0. Prolog

452 70 72
                                    

Halo semua!!

Halo semua!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


WARNING‼️

CERITA INI MURNI DARI HASIL PEMIKIRAN LARA. GA ADA SANGKUT PAUTNYA SAMA CERITA ORANG LAIN. DAN UNTUK YANG SUKA PLAGIAT CERITA ORANG, DIHARAPKAN UNTUK TIDAK MASUK KE LAPAK LARA❗

Happy Reading ~❤️

Happy Reading ~❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✿ ✧ ✿

  
   Di sebuah gedung terbengkalai, terdengar suara bising derap langkah kaki dari beberapa orang. Namun hal itu tak dihiraukan sekalipun oleh pria bertubuh kekar yang kini tengah sibuk memukul dan membabi buta lawannya yang telah terkapar tak berdaya di bawahnya. Tak hanya satu, sudah terdapat lima mayat  dengan tubuh penuh luka-luka yang berserakan disekitarnya. Bisa dipastikan betapa bringasnya pria itu membabi buta sang lawan.

Dor!

Dor!

  Terdengar Dua tembakan peringatan yang diduga berasal dari sejumlah aparat kepolisian. Mereka mengepung pria itu dari segala sisi. Masing-masing dari mereka, menodongkan pistol ke arah tersangka.

Angkat tangan, dan jangan mencoba lari dari kami!”

  Pria itu membalikkan tubuhnya, simrik mengerikan tersungging di bibirnya. Netranya memindai segala penjuru ruangan, menatap santai dua orang polisi yang berjalan mendekatinya. Jangan lupakan borgol di salah satu tangan dari dua polisi itu.

Klek

  Pria itu tersenyum miring menatap kedua tangannya yang telah apik terpasang borgol oleh polisi.

“ Ikut kami dan jelaskan semuanya di kantor polisi. ”

  Para aparat polisi membawa tersangka keluar dari gedung terbengkalai. Suara sirine mobil polisi terdengar riuh di pelataran gedung. Banyak media masa yang haus akan berita.

Tak ada pemberontakan sama sekali saat pria itu didorong masuk kedalam mobil  dan  mobil pun mulai melaju membelah jalanan menuju ke kantor polisi.

*Ruang Interogasi

“Apakah anda memiliki alasan mengapa anda membunuh para korban?”

“Penghianat pantas mati,” desis pria itu menatap datar polisi di hadapannya.

“Apa anda memiliki pembelaan ataupun alasan lainnya?”

   Pria itu tak menjawab, seolah membenarkan persepsi yang di tuduhkan padanya. Toh, yang ia lakukan menurutnya sudah benar, Sangat benar malahan.

  Pada tanggal 30 Desember 20xx pengadilan resmi menjatuhi tersangka hukuman 5 tahun penjara dengan denda sebesar 240 juta rupiah. Hal ini di dasarkan pada persepsi dari sesi interogasi dan juga persepsi dari salah satu korban yang masih hidup.

  Seorang wanita menangis tersedu-sedu di dalam dekapan seorang pria yang tengah memandang sendu sang adik yang kini resmi menjadi seorang narapidana.

✿ ✧ ✿

  Namaku Mirya. Aku hampir menghilang. Mitos beredar, hanya matahari yang bisa mematahkan kutukan itu. Tapi kuharap, aku hanya mengalami mimpi buruk.

Siapa yang tahu?

  Malam ini, saat aku memejamkan mata, semua ini akan hilang begitu saja.

   Seorang gadis menghentikan sejenak kegiatannya menulis deskripsi untuk cerita barunya di platform Wattpad. Ia adalah seorang penulis yang di kenal dengan nama Pena Nevoy.

  Matanya terpejam sejenak, menikmati rasa sakit yang kian mendera di kepalanya. Tangannya memijat pelan pelipisnya, berharap bisa mengurangi rasa sakit yang didera. Entah mengapa akhir-akhir ini pandangannya mengabur, membuatnya merasa cukup cemas.

  Terlebih lagi besok ia harus mengikuti perlombaan lari tingkat nasional. Kaki jenjangnya berjalan perlahan menuju kasurnya. Mengambil obat di meja dekat kasur dan meminumnya tanpa bantuan air.   Membaringkan tubuhnya pada kasur dan mulai memejamkan mata, berharap penglihatannya akan membaik esok hari.

  Keesokan harinya. Seperti yang telah kita ketahui, gadis itu kini tengah berdiri di garis start untuk melakukan start jongkok. Hiruk riuh penonton mulai terdengar bersahutan, melontarkan semangat pada idola masing-masing.

Prit...

   Suara Pluit terdengar, hal ini menandakan telah dimulainya pertandingan. Para peserta mulai memacu lari mereka, mengeluarkan seluruh kemampuan mereka untuk mencapai garis finish lebih awal.

   Setelah beberapa meter, nampaknya garis finish mulai terlihat oleh mata. Gadis itu tersenyum tipis, bertekad untuk kembali memenangkan kejuaraan ini.

  Senyumnya perlahan luntur, seiring dengan melambatnya laju larinya. Telinganya berdenging, membuatnya memejamkan mata sejenak. Dirasa lebih baik, ia membuka matanya. Buram!  Mencoba untuk mengerjapkan matanya secara perlahan.

Gelap!

  Brukh

  Gadis itu jatuh terduduk di jalur lintasan. Napasnya pendek dan cepat, keringat mengalir deras di pelipisnya, dia terus mengulang-ulang kata "Tidak Mungkin," dengan nada lirih.

  Melihat itu, dua orang penonton berlari menghampiri gadis itu.  Gadis itu terisak,  terdengar begitu menyayat hati bagi siapa saja yang mendengar.

Dia mengatur napasnya yang tersedat, “Ibu ... Bawa aku pergi dari sini,”  lirihnya dengan air mata yang membasahi pipinya.

✿ ✧ ✿

624 Kata  Senin, 13 Mei 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


624 Kata 
Senin, 13 Mei 2024

Last Picture [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang