Obrolan Malam Pertama

779 74 17
                                    

Rain mengikuti suaminya naik ke lantai atas, dimana di lantai atas hanya terdapat dua pintu kamar. Matanya justru tertarik pada sebuah pintu kaca yang memantulkan sebuah kolam renang dengan taman mini di sebelahnya.

Rasanya Rain ingin membuka pintu itu dan berenang sekarang, tapi apa yang akan dikatakan suaminya jika tengah malam dirinya meminta berenang. Yang ada Rain akan dikatakan tidak waras.

Sedikit tertinggal, Rain kembali melihat suaminya yang memasuki salah satu kamar. Dirinya kini kebingungan, akan masuk atau tidak ke dalam kamar yang sama dengan suaminya itu. Bisa saja Rain harus tinggal di kamar satunya, ragu dengan pemikirannya sendiri membuat pemuda cantik itu masih berdiri tepat di depan pintu kamar.

" Kenapa kau hanya diam saja disini dan tak masuk?" Phayu yang melihat istri kecilnya tak kunjung masuk ke dalam kamarnya, segera kembali keluar dan tepat di depan pintu istrinya diam mematung

" Ah.. Aku bingung, kita tidur sekamar atau tidak ya?" tanya Rain menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal

" Jelas kau tidur denganku, memang kau mau tidur dimana lagi?" jawab Phayu, ini pertama kalinya dirinya seolah merasakan perasaan kesal menghadapi seseorang, dan lagi orang ini istrinya

" Oo.. Kalau begitu permisi," Rain berjalan masuk ke dalam kamar suaminya, kamarnya seperti kamar alpha pada umumnya. Tak ada corak apapun hanya monoton dan monokrom. Sungguh membosankan

" Kau mandi saja dulu," Rain mengangguk mendengar ucapan sang suami

Pemuda cantik itu segera berlalu meninggalkan suaminya masuk ke dalam kamar mandi, di kamar mandipun Rain menganga takjub.

" Kamar mandi saja sebesar ini, pantas lantai dua hanya ada dua kamar saja." gumam Rain dan dengan cepat menyelesaikan mandinya

Rain keluar hanya menggunakan bathrobe, dirinya lupa membawa baju ganti. Juga lupa menanyakan suaminya dimana baju yang dibawakan oleh papanya ke rumah ini.

" Eum.. Uncle..," cicit Rain lirih memanggil suaminya

" Hmm.." namun pria itu hanya bergumam menjawab dengan mata fokus menatap layar laptopnya

" Bajuku ada di sebelah mana?" tanyanya canggung, detik selanjutnya Phayu melihat istri barunya berdiri mengenakan bathrobe

Wangi sabun juga shampoo yang dipakai sang istri terasa berbeda saat dirinya yang memakai, entah karena faktor feromon atau memang istrinya itu sangat harum, Phayu tak yakin.

Dirinya segera beranjak dan membuka salah satu pintu kecil yang ada di dalam kamar, dari pintu itu bisa terlihat ruangan walk in closet yang tersusun rapi sesuai warna dan jenisnya.

" Pakailah apapun yang kau mau, bajumu juga sudah ditata. Tapi aku juga sudah membelikanmu pakaian lainnya."

Rain hanya mengangguk, dirinya masih mengagumi banyaknya pakaian juga aksesoris penunjang lainnya yang pastinya akan semakin memancarkan ketampanannya.

Tiba-tiba dirinya merindukan untuk ke club bersama dengan Sky. Temannya itu pasti akan cemburu melihatnya tampil dengan memakai semua aksesoris mewah di tubuhnya.

Aoo.. Tidak buruk juga menikah dengannya,

Sekarang aku menjadi nyonya muda yang kaya dan bergelimang harta

Hahahahahaha....




Phayu mengernyit melihat wajah istrinya yang berubah menjadi aneh. Pemuda omega cantik itu terkikik sendiri entah membayangkan apa, dan justru tak segera memilih memakai pakaian.

" Kau tak ingin pakai baju?" pertanyaan Phayu membuat Rain kembali ke dunia sadarnya

" Ah iya Uncle," Rain dengan cepat mengambil pakaian yang biasa dia kenakan ketika tidur


Phayu sudah mematikan laptopnya ketika Rain keluar dari walk in closeet. Pemuda itu keluar hanya mengenakan pakaian pendeknya dan berjalan ringan untuk berbaring di sebelah Phayu.

" Uncle ingin tidur?" suara dari sang istri kembali membuat Phayu membuka matanya

" Memang kau tak mau tidur?" tanya Phayu balik

" Lho.. Bukannya kita harus melakukan malam pertama?" Rain memiringkan tubuhnya menghadap sang suami

" Kau tahu bagaimana malam pertama itu?" tanya Phayu memastikan dan ikut menghadapkan tubuhnya pada tubuh sang istri

" Aoo.. Entahlah, Kupikir Uncle hanya perlu menggigitku lalu kita tidur. Bukankah malam pertama seperti itu?" ucap Rain polos

Phayu baru menyadari perbedaannya dengan sang istri sekarang. Istrinya masih terlalu muda untuk mengerti apa itu pernikahan. Dari jawaban malam pertama yang ada di dalam otaknya saja sudah berbeda jauh dengan yang dia tahu.

Pria tampan itu kini sedang memikirkan sesuatu, haruskah dia mengajarkan sang istri apa itu malam pertama atau mengajarkan tentang penandaan..

Karena sepertinya, istrinya itu tak tahu apapun tentang keduanya.

" Berapa umurmu?" pada akhirnya Phayu menanyakan hal yang lain

" Tujuh belas Uncle," jawab Rain dengan senyum gigi kelincinya

" Pertama, Kita harus ubah caramu memanggilku lebih dulu. Aku suamimu bukan pamanmu."

" Lalu aku harus memanggil Uncle, Ah bukan.. Aku harus memanggilmu apa?"

" Terserah, selain Uncle."

" Uuhhmm.. Phi?"

" Itu lebih baik."

" Kedua, Malam pertama bukan seperti bayanganmu itu. Juga proses penggigitan itu sama saja dengan penandaan,"

" Memang kau sudah siap kalau aku menandaimu sekarang?"

Rain nampak berpikir sejenak, dirinya bingung harus menerima penandaan ini sekarang atau tidak.

" Euumm Un.. Eh Phi, Phi tak berencana menceraikanku setelah menandaiku bukan?" Phayu terkejut mendengar pertanyaan Rain

" Kenapa kau menanyakan hal itu?"

" Yahh.. Kupikir pernikahan kita ini semacam test drive yang diajukan ayahku sebelum nanti aku memiliki suami sesungguhnya." Phayu beranjak dari tidurnya dan duduk

" Apa maksudmu?"

" Aoo.. Kupikir Phi hanya menikahiku sesaat saja, kudengar pernikahan Phi sebelumnya tak bertahan lama karena Phi memang tak berniat menikah. Jadi pasti kali ini juga sama saja bukan?" Phayu kehilangan kata-katanya, di masa lalu memang dirinya tak ingin menikah. Bahkan setelah menikah dan pasangannya meninggalkan dirinyapun masih beredar rumor buruk tentangnya

" Dengar, Aku menikah denganmu cukup untuk sekali sampai sisa akhir hidupku. Dan aku juga tak berencana untuk menikah lagi nanti, ini pernikahan terakhirku." ucapan Phayu yang masuk ke dalam otak Rain justru disalah artikan oleh pemuda cantik tersebut

" Phi.. Kau harusnya masih dua puluh tujuh atau dua puluh delapan bukan?" Phayu mengangguk meskipun merasa aneh

" Kalau begitu harusnya kau masih bisa berumur lebih lama lagi, aku tak mau menjadi janda kembang secepat itu phi.. Bagaimana kalau kita lakukan pemeriksaan kesehatan?" Phayu menyentil dahi sang istri

" Auuhh.. Sakit Phi." cicit Rain mengusap keningnya yang meskipun tak begitu nyeri tetap terasa sakit

" Kau itu, siapa yang memintamu mendoakanku buruk seperti itu? Kalau aku mati secepat itu, maka aku juga akan membawamu." Rain sekarang merasa takut, ucapan suaminya sungguh mengerikan

Memang benar cinta sehidup semati itu nampak romantis, tapi kalau di ajak untuk mengakhiri hidupnya yang bahkan masih terlalu muda dan belum menikmati masa mudanya, tentu Rain tak akan mau. Anak muda mana yang akan mengusung konsep itu di jaman sekarang.










tbc

Perverted Little HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang