21

55 3 4
                                    

Lima hari kemudian.

Kalandra mendapat berkali-kali telepon dari Lian, tapi ia tak menghiraukan. Riska yang melihat hapenya terus berbunyi lantas berkata.

"Heh ada yang telpon tuh... Dari siapa sih... Pacar baru ya?" tanyanya kepo.

"Udahlah fokus kerja aja." ujar Kalandra terpaku pada layar monitornya mengerjakan pekerjaannya. Entah kenapa fokusnya jadi teralihkan sejenak, ia jadi berpikir tentang pemberitaan tadi di televisi.

"Akhh... ini pasti kerjaan anak buahnya pak Lian... Nyebar berita kayak gini... " ujar Kalandra membatin.

"Eh ngeri enggak sih, ternyata Jason itu bapaknya ada relasi sama bandar narkoboy....."

"J-jasonnn? Kamu tahu darimana Jason? Atau jangan jangan kamu stalking aku selama ini??" tanya Kalandra menuduh.

"Lah Jason kan anak bos besar yang selalu malang melintang di dunia pertelevisian Kalan... Siapapun pasti bakal kenal. Lo aja yang kuper kagak tahu dia...Publik figur anjir tapi meskipun gitu ada yang nyebut kalo dia itu mafia sih bahkan sempet tuh kemarin ribut ribut, dia ribut mulu sih di berita, bahkan katanya terlibat sama beberapa pencucian uang, pake deterjen gue rasa. Lagian apa emangnya hubungan lo sama si Jason....Ahh gue tahu... Lo nyembunyiin sesuatu ya dari gue? Gue nyium bau bau mencurigakan disini...." cecar Riska membuat Kalandra tercecar.

Tapi ia coba menyembunyikan hal itu.

"Enggak... Aku salah sebut..." ujar Kalandra gugup.

"Pasti nihh ada yang diumpetin... Hayooo apa perlu gue kelitikin lo sampe kegelian kayak waktu itu? Mesin pendeteksi kebohongan beraksi... Kitik kitik kitik kitik..."

Riska mengelitiki Kalandra hingga dirinya kegelian saat itu.

"Ris... Riska ihh geliii... Hahaha Riska gila kamu!!! Riskaaaaaa!"

"Kitik kitik kitik... Kasih tahu gak... Kitik kitik kitik..."

"Enggak Riska apaan sih hahaha geliii..."
"Cepet kasih tahu... kitik kitik kitik..."

Kalandra pun kabur pada akhirnya, mereka kejar-kejaran. Hingga kabur ke kamar mandi.

Ketika dalam perjalanan Kalandra tak sengaja berpapasan dengan pria yang diyakininya... Jason. Mereka saling bertemu mata, Jason menghampiri.
Kalandra merasa ketakutan, ia otomatis berjalan mundur, hampir akan menabrak tempat sampah dibelakangnya. Jason, sudah siuman?
"Kala..."

"Ren-rendi...." Kalandra tak berani menatap matanya kembali. Ia menunduk. Riska tak percaya dengan yang dilihatnya. Jason ada didepan matanya! Bahkan bertemu Kalandra!
Ia hendak menguping pembicaraan mereka saat itu.

"Kamu masih mendapat ancaman dari polisi?! Enggak kan?! Kamu enggak diapa apain lagi kan setelah itu? Kamu enggak disuruh apa apa lagi kan sama polisi?" tanya Jason

Kalandra menggeleng. "Ah syukurlah...."

"Kamu enggak perlu curigain apa apa lagi tentang aku... Polisi itu udah enggak ngehubungin aku kok..." ujar Kalandra berbohong, padahal Lian selalu tak hentinya menghubungi.

"Syukurlah... Jangan sekali kali kamu berhubungan sama para polisi itu. Kamu enggak ada hubungannya sama mereka." ujar Jason.

"Iya... Makasih ya..."

"Kenapa kamu tadi responnya kayak gitu? Kamu takut sama saya? Wajar sih... Siapapun pasti tahu saya siapa..."

Kalandra terdiam. Jujur ia sangat ingin bersuara untuk menolak perkataannya. Sejujurnya ia... Tidak mau dia berpikiran seperti itu.

"Melihat kamu baik baik saja sudah membuat saya senang..."

"Makasih ya Ren-- Jason..."

Kalandra terlampau canggung saat itu.
"A-aku juga ikut senang kamu baik-baik aja... Aku sebetulnya nunggu kabar dari Leo, tapi dia enggak hubungin aku sejak waktu itu. Aku takut kehadiran aku disana cukup mengganggu makanya aku enggak jengukin kamu." ujar Kalandra.

"Oke. Saya mau tanya satu hal ke kamu... Kamu kenal sama Lian?" tanya Jason, Kalandra tersentak.

Kintan saat ini sedang berada di kantor, ia merasa sangat sebal, pria yang menjatuhkan hapenya tidak kunjung mengirim hapenya. Ia sangat kesal. Bahkan ia tidak memberikan jaminan apapun padanya.

"Ish tuh orang nih ya udah berapa hari gue tungguin, masih juga belum dikirim hapenya. Emang dasar penipu. Awas aja kalo ketemu lagi gue bejek bejek dia... Hish... Akhh.." keluhnya cukup gemas dengan pria waktu itu hingga apapun ingin dirinya gigit saat itu.

Ia berjalan keluar menuju toilet saat itu, membuang waktu memikirkan orang tidak jelas benar-benar menguras tenaga, membuatnya ingin buang hajat saja saat itu.

Tapi saat diperjalanan menuju toilet ia mendapati seseorang yang sangat mirip dengan pria yang menjatuhkan hapenya.

Ia geram dan langsung hampiri pria itu dengan cepat, sang pria yang saat itu sedang mengantar paket lantas saja berniat kabur karena cukup tahu siapa yang mengejar. Dia masih ingat dengan Kintan ternyata.

Pria yang hobi menutup kepalanya dengan hoodie itu coba kabur, Kintan mengejarnya dan menarik kerah jaketnya dengan kuat hingga ia membalik dengan cepat menghadapnya.

"Mau kemana kamu heh? Mau coba coba kabur ya setelah masuk ke dalam kandang singanya sendiri?" tanya Kintan membuat sang pria tak berkutik. Ia menunduk.

"Mana hapenya? Saya butuh sekarang juga hape itu!" tagih Kintan membuat pria bernama Wildan itu terdiam mematung, menunduk.

"Ayo cepat!"

Entah kenapa pria ini langsung menatapnya lebih berani dari yang tadi, menegakkan sedikit punggungnya. Dengan lantang ia berkata.

"Anda adalah selingkuhan pak direktur diperusahaan ini, dan kalau saya beberkan rahasia anda ke istri sah beliau, gimana ya nasib anda setelah ini?" tanya Wildan menatapnya tajam dengan masker hitam yang menutup senyuman seringaiannya.

"J-jangan bicara yang tidak tidak kamu! Tahu dari mana kamu kalau saya selingkuhannya!!"

"Pikiran anda begitu mudah ditebak." ujar Wildan menunjuk ke keningnya.
Kintan tak percaya, ia langsung menarik lengan Wildan dan membisikinya.

"Awas kalau kamu sebar berita itu ke istri sahnya. Nanti aku bakal tuntut kamu ke polisi." ancam Kintan.

Wildan menepis tangannya. "Sayangnya saya sudah punya banyak bukti untuk menjerat anda, nona." ujar Wildan, menunjukkan foto dirinya saat dipeluk Richard dari belakang.

Kintan kesal dan langsung merebut hapenya tapi Wildan tetap mempertahankannya tak membiarkan dirinya merebut.

"Satu, dua... Ti..." ujar Wildan tangannya berniat akan menekan kirim, ke nomor wa istri sah Richard. Kintan kesal sekali.

"Mau kamu apa sih!!" kesal Kintan coba merebut tapi berkali kali juga pria itu menjulurkan tangannya ke atas. Tak membiarkan dengan mudah hapenya direbut.

"Saya punya satu permintaan, nona. Dibanding menuntut saya, saya yang akan membalikkan keadaan ini, anda yang jadinya berada dibawah saya... Kuasa berada sepenuhnya ditangan saya..." ujar Wildan membuat Kintan tertekan.

Apa sebenarnya yang dia inginkan.
Diandra mengetuk pintu ruangan Lian terlebih dulu dan akhirnya masuk. Ia menyerahkan sebuah foto yang tak lain adalah Kalandra dan Jason.

"Jason kedapatan lagi bersama wanita ini, bagaimana respon kamu?" tanya Diandra. Lian menarik nafasnya.

Catatan author : Kintan itu Liana ya... Aku ganti nama Liana jadi Kintan

Sayap Sayap Patah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang