2

94 11 2
                                    

Kalandra berjalan cepat menuju ruko didepan sana. Ia terus terpaku pada jam tangannya hingga dirinya terobos saja pintu didepannya dan masuki.

Diruko itu Kalandra bekerja, sebagai admin. Tapi mirisnya kalau datang telat.
Ia akan kena.

"Lagi-lagi kamu telat.... Apa enggak bosen saya tegur?" tanya Anita dengan mata masih tertuju pada berkas dihadapannya.

"Maaf bu, barusan saya hampir mau kecopetan...." ujar Kalandra.

"Terus?"

"Y-ya langsung ditangkep copetnya."

"Sama kamu?"

"Sama polisi bu..."

"Besok besok datangnya pagian supaya enggak kecopetan lagi, copet juga senengnya waktu jam jam banyak orang.... Kamu milihnya di waktu itu sih..."

"O-oh iya...."

Namanya bu Anita, beliau memang yang paling rajin menegur orang. Meski begitu, dia cukup baik dalam memimpin tim di manajemen divisi mereka.

Profesi Kalandra disana sebagai admin, dia juga bekerja disana belum terlalu lama jadinya masih sering kena hal semacam itu. Seorang perempuan berambut cepol yang duduk disebelahnya segera berbisik.

"Pagi-pagi udah ngomel, biasa lah.... Kena omelan pak bos tadi.... " bisik Riska, Kalandra terkekeh. Entah kenapa ia jadi teringat perkataan dalam hatinya beberapa waktu lalu, yang persis mengatakan hal serupa.

"Emang pak bos ngomel kenapa?" tanya Kalandra.

"Enggak dapat tender. Padahal harganya udah bagus banget, dan beda selisihnya tipis banget sama perusahaan yang menang, tapi ya emang belum rejekinya." Kalandra mengohkan perkataannya.

Kalandra mulai menyalakan komputernya dan mulai kerjakan pekerjaannya, seperti menyortir invoice, mengeprint po dan berkas berkas lainnya.

Ia sepintas teringat dengan polisi tadi, aksi heroiknya memang keren, dia juga berwibawa dan cukup menarik perhatian dari penampilannya.

Dia seolah tahu jika pria itu memang sudah mengincar Kalandra sejak awal, bahkan kemungkinan setelah dirinya berada di halte tadi.

"Oh iya, udah denger berita terbaru belum?" tanya Riska berbisik. "Soal apa?" tanya Kalandra.

"Perampokan yang terjadi di daerah sini? Sampai masuk berita loh..." ujar Riska.

"Belum sih, emang ada korban?" tanya Kalandra.

"Ada, entah itu perampokan atau pembunuhan.... Ada yang bilang sih pembunuh berantai."

"Kok serem sih..."

"Makanya hati hati deh pulangnya... Rawan soalnya..."

"Duh, kita kan pulangnya malem..."

"Hayolooo... Makanya buruan punya suami supaya bisa anterjemput.."

"Kamu nihh... Suami terus yang dibahas..."

"Nanti keburu dibalap sama aku loh..."

"Tuh lagi kan... Udah ah..."

"Hahaha..."

"Yaudah kita pulang bareng aja kalo gitu..." ujar Kalandra.

"Aku kan ada yang jemput..." ujar Riska.

"Tuh auk ah.. Masa aku pulang sendiri..."

"Hahaha, hayolooo awas nanti diincer, tas baru pula..."

"Nyesel beli cash..."

"Hahaha...."

Waktu jam makan siang tiba, Kalandra biasa makan siang di warteg terdekat sana. Ia bahkan melewati tempat perampokan tadi yang dibahas, ia memboncengi Riska saat itu dengan motor Riska.

Sayap Sayap Patah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang