42. I Know What You Did

10.6K 1.1K 77
                                    

Gayatri menangkap pias kaget dari wajah Dikta. Ia berusaha bersikap santai, walau kenyataannya, Gayatri sendiri tak mampu menahan getar. Ia tahu, ini seperti sebuah bom yang dijatuhkan di dalam hubungan mereka. Berminggu-minggu sudah ia berusaha menahan semua ini.

"Om Suwiryo-ayahmu-kenal dekat dengan Papa." Gayatri berucap pelan. "Jadi, desas-desus tentang pemilihan Direktur Utama untuk grup Prama sudah terdengar begitu jelas di antara kami semua. Aku nggak tahu kamu sudah dengar atau belum."

DIkta menarik napas. Ia mengangguk.

"Calon terkuat pertama adalah ibumu," ucap Gayatri. "Yang kedua adalah Pamanmu dan anaknya, Adji."

Dikta tersenyum miris. Ia sudah tahu. Ketika momen itu sampai di telinganya, Dikta dengan cepat mengambil keputusan untuk kembali sebelum seseorang merebut posisinya. Sebelum Adji mengambilnya.

"Ketika dalam masa perebutan itu, masing-masing 'calon penguasa' memasang strategi agar bisa terpilih menjadi Direktur utama. Adji mendekati keluarga Soeprapto. Setahuku, keluarga Soeprapto berencana membuka mall hasil kerjasama dengan grup Prama, kan? Mall yang isinya cuma brand dari mereka saja?" Gayatri memiringkan kepala. "Apa rumor itu benar?"

Dagu Dikta terangguk. Ia baru membaca soal itu tadi. Proyek skala besar tentang beberapa pusat perbelanjaan baik itu mall atau kawasan yang nantinya hampir 80% bagungan diisi merek-merek dari keluarga Soeprapto. Mirip seperti pusat perbelanjaan Living World yang dimiliki grup Kawan Lama.

Gayatri mengangkat bahu. "Aku sudah tahu walau pura-pura bodoh ketika semua orang ngomongin gonjang-ganjing perebutan harta di keluarga kalian. I just... I don't want to get involve to whatsoever happens and I hope you don't involve on it as well."

Dikta tak bisa merespon. Ia membiarkan Gayatri berbicara.

"But, well, kamu pada akhirnya masuk ke sana." Gayatri berucap pelan. "Kamu masuk tiba-tiba. Menjadi amunisi ibumu secara tidak langsung. Semua orang panik karena pada dasarnya, secara hukum dan kekerabatan, kamu yang seharusnya menggantikan ayahmu. Tetapi, peranmu di perusahaan nggak ada sama sekali. Artinya, kamu belum bisa membuktikan dirimu." Gayatri mengambil napas. "It means you need to implement some breakthrough strategies to secure your position, or at least make it profitable for them-the shareholders."

Gayatri dan Dikta saling tatap.

"This is stupid, but... I know Soeprapto hate us so much and do everything to bring us down." Gayatri mengangkat bahu. "Dan kamu terlibat di sana. Carissa wants to take you from me, right? Dan Mamamu akan menjodohkanmu dengan Carissa. Supaya kamu bisa jadi alasan keluarga Soeprapto melakukan investasi nantinya. Supaya kamu diperhitungkan, dan bisa mengalahkan Adji."

Dikta memalingkan wajah. Apa saja yang sudah Gayatri tahu selama ini? Kenapa ia bisa begitu bodoh untuk percaya bahwa ia bisa menyembunyikan semuanya dari Gayatri?

"Urgh! How I hate her and all of people for treating other like commodities." Gayatri tiba-tiba berucap. "Pacarku kok dijadiin barang rebutan!"

Mendengar komplain dari Gayatri malah membuat Dikta tertawa geli dalam hati. She is cute.

"Dan nggak cuma itu! I also hate my Dad for this matter, but..." Gayatri berdecak. "Dia manfaatin kamu, manfaatin kita—secara tidak langsung."

"Maksudnya?"

"Kalau kamu jadi direktur utama, kamu akan ngebelain aku dan kamu nggak akan mungkin ngebiarin Soeprapto memonopoli lokasi. Setidaknya, Adhyaksa akan tetap punya slot tetap di wilayah pengembangan Prama." Gayatri menarik napas. "Apalagi, kamu satu-satunya harapan."

Business UnusualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang