7. Hadiah

104 31 8
                                        

Berikan dukungan kalian buat Lara berupa vote dan komen ya Sunflower (⁠☆⁠▽⁠☆⁠). Oh ya. Satu lagi, jangan jadi Readers silent ya!

“Senja tanpa jingga itu tetaplah senja, hanya saja tak ada lagi kita di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja tanpa jingga itu tetaplah senja, hanya saja tak ada lagi kita di dalamnya.”

_Naomi Evorya Wickley_

✿ ✧ ✿

Brak!

  Naomi menutup pintu kamarnya dengan kencang. Setelahnya ia mengunci pintu kamarnya, tubuh ia sender kan pada pintu tapi kemudian tubuhnya meluruh begitu saja bersamaan dengan bulir-bulir bening yang berlomba-lomba mengalir keluar dari kedua matanya, tangisnya terdengar pilu membuat Alger yang berada di depan pintu kamar Naomi begitu khawatir.

Alger mengetuk-ngetuk pintu kamar Naomi. “Hei. Ini saya, Naomi. Tolong buka pintunya.”

Sedangkan di dalam kamar, Naomi terkekeh miris bahkan air matanya tak henti-hentinya keluar. “Sekarang Lo sudah tahukan, kenapa gue nggak mau turun ke bawah,” ucap Naomi parau.

  Alger menghembuskan napasnya kasar. “Kenapa Anda peduli dengan apa yang mereka pikirkan? Hidup Anda adalah milik Anda,” sahut Alger membuat Naomi lagi-lagi terkekeh miris.

“Lo pikir gue belum pernah dipandang rendah sebelumnya? Lo pikir gue seperti Lo, hah?!” triak Naomi marah.

Bukan dia marah pada Alger, melainkan ia marah pada dirinya sendiri. Naomi selalu bertanya-tanya, kenapa dirinya begitu lemah dan amat sangat cengeng? Dan kenapa ia harus peduli pada ujaran-ujaran mereka pada dirinya. Toh, apa yang Alger ucapkan benar, Hidupnya adalah miliknya. Namun di satu sisi, semakin ia mencoba untuk mengabaikan, ujaran-ujaran itu justru membuatnya kepikiran.

“Memang tidak. Tapi setidaknya Anda punya uang, punya rumah, punya keluarga yang peduli pada anda. Bukannya itu sudah cukup?”

“Kalau begitu, Lo mau tukar? Berikan mata Lo dan ambil semua yang gue punya. Berani, nggak?! ”

Alger terdiam mendengar nada suara tinggi Naomi dari dalam kamar. Hei, itu membuatnya justru semakin khawatir pada Naomi.

“Orang-orang terus mengatakan bahwa mereka mengerti. Tapi pada akhirnya, Lo tidak akan pernah mengerti bagaiman rasanya ... Melihat ke cermin dan tidak bisa melihat diri Lo yang dulu. Lo belum pernah merasakannya. Lo nggak pernah tau rasanya. Apa? Kenapa sekarang Lo diam?”

Lagi-lagi Alger menghembuskan napasnya kasar, ia tidak kesal, hanya saja ia khawatir pada Naomi. Dia takut, takut kejadian yang lama terulang kembali dalam hidupnya.

Last Picture [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang