TERBIT- PART TIDAK LENGKAP!!
Tersedia di shoppe
Meskipun sudah end, tetap tinggalkan vote kalian yaa
"sudah bisa memahami gue? Cerita sini." _Naomi Evorya Wickley
"paham kok. Paham bahwa saya tidak pernah memahami Anda sama sekali. Karena itulah S...
Berikan dukungan kalian buat Lara berupa vote dan komen ya Sunflower (☆▽☆). Oh ya. Satu lagi, jangan jadi Readers silent ya!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Dulu, pada suatu ketika, senja pernah indah, seindah janji-janji yang berujung menjadi sumpah serapah."
_Naomi Evorya Wickley_
✿ ✧ ✿
“Halo, Tuan Tampan. Apa kamu sudah di pecat dari pekerjaanmu?”
Alger terkekeh kecil mendengar nada suara Gloretha yang terdengar mengejek di seberang sana.
“ Belum. Eh, bukan cuma masih dipekerjakan, aku juga dapat gaji yang tinggi. Aku baru tahu kalau kerjaan gampang dengan gaji besar memang ada.”
Mereka berbincang-bincang cukup lama, namun saat sedang asiknya, terdengar suara teriakan yang diduga berasal dari dalam kamar Naomi.
“Siapa yang ada di kamar saya? Ibu!”
Alger pun dengan spontan langsung mematikan panggilan teleponnya, ia langsung bergegas masuk untuk menghampiri Naomi.
“Ada apa?”
Dahi Naomi mengkerut, suara siapa ini? mengapa suara ini terdengar asing di telinganya.
“Siapa?”
“Saya Alger,” dejavu, itu yang Alger rasakan saat ini. “Pengasuh baru Anda,” jawab Alger setelah berada tepat di hadapan Naomi, yang kini sedang berdiri di dekat sebuah meja belajar.
Alger ya? Nama ini terdengar tidak asing di telinganya. Tapi, apakah mereka pernah bertemu sebelumnya? Pikir Naomi bertanya-tanya. Naomi menggelengkan kepalanya pelan.
“Oh. Charger ponsel gue mana?” tanyanya lantaran tak menemukan charger ponselnya di tempat biasanya.
Alger berjalan ke sisi tepi meja belajar Naomi, kemudian membuka laci meja tersebut.
“Disini.”
Alger menuntun tangan Naomi untuk menyentuh laci meja bagian kedua tempat ia menyimpan charger Naomi.
“Saya sudah menatanya, agar anda mudah menemukannya. Ini.”
Alger menyodorkan charger itu tepat di depan mata Naomi. Naomi terlihat seperti tengah menggapai-gapai udara. Naomi berdecak kesal.
“Sialan! Lo mau mengejek gue atau bagaimana? Lo lupa kalau gue buta. B-U-T-A!” ketus Naomi sedikit membentak Alger.
Alger menepuk dahinya, menertawakan kebodohannya dalam hati. “Astaga, kenapa saya bisa melupakan hal sepenting ini,” lirih Alger yang tentunya tidak di dengar oleh Naomi.