Hari Pernikahan

741 72 20
                                    


Rain memutar kedua bola matanya malas menghadapi omelan sang papa yang seakan tiada habisnya. Pihak perias bahkan hanya bisa tersenyum canggung karena dirinya dibuat bekerja keras di bawah tekanan omelan papa si calon pengantin.

" Abaikan saja phi, papaku memang begitu." Rain meminta periasnya untuk melanjutkan saja merias dirinya dan mengabaikan omelan sang papa

" Anak nakal, Sudah tau hari ini menikah dan justru begadang saja, lihat sekarang kantung matamu seperti panda. Memangnya ada panda sekurus dirimu itu, pasti kau panda busung lapar. bla bla bla...." Type terus saja mengomel tak memperdulikan kalau omelannya pada sang putra tak memiliki efek apapun

" Kan.., Memang aku ini anak tiri phi,"

" Anak tiri darimana hah?!"

" Oh.. Kalau begitu aku anak pungut yang diambil secara tak sengaja,"

" Enak saja kalau kau berucap ya Rain, Kau itu putraku. Kau tak lihat kau mirip siapa hah??!!"

" Kalau aku putra kandung papa, harusnya papa tak membiarkanku menikah secepat ini. Pasti suamiku itu pedofil karena menikahi anak yang baru akan beranjak delapan belas tahun."

" Kau itu... bla bla bla,"

" Sudah phi, pakai penutup telinga saja. Papaku tak akan selesai sampai nanti pernikahanku selesai."

Penata rias itupun hanya bisa tersenyum, namun dalam hatinya dirinya sedang berteriak karena perdebatan orang tua dan anaknya yang tak ingin mengalah satu sama lain. Dengan cekatan dirinya mempercepat proses merias wajah si pengantin, agar telinganya masih bisa diselamatkan.









Rain menunduk, dirinya tengah menunggu untuk proses pernikahannya yang akan dilakukan lima menit lagi. Hingga dari jauh dirinya dapat melihat dengan jelas seorang pria yang memakai jas pengantin dengan warna dan model yang sama dengan miliknya.

Kepalanya menoleh melihat sang ayah meminta penjelasan. Tharn yang tahu arti tatapan anaknya itu hanya bisa mengangguk mengiyakan.




Apaaaa...

Bagaimana bisa daddy menikahkanku dengan pria sepertinya?

Apa daddy tak tahu kutukan yang berada di sekitar pria itu?

Apa daddy tak sayang padaku lagi?

Huuuaaaaa...



Rain menggigit bibirnya saat upacara pernikahan berlangsung. Dirinya sungguh tak mengerti bagaimana jalan pemikiran kedua orang tuanya. Kenapa dirinya harus menikah dengan pria seperti itu, kenapa tak mencari seseorang dengan latar belakang yang bersih saja..

Pengantin yang masih tenggelam dalam pemikirannya sendiri itu, tak menyadari kalau upacara pernikahannya sudah sampai di inti acara.

" Ehem.. Ehem.." suara pembawa acara membuat Rain tersadar

Rain segera melihat sekitar dan nampak jauh disana papanya menggerakkan bibirnya dengan kalimat 'Cium suamimu'. Pandangannya kembali ke pria di hadapannya yang sudah resmi menjadi suaminya.

Pria itu bergerak condong ke arahnya, Rain yang belum siap bibir sucinya ternoda dengan kecepatan kilat mengecup singkat pipi suaminya. Dan bergerak mundur sambil memamerkan senyum manisnya yang malu-malu.

" Ahahaha.. Sepertinya pengantin kita yang satu ini malu, jadi cium pipi saja juga tak apa." Pembawa acara juga terkejut, namun dirinya segera mengatasi situasi yang belum pernah terjadi selama lima tahun perjalanan karirnya menjadi pembawa acara sebuah pernikahan

Type dan Tharn hanya bisa tersenyum canggung melihat kelakuan putra bungsu mereka yang memang sedikit ajaib itu. Sedang Pat dan Tine menahan tawa mereka yang hampir meledak karena tingkah adiknya yang membuat pria berstatus suaminya itu terkejut bukan main.

Untuk Sky.. Dirinya sudah terkikik geli di balik pelukan sang kekasih, temannya itu memang selalu bisa membuat orang lain geleng-geleng kepala dengan hal yang dia lakukan.

Hingga acara resepsipun, Rain seperti tak ada habisnya berbuat ulah.

Pemuda cantik itu terus saja mengeluh kakinya lelah berdiri, rahangnya sakit karena terus tersenyum. Dirinya lapar, mengantuk dan masih banyak keluhan juga rengekan lainnya. Namun, pria yang menjadi suaminya itu hanya diam dengan wajah datarnya. Membuat Rain semakin aktif menyuarakan keluhannya hingga acara selesai.

" Kau pulang dengan suamimu, barang-barangmu sudah papa antarkan tadi." Type menegur putra bungsunya yang hendak ikut masuk ke dalam rombongan mobil orang tuanya

" Apa? Papa langsung mengusirku setelah aku menikah, teganya papa.." Rain sudah tak bisa lagi menggambarkan perasaannya saat ini, dirinya ingin marah, menangis, berteriak kencang dan mengamuk

" Kau kan memang sudah menikah sayang, Jadi kau harus tinggal dengan suamimu." Type berusaha memberi pengertian pada putra bungsunya

Rain berjalan mendekat ke arah papanya, lalu pemuda cantik itu berbisik lirih.

" Pa.. Papa tak memintaku untuk menjadi santapan pria pedofil itu kan? Aku masih tujuh belas tahun lebih lima bulan, kalau papa lupa.." ingatkan Rain, siapa tahu papanya lupa kalau putra bungsunya masih sangat belia

" Aoo.. Memang kenapa? Itu juga terserah pada suamimu, sudah sana cepat masuk mobil suamimu." Type mendorong tubuh putranya agar masuk ke mobil suaminya

" Papa memang tega. Aku merasa dijual sekarang. Katakan saja, berapa harga saham yang daddy minta sebagai mahar?"

" Enak saja. Tak ada yang seperti itu. Sana! Berbicara terus denganmu bisa membuat tekanan papa naik lagi."

" Kalau naik ya disuruh turun saja lagi," sahut Rain yang membuat Type memaksa tubuh anaknya masuk ke dalam mobil sang menantu

" Phayu.. Cepat pulang, bawa istrimu ini. Kalau dia berulah kurung saja di kamar." Type merubah nada bicaranya menjadi lembut saat berbicara dengan Phayu, suami Rain

" Waahh... Baru sehari menikah, tempatku sudah terganti." cibir Rain pada dirinya sendiri, melihat papanya yang berubah lembut ketika berbicara dengan suaminya

" Ya pa.. Phayu akan menjaga Rain dengan baik mulai sekarang. Kami pulang dulu pa.." balas Phayu pada sang papa mertua

" Hiiihh.. Perpisahan yang mengharukan antara orang tua dan anaknya,"gerutu Rain kesal dan mendapat tatapan tajam papanya

" Jangan berulah, dengarkan suamimu!" ingatkan Type dan Rain hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja, entah anak itu mengiyakan atau hanya melakukan apa yang ingin papanya lihat sebagai jawaban











Rain menatap takjub bangunan di depannya, dirinya kini berpikir kalau pria yang menjadi suaminya memanglah orang kaya. Bahkan lebih kaya dari orang tuanya. Akan tetapi, kenapa pria itu mau menikahinya.. Mungkinkah rumor itu benar??

" Ayo masuk!" sebuah suara membuyarkan lamunan Rain

Rain berlari kecil mengikuti langkah kaki suaminya yang berjalan masuk ke dalam rumah. Baru saja pintu terbuka, dan sudah terlihat beberapa orang yang membungkuk menyambut kedatangannya juga sang suami.

" Selamat datang di rumah Nyonya, Kami harap Nyonya akan betah tinggal disini." seseorang mengawali ucapan yang bisa Rain duga kalau orang itu merupakan kepala pelayan

" Ya. Terima kasih." jawab Rain singkat

" Ayo!" lagi-lagi suaminya hanya memberinya kalimat ajakan

Hei, tak adakah kalimat lainnya??

Daritadi ' Ayo!' ' Ayo!' memang kita mau kemana hah??!!


Meskipun hatinya terus saja menggerutu tak jelas, namun langkah kaki pemuda cantik itu mengikuti kemana pergerakan suaminya berjalan.









Tbc

entah ini malam apa kok tetiba aku khilaf🤭🤭

Perverted Little HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang