9 Jatuh Cinta

690 83 11
                                    

"Kali ini, cerita apa yang ingin kamu tulis tentangnya?" Seorang psikiater bertanya pada Archer yang sedang duduk di kursi dengan nyaman dan pikiran yang rileks.

"Aku tidak ingin berbagi dia dengan siapapun. Aku ingin menulis bagaimana aku mengaguminya, mencintainya, dan menguncinya dalam dekapanku untuk selamanya."

"Kamu mencintainya?"

"Entahlah, aku takut ini hanya bagian dari imajinasi. Aku takut berubah. Aku takut dia menjadi Aurora ke dua, aku tidak ingin menyakitinya."

"Lalu kenapa kamu biarkan dia masuk ke dalam hidupmu? Kenapa tidak kamu pertegas agar dia menjauh?"

"Aku takut dia seperti Aurora, tapi aku tidak ingin kehilangan dia. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Kali ini alur yang aku inginkan berbeda." 

Psikiater itu mengangguk paham saat Archer berusaha menjelaskan unek-uneknya.

"Apa mungkin, apa yang kamu tulis untuk Aurora adalah hal yang kamu inginkan? Bahwa kamu ingin mengakhiri hubungan, tapi kamu tidak tahu caranya? Bisa dibilang selain penyakit psikologismu, kamu juga tidak ingin bersamanya lagi?"

"Tidak mungkin, aku mencintainya."

"Umumnya jika mencintai, maka cerita yang muncul dalam imajinasimu adalah memiliki seutuhnya, bukan? Setelah kasus kedua ini, aku mendapat satu kesimpulan. Perasaan dan hatimu menentukan imajinasi yang menyerang psikologismu selama ini."

"Benarkah?"

"Laporkan terus padaku perkembangan imajinasimu saat berdekatan dengan wanita bernama Riley itu. Jika yang ingin kamu tulis hanya tentang cinta dan kekagumanmu padanya, hayalan indah yang ingin kamu wujudkan, itu berarti perasaanmu juga menentukan. Kamu ada harapan untuk sembuh melalui perasaanmu sendiri."

"Tidak sesimple itu kan, dok?"

"Tentu tidak sesimple itu. Tapi aku rasa jika kamu sudah menemukan cinta dalam hatimu, tidak ada alasan lagi untuk penyakit itu kambuh. Jikalau pun iya, kamu hanya sekedar ingin menulis kekagumanmu untuknya."

Kini Archer hanya menunduk dan terdiam. Benarkah dia jatuh cinta pada Riley? Apa dia obat yang Archer tunggu-tunggu selama ini?

*****

Riley memandangi Archer dengan campuran antara kebingungan dan kekhawatiran yang jelas terpancar dari matanya. "Jadi kamu punya penyakit semacam itu?" Tanyanya, suaranya penuh dengan kelembutan dan kekhawatiran.

Archer, yang kini menyandarkan kepala di pangkuan Riley, mengangguk perlahan. "Aku tidak berani mengatakannya pada siapapun selama ini," jawabnya dengan suara serak. "Terkadang saat kambuh, aku akan berpikir dan melakukan apa yang menjadi hayalanku. Bahkan terkadang aku terhanyut dalam imajinasi dan menjadi tidak waras."

Riley merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Archer. "Jadi cerita tentang Aurora juga kamu yang ciptakan? Maksudku, apa itu benar-benar terjadi di dunia nyata? Kamu mewujudkannya sebelumnya?" Tanya Riley, mencoba memahami situasi yang Archer hadapi.

Archer mengangguk lagi dengan ekspresi yang penuh penyesalan. "Ya, aku melakukannya," akunya dengan suara teredam. "Bahkan, aku mengenalkannya pada seorang konglomerat muda secara tak langsung. Membuat mereka bertemu dan jatuh cinta. Aku yang menciptakan semua itu, Riley."

Riley menelan ludahnya dalam-dalam, mencoba mencerna semua yang baru saja dia dengar. Apa yang Riley lihat selama ini adalah bagian dari imajinasi Archer? Saat dia mendengar Archer mengungkapkan kerinduannya pada Aurora, atau momen-momen intim lainnya, apakah semuanya hanya sebatas khayalan semata?

"Apa yang membedakan kamu sadar dan tidak?" Riley kembali bertanya dan mencoba memahami lebih dalam tentang kondisi yang dialami Archer.

Archer menggelengkan kepala pelan. "Aku tidak tahu," akunya dengan nada sedih. "Maka dari itu, aku tidak pernah tertarik dengan siapapun. Aku membatasi diri dengan semua orang. Aku tidak mau ada Aurora lain yang menjadi korban." Dalam kata-katanya terdengar penyesalan yang mendalam, serta kekhawatiran akan kemungkinan bahaya yang mungkin timbul jika dia kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Pretty Stalker (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang