Berikan dukungan kalian buat Lara berupa vote dan komen ya Sunflower (☆▽☆). Oh ya. Satu lagi, jangan jadi Readers silent ya!
“Kalau gamau sakit, jangan pernah jadiin seseorang rumah.”
_Naomi Evorya Wickley_
✿ ✧ ✿
Di sinilah Naomi dan Gloretha berada sekarang, mereka saat ini sedang duduk di sebuah warteg di dalam pasar. Gloretha mengatakan pada Naomi bahwa Alger duduk tak jauh dari meja mereka, dan yang membuat Naomi terkejut adalah saat Gloretha mengatakan bahwa Alger telah berada di pasar ini dari kemarin.
Dan lagi, yang paling membuat Naomi terkejut sekaligus tak percaya adalah saat Gloretha mengatakan padanya bahwa Alger menutup matanya menggunakan sebuah kain.
“ Dia tidur dan makan disini. Ia bahkan tak sekalipun menghiraukan panggilan telepon dari kakaknya. Kakak sudah berusaha menyeretnya pulang tapi dia tidak mau pulang. Orang-orang kira dia sudah tidak waras,” jelas Gloretha membuat Naomi terdiam dengan pikiran rumit.
✿ ✧ ✿
Sedangkan disisi Alger, ia saat ini tengah duduk di kursi dengan sepiring makan yang tersaji di atas meja di depannya. Dengan mata tertutup, Alger mencoba untuk mengambil sesendok nasi dari piringnya untuk di masukkan ke dalam mulutnya.
Tentunya itu tak berjalan mulus, sebab di atas sendok tersebut Alger hanya bisa mengambil seperempat nasi di atas sendoknya, bukan hanya itu, total makanannya telah berantakan sekarang. Nasi tercecer di meja itu, seperti ayam saja.
Saat akan menyuapkan kembali sesendok nasi, Alger dapat merasakan kehadiran seseorang di dekatnya. Dapat ia rasakan tangan orang itu menyentuh bahunya. Alger membuka kain yang menutupi matanya.
“Lho, Anda.”
“Apa yang lo lakukan? Mau jadi buta, ya?” ujar Naomi sinis.
Alger tersenyum tipis. “saya cuma ingin mengerti.”
“Dengan melakukan ini, Lo pikir bisa memahami gue?”
Alger berdiri dari duduknya, ia membantu Naomi untuk duduk di kursi di hadapannya.
“sudah bisa memahami gue? Cerita sini.”
“paham kok. Paham bahwa saya tidak pernah memahami Anda sama sekali. Karena itulah Saya mengatakan sesuatu se konyol itu. Bahkan dengan mata tertutup pun, saya bisa merasakan cara orang memandang itu sangat menakutkan. Tidak. Cara mereka memandang itu tidak menakutkan. Tapi karena kita tidak bisa melihatnya. Kita tidak tahu apa yang mereka pikirkan tentang kita . Itulah yang menakutkan,” jelas Alger membuat Naomi tersenyum tipis, saking tipisnya tak ada seorangpun yang menyadari bahwa Naomi sedang tersenyum.
Alger menatap dalam Naomi dengan raut wajah menyesal. “Hei. saya minta maaf ya, karena ... Sudah berkata buruk pada Anda,” ujarnya tulus.
“Pergilah ke jalanan dan mengemis maaf ku di sana,” canda Naomi yang membuat Alger menyetujui itu tanpa pikir panjang.
“Baiklah. Saya akan melakukannya. ”
Naomi terkekeh kecil. “ Gue bercanda. Lo antarkan gue pulang saja. Itu sudah cukup.”
Alger ikut tersenyum melihat Naomi yang terkekeh kecil, Naomi terlihat lebih cantik saat tertawa. “Mengantar anda pulang?” tanyanya memastikan.
✿ ✧ ✿
Mereka saat ini telah berada di kamar Naomi sejak 30 menit yang lalu. Alger memutuskan untuk menata baju-baju Naomi berdasarkan warna. Saat membuka lemari baju Naomi, Alger di buat tercengang oleh banyaknya baju-baju di dalam lemari tersebut.
“Yakin Anda seorang atlet lari, bukannya model? Lemari baju Anda penuh banget,” ujar Alger memandang Naomi tak percaya.
“Emang kenapa? Gue sangat suka berdandan,” jawab Naomi angkuh.
Alger bersimrik, “oh ya? Suka dandan? Saat bersama Saya, Anda tidak berdandan. Anda asal pakai apa saja.”
Yang di maksud Alger adalah bahwa selama ia bekerja di sini, Alger tak pernah sekalipun melihat Naomi mengenakan dres. Ia hanya melihat Naomi yang lebih sering mengenakan kaus oversize ataupun kemeja dengan dipadukan oleh celana kulot ataupun celana pendek sebatas lutut.
“Terus kenapa gue harus berdandan untuk Lo?”
Lontaran pertanyaan dari Naomi membuat Alger mengerutkan dahinya.
“Lah? Apaan.”
✿ ✧ ✿
Tidak terasa sang fajar telah tergantikan begitu cepat oleh datangnya sang rembulan. Alger telah tiba di rumah sejak satu jam yang lalu. Saat ini Alger tengah duduk santai di ruang tv bersama dengan Leron setelah menyelesaikan makan malam mereka tadi.
“Seharusnya jika mereka benar-benar teman, tidak ada yang perlu di takuti.”
Leron menghembuskan napasnya kasar mendengar ucapan Alger yang menurutnya tidak tepat untuk menanggapi masalah ini.
“Harusnya kamu yang paling mengerti dia.”
Alger mengerutkan dahinya, “kenapa?” tanyanya yang justru mendapatkan tatapan malas dari Leron.
“Saat kamu ada di penjara, apa ada temanmu yang datang mengunjungimu?”
“Hanya Gloretha.”
“Benar. Bahkan tanpa berperasaan kamu memutuskan hubunganmu dengannya di depan hakim, kau itu sangat bajingan. Hatimu dingin sekali, Al!” sindir Leron membuat Alger menatap lurus pada televisi di depan sana. Raut wajahnya terlihat sedikit sendu.
“Entahlah. Aku rasa aku hanya takut. Aku merasa hidupku nggak berharga. Yang aku lihat di mata orang-orang cuma penghinaan. Karena itulah aku nggak mau menyeret siapa pun bersamaku.”
✿ ✧ ✿
Sabtu, 25 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Picture [TERBIT]
Teen FictionTERBIT- PART TIDAK LENGKAP!! Tersedia di shoppe Meskipun sudah end, tetap tinggalkan vote kalian yaa "sudah bisa memahami gue? Cerita sini." _Naomi Evorya Wickley "paham kok. Paham bahwa saya tidak pernah memahami Anda sama sekali. Karena itulah S...