TERBIT- PART TIDAK LENGKAP!!
Tersedia di shoppe
Meskipun sudah end, tetap tinggalkan vote kalian yaa
Blurb :
Baginya, dunia hanya berisi dua jenis manusia: mereka yang memilih pergi, dan mereka yang bertahan untuk memperbaiki.
Lima tahun terpenjara...
Berikan dukungan kalian buat Lara berupa vote dan komen ya Sunflower (☆▽☆). Oh ya. Satu lagi, jangan jadi Readers silent ya!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✿ ✧ ✿
4 tahun yang lalu
Di dalam ruangan Rektor, kini nampak 3 manusia yang sedang duduk saling hadapan.
“Apa kabar, Naomi? Sudah lama sejak kita berjumpa. Saya dengar kamu ingin istirahat dan fokus pada lari untuk saat ini,” ujar seorang pria berumur 30 tahun yang sudah menjabat sebagai Rektor selama 5 tahun_Pak Anton.
“Saya kesini untuk berhenti pak.”
Pak Anton menatap kaget pada ucapan yang baru saja Naomi lontarkan, ia menatap Haden menuntut penjelasan. Haden yang di tatap hanya terdiam dengan raut wajah datarnya.
Haden itu cool sebenarnya.
Naomi melepas kacamata hitam yang sedari tadi di pakainya. “Saya akan buta. Pada awalnya, Saya pikir ini akan membaik. Tapi sekarang ... Satu-satunya harapan Saya adalah mendapatkan mata baru,” jelas Naomi yang mendapatkan tatapan prihatin dari Anton, tentunya Naomi tidak dapat melihat tatapan yang tertuju padanya itu.
“Bapak ikut prihatin ya. Bapak tahu kok. Seseorang sepertimu tidak akan menghilang begitu saja kecuali jika di perlukan.”
“Bapak akan menandatangani persetujuannya untuk saya, kan?”
“Bisa. Akan saya setujui. Tapi saya hanya mengizinkan istirahat.”
Naomi tersenyum tipis kala mendengar bahwa Rektor akan mengizinkannya untuk keluar dari universitas. Namun sesaat kemudian dahi Naomi mengkerut saat mendengar kalimat terakhir yang rektor ucapkan padanya.
Istirahat katanya? Naomi tidak yakin akan hal itu.
“Tapi saya tidak tahu kapan saya akan menjalani operasi,” sela Naomi membuat rektor tersenyum tipis.
“Benar. Kamu mungkin tidak tahu. Maka mungkin saja terjadi besok. Benar, kan? Siapa yang tahu?”
“Tapi pak—”
“Naomi. Naomi, dengarkan bapak ya. Bapak boleh menceritakan sebuah kisah pada Naomi, kan?” Naomi mengangguk kaku.
“Apakah Naomi tahu, baru-baru ini bapak juga mengetahui kalau sedang menderita penyakit liver. Kita harus hidup dengan harapan, Naomi,” Naomi terdiam membisu.