Kegilaan Ple

473 57 7
                                    

" I.. I.. Itu Phi,"

Tine dan Rain saling senggol, seperti dua orang anak kecil yang kebingungan harus mengatakan apa pada orang tuanya karena ketahuan berbohong.

" Cepat." sela Pat tak sabar karena kedua adiknya itu justru sibuk mengajukan diri satu sama lain

" I-Itu Phi.."

" Lho, Kenapa dua adikmu disini?" Type yang masuk ke dalam ruangan putra sulungnya terkejut mendapati dua makhluk manis lainnya di tengah ruangan dominan sang sulung

" Hey Pa.. Rain rindu Phi, Jadi Rain main. Pa.. Rain juga rindu masakan papa, ayo pulang!" Rain bergerak cepat mengapit lengan papanya mengabaikan tadi dirinya hampir saja mengatakan kebenaran

" Iya Pa. Tine juga main sebentar karena ada Rain. Tine akan kembali sekarang. Bye Phi.. Bye Pa.." Tine juga tak mau kalah langkah, pemuda jangkung manis itu segera mengecup pipi papanya dan berpamitan lalu menghilang secepat kilat dari dalam ruang kerja kakaknya

" Aoo.. Kalian ini. Yasudah ayo pulang." Type yang memang hanya mengantarkan makan siang putra sulungnya segera berpamitan pada Pawat

Pawat masih menatap tajam wajah adiknya yang seakan enggan melihatnya. Pria itu masih curiga dengan apa yang disembunyikan kedua adiknya tersebut. Dan dirinya akan menyelidiki hal itu lebih lanjut.








Sepertinya keberuntungan memang tak berpihak pada Rain dan Tine. Keduanya kini sudah kembali dihadapkan dengan seorang dominan yang tengah bersedekap dada dan menatap keduanya tajam menuntut sebuah jawaban.

Baik Rain dan Tine hanya bisa pasrah kali ini. Mereka tak mau menjadi sasaran amukan sang kakak karena terus saja berkilah ketika sang kakak menuntut kebenaran dari mulut keduanya.

" Itu hanya pil kontrasepsi Phi." jawab Tine yang lelah bermain kucing-kucingan dengan kakaknya

" Aku masih kecil Phi. Jadi Phi Tine meminta untuk meminumnya setelah aku menikah."

" Ya. Aku hanya tak mau Rain hamil sebelum usianya cukup matang."


Pawat menatap kedua adiknya bergantian. Lalu menghembuskan nafas lega dan merentangkan kedua tangannya lebar.

Rain dan Tine yang paham maksud sang kakak, langsung menghambur masuk ke dalam pelukan kakaknya.

" Phi tahu, Tapi tetap saja itu salah. Harusnya kau membicarakan hal itu dengan suamimu sayang," Pat mengusap puncak rambut halus adik bungsunya

" Tapi Phi.." Rain ragu, bagaimana kalau suaminya itu marah

" Phi yang akan mengatakan pada suamimu." putus Pat



Tanpa menunggu waktu lebih lama, Pawat mengutarakan masalah yang sempat disembunyikan kedua adiknya pada keluarga besar mereka yang sekarang sedang berkumpul atas undangan kakak sulung Rain tentu saja.

Mereka semua terkejut karena baik Rain maupun Tine menutupi kebenaran yang harusnya diketahui oleh suami Rain, Phayu.


" Tak apa. Aku sudah tahu." ucap Phayu tersenyum lembut menatap istri mudanya

" Phi tahu?" tanya Rain ragu

" Ya. Mana mungkin aku tak tahu. Kita melakukannya hampir setiap hari dan kau tak hamil, tentu ada yang bermasalah. Kau ingat ketika aku meminta dokter ke rumah dan memeriksamu?" Rain mengangguk mengingat ucapan suaminya

" Karena itulah aku tahu kau mengkonsumsi obat kontrasepsi. Lagipula aku juga tak ingin memaksamu mengandung kalau memang kau belum siap." Rain kembali merasakan sesuatu yang hangat melingkupi hatinya

Perverted Little HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang