26

31 4 4
                                    

"Pak Lian?" tanya Kalandra tak percaya.

"Saya kebetulan habis dari suatu tempat, jadi nyasar lewat sini." ujar Lian.

Kalandra mengangguk paham.

"Iya."

"Kamu baru pulang jam segini?" tanya Lian.

"Iya pak... Saya memang biasa pulang jam segini..." ujar Kalandra.

"Cukup malam, kamu apa enggak khawatir dijalanan sepi kayak gini sendirian? Apa mau tiap pulang saya yang--- Ah enggak jadi.. " ujar Lian tidak jadi. Ia melengos.

Kalandra merasa jika ada perubahan sikap dari Lian saat ini. Kenapa juga dia bilang enggak jadi... Padahal baru saja Kalandra merasa senang atas perkataannya itu. Kalandra jadi galau sendiri.

Mereka saling terdiam satu sama lain sejenak. Namun kemudian muncul bis yang Kalandra tunggu.

Kalandra bingung mau mengucapkan perpisahan padanya. "S-saya naik ya pak..." ujar Kalandra.

"Ya... Hati hati..." ujar Lian canggung.
Kalandra segera naik ke bis dan duduk di kursi kosong didalam bis. Melihat Lian dan tersenyum padanya seraya menganggukkan kepala.

Lian merasa janggal dengan ini. Ia diam saja. Sesuatu seperti berperang didalam hatinya, ada rasa ingin mengejar, tapi ada rasa tidak mau mengejar... Ia dibuat bingung.

Hingga pada akhirnya ia mematahkan rasa bingungnya dan mau tak mau berlari masuk ke dalam bis.
Hampiri Kalandra dan duduk disebelahnya.

Ia merasa dirinya sangat bodoh. Untuk menyangkal rasa bingung Kalandra, ia segera memberi klarifikasi. "Kebetulan saya sudah terlanjur nyasar malam ini.... "

"Hehh???"

"Saya mau memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat." ujar Lian membuat Kalandra tersipu malu.

Memalingkan wajahnya sedikit senang.
Sepanjang bis berjalan, situasi disana cukup tegang, mereka saling memalingkan wajahnya satu sama lain. Kelewat canggung.

Lian memutuskan untuk memulai pembicaraan. "Tadi saya ketemu sama orang aneh..."

"Orang aneh?" tanya Kalandra heran.

"Dia memiliki kemampuan yang sama seperti saya..." ujar Lian membuat Kalandra tersentak.

"Bisa baca pikiran?" tanya Kalandra.

"Ya, saya coba mengejarnya tapi sayang tidak dapat... Dia keburu kabur... Hal yang enggak bisa saya terima adalah profesinya..."

"Kenapa?"

"Dia seorang pencuri. Dia melakukan kemampuan itu untuk mencuri... Mengambil kesempatan ketika sedang lengah... "

Kalandra kembali tersentak. Hampir tak habis pikir. "Lalu apa yang akan bapak lakukan sekarang?"

"Saya akan menyebar foto sketsa orang itu, saya masih hapal bagaimana rupanya." ujar Lian.

"Lalu menyebarnya ke orang orang?" tanya Kalandra. Lian mengangguk.

"Kok bisa ya pak, padahal nemuin yang punya kemampuan kayak bapak susah, tapi ini kok bisa kebetulan gitu... Eh atau kemampuan kayak gini dari turun temurun pak? Bapak merasa saudara atau kerabat jauh bapak punya kemampuan seperti ini juga?" tanya Kalandra. Lian menggeleng.

"Enggak ada, sepertinya bukan karena turun temurun.... Entah dia dapat kemampuan seperti itu dari mana." ujar Lian.

"Mudah mudahan aja segera tertangkap ya pak..."

"Aamin, semoga saja. Ngomong-ngomong.... Kenapa kamu jarang melakukan hobi itu lagi?" tanya Lian, Kalandra terdiam heran, sejenak berpikir. "Maksudnya?" tanyanya heran.

Sayap Sayap Patah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang