"

"Lalu bagaimana jika itu tidak terjadi?" Riley memeluknya. "Kamu harus rutin ke psikiater dan berhenti dari semua aktivitasmu. Aku akan di sampingmu."

"Aku takut sekali." Archer memeluknya dengan erat.

"Aku obati tanganmu." Riley merain tangan kekasihnya yang berdarah-darah lalu membawanyanya menuju sofa ruang tengah. Ia mengobati luka Archer dan membuat dua cangkir coklat hangat setelahnya.

Pretty Stalker (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang