1

442 20 5
                                    

Kalandra Cathlea, biasa dipanggil Kala oleh teman satu kerjanya, wanita berkerudung yang suka berkhayal dan gemar melakukan hal aneh "itu" sebagai hobinya.

Hal aneh apakah maksudnya?
Seperti yang terjadi saat ini, ketika dirinya menunggu bus di halte. Ia mulai mendengar musik piano ditelinganya. Ia memang sangat gemar mendengar musik piano melalui earphonenya selagi menunggu bus di halte.

Ia mulai memejamkan kedua matanya dan membayangkan, ketika musik itu terdengar sebuah pemandangan pantai dan seorang gadis berkerudung coklat susu yang mulai berjalan menuju air laut yang pasang.

"Jika diketinggian langit tak kutemukan keberadaanmu, apakah didasar samudera bisa kutemukan... " ujar wanita itu yang langsung tenggelam terbawa arus.

"Aku hanya ingin membuktikan.... Kalau memang jika dirimu ada...."

Seketika Kalandra membuka pejaman matanya dan terkejut saat buyar seketika bayangan pikirannya, seseorang dibelakang mencolek punggungnya, bayangan itu buyar seketika.

Tentu saja Kalandra kaget dengan kehadiran seorang nenek disebelahnya.

"Boleh minjem uang enggak neng?" tanya ibu berambut pendek itu tentu Kalandra seketika melongo, dan melihat ke kanan dan kirinya, banyak orang memang juga sedang menunggu bis di halte itu.

Tapi mayoritas tidak terlalu perduli dengan yang terjadi pada Kalandra. Bahkan ibu berambut pendek itu terus mencecarnya.

"Minjem dong neng, cuma dua puluh ribu aja... Ya? Kasihan anak ibu minta jajan, belum sarapan kasihan neng, janji deh nanti ibu balikin ke kamu ya? Neng tolongin ibu dong neng.... Suami ibu lagi sakit jadi enggak kerja, sehari hari ibu juga enggak kerja, nyari makan susah." ujar ibu itu dan langsung diiyakan saja oleh Kalandra, ia langsung memberikan uang dua puluh ribu pada sang ibu.

"Makasih banyak ya neng... Semoga berkah ya neng, pantes neng cantik, hatinya juga baik... Semoga rejekinya lancar ya neng, semoga gampang nyari jodohnya.." ujar ibu itu tak hentinya memuji, ia langsung pergi dari sana dengan segera.

Tak tahu jika.... Ada seseorang yang terus melihatnya dibelakang kerumunan para penunggu halte. Kalandra segera naik bisnya dan cari tempat duduk, tapi sayangnya tidak ditemukan tempat kosong untuk dirinya duduki. Penuh semua.

Kala memutuskan untuk berdiri bersama para penumpang lainnya, Kalandra merasa jika dirinya terus diperhatikan oleh seorang pria dan ternyata benar, pria berbadan tambun juga kekar itu tampak mendempetinya ketika bus mengerem mendadak, pria berkepala plontos itu dengan gesit coba mengambil dompet di saku celana.

Kalandra, wanita itu tak menyadari apapun, untungnya seseorang menyadari hal itu, seorang pria disebelah Kalandra langsung menarik tangan pencopet itu dan tekuk lengannya.

Tentu Kalandra kaget, apalagi melihat dompetnya ada ditangan sang pencopet. Pria itu langsung memberikan dompet itu pada Kalandra saat itu. "Ini..." ujar pria itu, ketika memandangnya, Kalandra sempat terhenyak sebentar, pria tampan, beralis tebal dengan rahang tegas itu sangat menyorot perhatian orang-orang disekitarnya, karena aksi heroiknya itu.

"Lainkali lebih hati-hati lagi terhadap orang disekitar." ujar kembali pria itu.

Suaranya yang tebal dan cukup bariton itu serasa memuaskan suara siapapun yang mendengarnya.

Pria itu masih tetap berdiri disebelah Kalandra, dengan tangan yang masih siaga menjaga pencopet itu agar tidak kabur.

Namun tiba-tiba saja bis mengerem mendadak, Kalandra langsung tergeser ke dalam rengkungan tangan pria itu yang mencoba melindungi. Kalandra dan pria itu saling bertatapan. Lalu muncullah suara pikiran Kalandra saat itu.

"Polisinya ganteng ya bun.... Pasti seleranya sekelas Luna maya... Dibanding aku yang kayak kue cucur." batin dirinya lantas disenyumi diam diam oleh pria itu.

Tentu Kalandra yang cukup menjaga izzahnya langsung menggeser lagi ke posisi awalnya dan menunduk minta maaf.

"Ma-maaf..." ujar Kala, namun pencopet itu langsung mengambil kekakuan diantara mereka sebagai kesempatan. Ia langsung menarik Kala, sodorkan pisau ke batang lehernya. Ia tertawa geli.

"Hahaha! Dikira gue bisa semudah itu dibuat bertekuk lutut sama polisi ecek ecek macam lo! Gue bahkan lebih pro ketimbang lu yang masih pangkat rendahan!" tandas pencopet itu terus menekan pisaunya ke batang leher Kala. Kala merasa jika dirinya sudah dekat dengan kematian saat itu.

"Ayo, maju! Jangan cemen!" pekik pencopet. Pria bernama lengkap Willian Sastrawiguna, yang menjabat sebagai kepala penyidik kepolisian hanya diam saja, ia perlahan tanpa sepengetahuan pencopet mencari ke sekeliling bus, ia menemukan sesuatu disebelah bawah kursi penumpang.

"Heh diem kan lu?! Takut lu! Cetek banget jadi polisi mental lu cuma segini! Payah! Hahaha!!" pekik pencopet, Lian dengan cepat mengambil botol kaca yang ada dibawah kursi penumpang dan langsung pecahkan.

"Cih, mau ngapain lo hah?! Mau nusuk gue pake botol itu? Hahaha pengecut! Bahkan sebelum lo tusuk gua, cewek ini udah mati duluan, dan itu gara-gara lo! Polisi gadungan!" pekiknya disertai tawa.

Semua orang tampak ketakutan didalam bis itu. Bahkan ada yang beristigfar, saling meminta pertolongan, merasa cemas dengan keadaan saat itu. Lian menatap Kalandra yang saat itu merasa sangat ketakutan.

Kalandra merasa sangat dekat dengan kematian. "Dia... Melampiaskan rasa sakitnya akibat kesusahan ekonomi ke orang lain, apa hidup ini mesti dilempar-lempar seperti itu. Apa dengan dia menyakiti orang lain, kebutuhan ekonominya bisa terpuaskan? Padahal akan muncul masalah baru setelahnya. Tapi aku juga tahu... Dia memiliki alasan tertentu melakukan ini semua. Setiap orang terlahir baik, hanya saja... Keadaan lingkungan yang mengubahnya..." batin Kalandra.

Lian mencoba untuk memberikan kode lewat matanya pada Kalandra. Agar dirinya memberikan perlawanan pada pencopet itu, Kalandra merasa sangat ketakutan, ia merasa tidak bisa.

Tapi Lian coba meyakinkan dengan tatapannya. Kalandra pun akhirnya mau mengikuti sarannya, ia dengan kencang injak kaki pencopet itu hingga dirinya merintih kesakitan dan melepas tangan yang semula mencengkeram Kalandra.

Tangan Kalandra langsung ditarik, Lian maju dan langsung melukai pria itu dengan serpihan botol kaca tadi hingga lelaki itu memekik kesakitan. Lian langsung merebut pisaunya dan buat dirinya bertekuk lutut hingga ia bersimpuh dihadapannya.

"Sekarang siapa yang lebih pro? Kamu atau saya?" tanya Lian, Kala dan banyak orang tampak tersenyum, mengapresiasi Lian dengan tepukan tangan.

Seolah-olah dia sudah merebut banyak hati mereka saat itu dan menjadi hero bagi mereka sekaligus.

Lian memandang ke arah Kalandra lama, Kalandra yang merasa dilihat seperti itu jadi sedikit terheran. Ia lihat ke belakangnya barangkali ada seorang wanita cantik yang dia lihat dibelakangnya, ternyata yang dibelakangnya justru anak laki-laki dan kakek-kakek.

Kalandra merasa jika pandangannya tak salah, tapi sayangnya saat dilihat kembali ke arah Lian. Lian langsung mengalihkan wajahnya ke ibu-ibu dihadapannya, tampak mengaguminya.

"Jadi mantu ibu ya..." ucap ibu itu. Kalandra berasa ingin menepuk jidatnya, banyak yang menertawai bahkan.

Kalandra baru sadar kalau bisnya sudah sampai ke tujuannya. Kalandra langsung menyetop supirnya dan ia segera keluar setelah memberinya uang.

Lian masih melihatnya hingga Kalandra menghilang dari pandangan.

Sayap Sayap Patah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang