Phayu yang tak mendapat jawaban dari Rain, mulai mengikuti istrinya itu secara diam-diam. Mengamati dari jauh keseharian sang istri. Hingga sesuatu yang tak dia sangka terlihat tepat di kedua matanya.
Jauh disana, Rain masuk ke dalam sebuah cafe yang letaknya cukup jauh dari sekolahnya maupun dari rumah Phayu. Phayu mengira awalnya sang istri hanya ingin pergi menghabiskan waktu duduk di dalam cafe sembari mengerjakan tugas atau apapun itu.
Namun yang dia lihat justru tak seperti itu. Rain tengah memegang kain lap untuk membersihkan semua meja yang ada di dalam cafe. Lalu berjalan menghampiri setiap orang yang memesan menu, membawakan pesanan mereka dan sesekali mengumbar senyum ramah pada para pengunjung.
Phayu ingin menarik tubuh istrinya itu, berteriak apa yang sedang Rain lakukan namun dirinya tak ingin tersulut emosi yang bisa membuat hubungannya bersama Rain semakin menjauh. Dengan perlahan pria tampan itu berbalik dan kembali pulang. Menunggu di rumah sepertinya opsi terbaik saat ini.
Rain pulang seperti biasa, sebelum suaminya pulang dari kantor. Langkahnya diseret malas menaiki anak tangga, badannya begitu lengket dan ingin segera disegarkan dengan berendam di dalam bathub.
Namun niat itu harus sirna karena pemandangan pertama yang dia lihat setelah membuka pintu kamarnya, ialah wajah sang suami yang terlihat sedang marah.
Kenapa sudah pulang sih..
Haa... berendam is gone,
Rain menutup pintu di belakangnya, dan berjalan menuju kamar mandi. Mengabaikan tatapan tajam Phayu yang seakan menguliti tubuh rampingnya tersebut.
" Aahhh..." desah Rain di bawah guyuran air shower dingin
" Apa yang kau lakukan seharian ini?" bisik Phayu dan tangannya masih terus bergerak menjelajah tubuh sang istri
" Aku hanya pergi kuliah dan mengerjakan tugas." Rain menggigit bibir bawahnya, berusaha keras tak menciptakan suara aneh karena tangan nakal itu masih dengan aktifnya menyusuri lekuk tubuhnya
" Kau yakin? Kalau kau jujur, aku mungkin akan berbaik hati. Tapi..." bisik Phayu dengan sesekali menggigit daun telinga istrinya, memberikan getaran aneh yang diterima dengan baik oleh tubuh Rain
" Kalau kau berbohong, aku tak akan segan baby.."
Phayu mendorong tubuh Rain terhimpit diantara dinding dan tubuhnya, mencekal kedua tangan sang istri dan membawanya ke atas dengan salah satu tangannya yang lain.
Bibirnya bergerak menciumi punggung mulus itu hingga ke tengkuk dan memberinya gigitan kecil. Membuat Rain menjerit karena gigitan Phayu.
" Tak mau mengatakan apapun?" Rain masih diam
" Kau yakin?" Rain menggeleng
" Jangan sampai kesabaranku habis baby.." Phayu masih mencecap punggung istrinya, meninggalkan ruam kemerahan karena hisapannya. Tangannya terulur mematikan air shower agar mereka berdua tak menggigil
" Tak ada. Tak ada yang ingin aku katakan. Lakukan saja semaumu," Phayu berhenti mendengar ucapan Rain
" Hei.. Apa yang salah denganmu? Kenapa justru kau yang marah padaku?"
Phayu membalik tubuh Rain menghadapnya, menatap wajah yang menunduk ke bawah tak mau melihatnya. Bibir tipis itu mulai sedikit membiru dan bergetar, mungkin kedinginan namun Phayu masih tak ingin beranjak.
" Tak ada. Aku tak marah, aku tak berhak untuk hal itu."
" Baby.. Apa yang salah?"
" Baby.. Rain.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perverted Little Husband
Fanfiction" Daddy!! Aku saja baru lulus sekolah, aku masih kecil. Bagaimana bisa daddy menikahkanku dengan pria yang sepuluh tahun lebih tua dariku. Dan lebih dia duda!" Apaaaa... Bagaimana bisa daddy menikahkanku dengan pria sepertinya? Apa daddy tak tahu ku...