36

35 5 3
                                    

Kintan melotot saat melihat si cupu berkacamata dihadapannya adalah Wildan. "Loooo!!!"

"Kalian sudah saling kenal?" tanya bu Reni. Selaku HRD disana.

"Ya! Dia orang paling cari untung yang ada di dunia ini, dan enggak mau rugi!!" tandas Kintan, membuat Wildan tersungging sedikit perkataannya.

Meski langsung ia balas dengan elegan.

"Anda mungkin salah nona, saya tidak merasa pernah mengenal anda ataupun bertemu dengan anda..." ujar Wildan tersenyum manis. Kintan kesal bukan main.

"Pokoknya saya enggak mau tahu, kamu pecat dia sekarang juga!" tandas Kintan. Reni keheranan. "Pecat? I-itu mustahil bu..."

"Bisa, pasti bisa.... Ganti dia dengan orang lain pokoknya jangan dia yang jadi asisten saya!" tandas Kintan kesal.

"Maaf sebelumnya bu, perihal perekrutan karyawan, ini merupakan tanggung jawab saya, bukan ibu. Tapi saya berjanji jika dalam beberapa bulan pekerjaannya tidak sesuai dan buruk, maka saya akan bersiap untuk menghentikannya dari pekerjaan ini dengan merekrut kembali orang, sesuai dengan permintaan...."

"Akhhh!!! Saya tetap enggak mau!!! Akhh udahlah susah ngomong sama orang yang patuh sama aturan..." kesal Kintan dan langsung pergi meninggalkannya.

Ia kembali ke ruang kerjanya. Lain hal dengan Wildan yang tampak tersenyum menyeringai, ia langsung pergi dari sana.

Kintan meracau sepanjang didalam ruang kerjanya.

"Tuh orang kenapa bisa bisanya kerja disini sihhh!!! Akhhh!! Bukannya dia cuma kurir gak jelas sebelumnya? Kenapa ujug ujug langsung jadi asisten gue? Pendidikannya aja kagak tinggi, segala ngelamar jadi asisten... Langsung masuk lagi!! Dia pake kekuatan apa sihh bisa langsung masuk jadi asisten gua!!!" kesal Kintan.

Tiba tiba Wildan mengetuk pintunya, membawa berkas. "Exkus me nona cantik...."

"Gak usah pake segala bahasa inggris, ulangan bahasa inggris aja nol kamu..."

"Kok bisa tahu sebanyak itu sih tentang saya.... Apa jangan jangan nona nguntit saya selama ini?" tanya Wildan mengerlingkan matanya. Kintan kesal dan langsung muntah muntah. "Sumpah denger kamu yang kepedean kayak gitu buat saya mual..."

"Apa jangan jangan kamu lagi hamil anak kita nona?"

"Anak dari hongkong!! Amit amit cabang orok!!! Ketemu aja langsung sesek nafas!!" ucap Kintan mengetuk tumit jarinya ke meja berkali kali. Wildan memghampiri langkah demi langkah hingga berdiri ke hadapannya tepat, memegang dagunya.

"Penipu..."bisiknya.

Kintan langsung ngamuk, menghempas tangannya dan melempar apapun ke arahnya. "Gila! Gak waras!! Pergi kamu!!!"

Wildan coba menghalau apapun yang dilemparnya. "Hey! Lo harus biasain diri lah... Kita kan bakal sering ketemu mulai sekarang." ujar Wildan menepis.

"Oke, kamu jadi bawahan saya kan sekarang, kalau begitu saya pecat kamu sekarang juga! Pergi!!!" pekik Kintan masih terus melempar apapun benda yang ada disekitarnya.

Kerusuhan yang terjadi didalam ruangan itu memicu perhatian Tari, Putra dan Rio, mereka lagi dan lagi mengintip dari depan pintu.

"Kayaknya udah ketahuan jati dirinya, apa perlu kita bantu luruskan Put, tentang Wildan?" tanya Tari.

"Enggak perlu, nanti dia malah makin curiga sama kita... Tujuan awal kita kan nyari tahu dimana bisnis ilegal Richard Clandestein." ujar Putra.

"Jadi kita biarin aja nih? Rusuh begitu, gimana kalo nanti akhirnya malah ketahuan juga?" tanya Tari. Putra berkata pada Rio, memberi titah.

Sayap Sayap Patah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang