Tharn dan Type saling melemparkan pandangan mereka karena saat ini putra bungsu mereka sudah berada di dalam rumah dengan wajah yang tak menampilkan ekspresi apapun.
Ini pertama kalinya Rain pulang setelah lima bulan pernikahannya. Dan kepulangan si bungsu kali ini membawa serta segudang pertanyaan, pasalnya si bungsu tak mengatakan apapun ketika menginjakkan kakinya masuk ke dalam rumah kelahirannya.
" Kau mau makan sayang?" Type memecah keheningan dengan menawarkan Rain makan namun tak dijawab oleh si bungsu
Rain hanya menatap papanya dengan tatapan datar. Ini juga pertama kalinya putra bungsunya itu bersikap seperti ini.
Selama hampir delapan belas tahun tumbuh bersama si bungsu, baru kali ini Type mendapat tatapan seperti itu dari putra kecilnya. Meskipun Rain selalu membuat sedikit masalah dan juga kerap berdebat dengannya, namun tak pernah sekalipun Rain memandang orangtuanya tanpa ekspresi seperti itu.
Type mulai mempertanyakan keputusannya yang menikahkan si bungsu dengan lelaki pilihan suaminya.
" Apa yang terjadi?" Tharn tak tahan dengan suasana hening dan aneh yang terjadi mulai membuka suara
" Apa Daddy puas? Mau sampai kapan aku menikah?"
" Apa maksudmu Rain?"
" Daddy tak mungkin tak mengerti maksudku bukan??"
" Apa? Daddy benar-benar tak mengerti.."
" Haa.. Baiklah kalau begitu. Rain pamit." Rain menghembuskan nafasnya kasar dan beranjak dari duduknya
" Kau mau pulang? Tak mau menginap disini saja malam ini?" cegah Type yang tentu juga rindu dengan putra bungsunya
" Kenapa? Papa kan punya putra papa yang lain, Rain sudah dijual. Jadi tak ada keharusan bagi Rain menginap." Type dan Tharn terkejut mendengar ucapan Rain, bagaimana perangai putranya itu sekarang menjadi seperti ini
Apa yang salah dengan putranya sekarang.
" Apa maksudmu Rain??!" bentak Tharn tersulut emosi
" Kenapa Daddy marah? Bukankah benar, Rain sudah tak memiliki hak untuk kembali ke rumah. Jadi tak ada yang salah dengan ucapan Rain." Rain tak ingin lagi berdebat lebih jauh, pemuda manis itu segera melangkahkan kakinya
Namun lagi-lagi pergerakannya dihentikan oleh kedua orang tuanya.
" Siapa yang mengajarimu seperti itu?"
" Tak ada."
Rain mengabaikan pertanyaan ayahnya dan lebih memilih pergi. Pikirannya sedang kacau, dirinya datang ke rumah untuk bertanya apa yang sebenarnya pada kedua orang tuanya, namun dirinya justru tak mendapatkan jawaban apapun.
" Rain!!"
" Rain!"
Bahkan teriakan panggilan sang papapun diabaikan sepenuhnya oleh Rain. Pemuda itu sudah masuk ke dalam mobil milik suaminya, dan meninggalkan halaman rumah orang tuanya.
Type menatap mobil yang membawa putra bungsunya pergi dengan perasaan sedih.
" Apa yang sebenarnya dimaksud putramu itu? Apa ada yang tidak aku ketahui?" cecar Type pada sang suami
" Apa benar kau menjual putraku seperti ucapan Rain? Tak mungkin putraku itu menjadi seperti itu kalau tak ada alasannya." Type masih tak puas melampiaskan keluhannya menghadapi penolakan Rain untuk pertama kali
" Aku tak tahu. Aku tak melakukan hal itu, kau tentu tahu. Aku juga tak tahu kenapa Rain menjadi seperti itu?" Tharn yang memang merasa tak melakukan apapun ikut kebingungan
KAMU SEDANG MEMBACA
Perverted Little Husband
Fanfiction" Daddy!! Aku saja baru lulus sekolah, aku masih kecil. Bagaimana bisa daddy menikahkanku dengan pria yang sepuluh tahun lebih tua dariku. Dan lebih dia duda!" Apaaaa... Bagaimana bisa daddy menikahkanku dengan pria sepertinya? Apa daddy tak tahu ku...