TERBIT- PART TIDAK LENGKAP!!
Tersedia di shoppe
Meskipun sudah end, tetap tinggalkan vote kalian yaa
Blurb :
Baginya, dunia hanya berisi dua jenis manusia: mereka yang memilih pergi, dan mereka yang bertahan untuk memperbaiki.
Lima tahun terpenjara...
Berikan dukungan kalian buat Lara berupa vote dan komen ya Sunflower (☆▽☆). Oh ya. Satu lagi, jangan jadi Readers silent ya!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Senja, kopi, senja, kopi. Lama-lama jadi maag, terus mati.”
_Ardinata Leron Arkana_
✿ ✧ ✿
Keesokan harinya ...
Sama seperti dua hari yang lalu, rutinitas Alger tetaplah sama, yaitu menjaga seorang Naomi. Tapi kali ini aktivitas mereka berbeda dari biasanya. Saat ini, mereka sedang berada di teras belakang rumah untuk membersihkan akuarium Naomi yang airnya sudah mulai berbau dan berwarna. Beruntung ikan di dalamnya belum mati.
Alger sampai di buat heran, bahkan ia bertanya pada Naomi apakah tidak ada yang membersihkan akuarium tersebut, bukannya menjawab, Naomi malahan hanya terdiam. Alger tersenyum tipis menatap Naomi yang duduk di hadapannya.
“Tadi ada seorang bocah yang baru saja menolak meninggalkan kamarnya,” sindirnya membuat Naomi cemberut dengan alis yang menukik tajam.
“Emang usia Lo berapa? Cukup tua untuk memanggil gue 'bocah'?” sinis Naomi membuat Alger tertawa kecil.
“Saya pasti lebih tua dari Anda, Dik Nao,” Naomi mendengus kesal dibuatnya.
Alger menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah labil Naomi. Inikah yang disebut berumur 24 tahun? Mengapa tingkahnya seperti remaja labil?
Mereka larut akan kegiatan masing-masing, Alger yang membersihkan akuarium dan Naomi yang masih dengan acara kesalnya. Bau harum bunga tercium di indra penciuman.
“Hei. Mawarnya sedang mekar ya?” ujar Naomi menghentikan keheningan yang melanda.
Alger mengangguk, meskipun Naomi tidak bisa melihatnya. Alger berdiri dari duduknya. Tungkainya ia bawa melangkah menuju tanaman mawar yang ada di sebuah pot besar. Tangan besarnya terulur memetik sekuntum bunga mawar merah tersebut.
Sudut bibir Alger tertarik, ia berjalan menuju tempatnya semula, dan kemudian mendudukkan dirinya di kursi tempatnya duduk tadi. Tangannya yang memegang bunga, terulur ke arah Naomi.
“Cantik.”
Naomi memegang telinganya, dapat ia rasakan sebuah bunga di selipkan ke telinganya. Naomi berdehem pelan, membuat Alger salah tingkah di buatnya. Alger tersenyum canggung, bagaimana tidak? diam-diam Alger telah mengambil potret Naomi tanpa izin.