Kok berat ya??
Apa aku masih mabuk?
Atau aku tak sampai di rumah semalam??
Rain merasakan tubuhnya yang terasa sulit untuk digerakkan, seolah dirinya tengah dipeluk sesuatu dengan erat dan kencang.
Matanya perlahan terbuka dan yang dia lihat pertama kali ialah dada bidang dengan model roti sobek terpampang jelas, bahkan tangannya tengah memegang salah satu dari dua roti sobek yang besar di depannya.
" Kau sudah bangun?" suara berat di pagi hari yang juga membuat sesuatu di bawah sana bereaksi
Rain melirik ke bawah, tepat di sekitar kedua pahanya benda itu menyentuh permukaan kulitnya secara langsung. Dan Rain yang terkejut segera mundur dengan cepat hingga jatuh dari ranjang.
" Aaakkhh... Sakit," teriak Rain saat pantatnya menyentuh lantai dan itu amat sangat menyakitkan
" Tentu saja sakit. Kau memang ceroboh." Phayu melihat tingkah terkejut istrinya yang lucu hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya
Phayu menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan segera berdiri lalu berjalan memutar ke hadapan Rain.
Rain yang melihat tubuh polos itu berjalan ke arahnya dan berjongkok di depannya hanya bisa menoleh ke arah lain dengan wajah yang sudah seperti kepiting rebus.
" Ayo! Aku akan membantumu mandi." Phayu menyingkirkan anak rambut yang jatuh ke depan wajah istrinya, dan mengangkat istrinya dalam pelukannya
" Kau tidak lupa bukan??" bisik Phayu lirih tepat di telinga istrinya, menggoda makhluk cantik yang terkadang bisa menyebalkan itu kini menjadi menyenangkan untuk dia lakukan
Rain menggeleng pelan, dirinya benar-benar malu. Awalnya memang Rain tak ingat bagaimana dirinya bisa berakhir menyatu dengan suaminya, namun disaat entah penyatuan yang ke berapa kalinya mereka lakukan dan Rain yang sadar, semua sudah terlambat untuk menghindar. Dan yang bisa dia lakukan akhirnya, hanyalah mengikuti setiap gerakan sang suami hingga kelelahan dan tidur sambil berpelukan bersama.
Phayu menatap dari pantulan cermin kamar mandi, istri dalam rengkuhannya nampak berjuang keras melawan godaannya. Terbukti dari bagaimana Rain menggigit bibir bawahnya menahan desahan yang harusnya sudah menggema mengalun indah di dalam kamar mandi.
Namun hal itu tak menghentikan Phayu untuk terus melancarkan aksinya, dirinya memang berniat hanya memandikan Rain awalnya. Tetapi melihat wajah cantik yang tengah tersipu juga menggemaskan itu, membuatnya tak tahan.
Rain yang hanya fokus dengan menutup mulutnya rapat juga berpegangan pada dinding kaca di depannya, tak sadar kalau milik Phayu sudah mengarah tepat di depan pintu masuk miliknya.
Tanpa aba-aba lagi, Pria tampan itu mendorong miliknya masuk ke dalam sarang candu milik istrinya. Sarang itu masih basah dan mudah dia masuki karena bekas pergulatan mereka yang berakhir di pagi buta tadi, membuat jalur masuk itu licin.
" Aahh..."
" Maafkan aku.. Tapi sepertinya, jadwal pendaftaran mahasiswamu akan tertunda. Atau biar Aon saja yang mengurus semuanya." ucap Phayu mendorong miliknya sedalam mungkin
" Agh.. Phi.."
" Kau membuatku kehilangan batasanku Rain.." Phayu tak tahu, siapa yang sudah memulai lebih dulu. Tapi yang jelas saat ini dirinya sudah merobohkan dinding tinggi yang dia bangun selama dua puluh delapan tahun, dan semua terjadi karena makhluk dalam dekapannya
Rain merasa bibirnya mungkin akan berkurang karena dirinya yang terus saja menggigit bagian bawahnya, Matanya melirik tajam pria tampan yang sedang duduk nyaman menikmati makannya. Sedang dirinya sama sekali tak merasakan hal itu.
" Ada apa?" tanya Phayu yang kembali menggoda Rain
" Ada apa? Enak sekali dia berkata seperti itu, dasar para alpha!" gumam Rain lirih
" Kenapa lagi? Kau mau makan yang lain?" Phayu tahu kalau istrinya tengah merajuk padanya saat ini
" Tak ada, Aku tak mau makan!" Rain berdiri, lagipula dirinya tak nyaman untuk duduk. Bagaimana bisa menikmati makanannya
Rain masih menggerutu kesal dengan tidur telungkup di ranjangnya sambil memainkan ponsel miliknya.
Phayu tersenyum melihat pemandangan indah di dalam kamarnya, pria tampan itu membawa nampan berisi makanan untuk sang istri. Berharap istrinya itu akan memaafkan kekhilafannya.
" Sini.. Kau belum makan, kau bisa sakit kalau tak makan dengan benar." Rain hanya melirik sekilas suaminya lalu kembali menatap layar ponsel
" Ok, Maaf na.. Phi janji tak akan lepas kontrol lagi lain kali," Phayu menahan senyumnya karena wajah merajuk istrinya yang rasanya ingin dia terkam, namun hal itu tentu tak bisa dia realisasikan karena bisa saja Rain akan semakin marah padanya nanti
" Phi janji? Ini sakit asal Phi tahu saja, Lihat.. Aku bahkan kesusahan untuk duduk." protes Rain dan suaminya itu mengangguk
" Kalau begitu aaa..." Rain membuka mulutnya lebar, memberi akses suaminya untuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya
" Bagus. Anak pintar!" Phayu menyuapkan makanan dengan telaten hingga piring berisi makanan itu habis
Suasana yang familiar kembali dirasakan Rain, padahal dirinya sudah mengungkapkan pada orang tua juga suaminya kalau tak ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi makhluk yang bernama orang tua itu terus saja memaksakan kehendak padanya.
Memang semua orang yang sudah tua selalu saja begitu..
S-U-K-A M-E-M-A-K-S-A !!!
" Sudah, lagipula kau tidak bodoh. Jadi tak ada salahnya kembali belajar, lagipula kalau kau hanya di rumah saja. Kau akan bosan." Rain menoleh mendengar celotehan sahabatnya
" Diam kau Sky! Kau membuat moodku semakin buruk." ketus Rain tak ingin mendengar siraman rohani saat ini
Rain mengikuti setiap mata pelajaran dengan setengah hati, dirinya ingin cepat pulang sekarang dan merebahkan tubuhnya.
" Kau mau ke club? Aku traktir," namun bayangan menjadi penikmat ranjang segera sirna mendengar tawaran Sky
" Tentu, Ayo!" sahut Rain, yang Sky bisa lihat binar keceriaan di wajah sahabatnya lagi
Dalam benak Sky yang sudah tumbuh besar bersama dengan Rain, tentu saja pemuda omega manis itu juga menyayangi sang sahabat. Meskipun sikap Rain selama ini memang terkesan sedikit diluar jalur para omega yang biasa bersikap lemah lembut, namun tetap saja pernikahan yang dipaksakan dari sudut pandang Sky tentu merasa kasihan pada hidup temannya.
Jadi sikap murung Rain setelah menikah ini, diyakini oleh Sky pasti karena kehidupan rumah tangganya. Dalam keyakinan omega manis itu, pastilah sahabatnya itu tak bahagia menikah dengan suaminya. Yang berbanding terbalik dengan kenyataan yang dijalani Rain.
Phayu merasa bosan juga malas berada di tengah kebisingan hanya karena desakan sepupunya yang meminta untuk ditemani keluar mencari hiburan. Dalam hatinya, pria tampan itu ingin segera pulang dan memeluk guling hidupnya lalu berlanjut pada kegiatan yang sedikit menguras tenaga. Namun karena sepupunya yang terus saja merengek meminta waktunya sebentar, mau tak mau Phayu menurutinya sesekali.
" Kau harus menikmati ini Phayu. Kau selalu hidup monoton. Bagaimana kehidupan pernikahanmu?" tanya pria tampan sepupu Phayu
" Pernikahanku menyenangkan." semua mata menatap Phayu secara bersamaan
" Kau yakin?" tanya Saifah sepupu Phayu yang lain
" Ya."
" Wah.. Sepertinya ipar kali ini menakjubkan."
" Ya. Terbukti pria kaku satu ini bisa tersenyum karena mengingat pernikahannya."
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Perverted Little Husband
Fanfic" Daddy!! Aku saja baru lulus sekolah, aku masih kecil. Bagaimana bisa daddy menikahkanku dengan pria yang sepuluh tahun lebih tua dariku. Dan lebih dia duda!" Apaaaa... Bagaimana bisa daddy menikahkanku dengan pria sepertinya? Apa daddy tak tahu ku...