35

39 5 4
                                    

"Hihh merinding gue.."

"Dulu awalnya sih ada yang kesurupan, nah terus besoknya ada yang kena tumbal, kecelakaan kerja atau kecelakaan di jalan... Tiap hari ada aja yang jadi korban, entah itu yang luka luka atau sampai meninggal."

"Kok bisa sih jin bikin orang mati Kal?" tanya Riska sambil mengusap lengannya. Merinding.

"Terus yang punya pabrik ini kemana pak?"

"Masih suka kesini, enggak tahu ngapain. Kadang suka bawa truk, mungkin barang barang yang didalam pabrik mau dijualin, enggak tahu saya..." ujar satpam itu. Mereka mengangguk paham.

"Yang punyanya juga kasian sih Kal, gegara tuh jin malah bikin rugi mereka. Kasian gue mah." ujar Riska.

Setelah beberapa lama mereka saling mengobrol seputar pabrik berhantu itu, Kalandra dan Riska segera memenuhi tugasnya berada disana yaitu bertemu dengan orang kantornya dan melakukan kerja sama seperti biasa sesuai prosedur pekerjaan yang disuruh oleh Anita, sebagaimana itu adalah tugas mereka.

Selepas itu, mereka akhirnya keluar dari pabrik menuju motornya yang terparkir. Namun tiba tiba saja mereka mendengar ada suara teriakan dari dalam pabrik.

Tentu saja membuat mereka kaget mendengarnya. "Suara apa tuh Kal?" tanya Riska.

"Yuk kita samperin!" ajak Kalandra segera pergi dari sana, kembali masuk ke pabrik. Suasana kalap, kacau, barang berhamburan, berantakan semua, mesin mesin dan baju semuanya diobrak abrik, oleh lima wanita yang kesurupan.

Ada yang berteriak, ada yang tertawa dan ada yang menangis. Yang menonton ada yang merekam, ada juga yang ketakutan.

Banyak dari mereka juga menyingkir, ada juga dari mereka yang bantu menyembuhkan dengan membacakan ayat ayat alquran.

Riska menggidik ketakutan dibalik Kalandra. "Ih serem banget Kal, mereka sampe kayak gitu... Ini pasti gara gara jin penunggu pabrik depan Kal! Gila ya, impactnya sampe segitunya. Untung tadi kita enggak diapa apain... Hihhh..." ujar Riska.

Kalandra merasa khawatir. Didalam hati ada keinginan untuknya membantu, apalagi makin banyak yang tertular ikut kesurupan.

Kalandra segera menghampiri para karyawan itu dan akhirnya memberanikan diri membantu, membacakan ayat ayat.

"Kal lo ngapain sih! Malah ikut ikut!"

"Kamu pulang aja duluan aku mau bantu..."

"Akhhh stres lu..."

Mau tak mau Riska pun jadi ikut menunggunya disana.

"Ini gara gara kalian!!! Gara gara kalian memasuki pabrik itu sembarangan!!! Kalian anak tidak tahu diri!!!" pekik wanita itu, membuat Kalandra dan Riska merasa bersalah. Mereka tahu jelas yang dibicarakan wanita kesurupan ini adalah mereka sendiri.

"Sekali lagi kalian memasuki pabrik itu!!! Kalian akan celaka!!! Kalian akan celakaaaa!!!!"

Riska semakin bergidik. Ia menyenggol Kalandra memberi kode sangat amat ketakutan. Kalandra ikut merasa bersalah.

Tak lama kemudian Kalandra sudah sampai didepan rumah Riska. Ia segera memulangkan motornya padanya. Riska membawa motornya.

"Tadi tuh bener bener nyeremin banget sumpah, sampe sekarang gue merinding tau!! Lo nihh nyari gegara..."

"Iya maaf..."

"Tapi yang gue heran ya, kenapa yang jaga pabrik itu dan yang punyanya enggak pernah kenapa napa ya bolak balik kesitu.... Aneh loh..." ujar Riska.

"Iya aku juga mikir gitu... Masa sih punya pelindung diri?" tanya Kalandra.

"Hihhh serem, disuruh masuk lagi kesana dibayar ratusan juta juga gue ogah deh...."

"Makasih ya motornya... Aku pulang dulu..."

"Hati hati ya... Awas dibelakang, ada yang ngikutin lohh.."

"Hishhh!! Kamu nih, bikin parno!!"
Kalandra berjalan menuju jalan raya, dimana ia menunggu bis yang lewat, yang searah dengan rumahnya. Meski sayangnya menunggu sampai adzan maghrib berkumandang masih tidak ada bus searahnya yang datang.

Kalandra menghela nafasnya.

"Kemaghriban deh... Apa shalat dulu ya... Takut kemaleman..." ujar Kalandra bingung. Namun tiba-tiba saja sebuah mobil menepi didepan Kalandra. Tentu Kalandra dibuat terkejut dengan kedatangannya apalagi saat kacanya dibuka dan terlihat Lian disana.

Tersenyum. "Lagi lagi pulang kemalaman... Kebiasaan..." ujar Lian menyindir.

Kalandra garuk garuk kepala seraya terkekeh. "Ayo masuk, saya antar kamu pulang..." ujar Lian.

Kalandra mau tak mau langsung masuk ke dalam mobilnya, duduk di kursi depan sebelahnya.

Selang beberapa menit, mereka saling terdiam di dalam mobil, hanya terdengar suara mesin mobil saja. Lian tak mau mendiamkannya begitu saja, ia segera berkata.

"Untung saya pulang juga jam segini... Kamu lembur apa gimana?" tanya Lian.

"E,eh...Dijalanan macet tadi, aku habis dari pabrik..."

"Pabrik? Ngapain?"

"Habis ada kerjaan disana. Eh ada aja kejadian yang bikin syok..."

"Kejadian apa?"

"Kesurupan massal.... Katanya itu dari setan pabrik depan... Katanya pabrik depan angker banget jadi setannya pada main kesana..."

"Pfttt..."

"Awalnya kita sempet nyasar, terus malah nyasar ke pabrik depan, kaget kan, sepi kayak gitu pabriknya, udah enggak terurus, nah terus ada ibu ibu yang dateng nyuruh kita pergi, katanya kita salah, harusnya pabrik depannya yang kita tuju. Nah putar balik lah kita ke pabrik depan. Eh tahunya malah banyak yang kesurupan di pabrik tujuan kita. Katanya gegara kita ke pabrik angker itu jadi setannya ngamuk, nyuruh kita jangan kesana lagi..."

Lian masih tertawa. "Tunggu, jadi setan itu masukin orang orang sana sambil ngamuk disebabkan marah sama kedatangan kalian ke pabrik angker tadi?"

"Iyaaa..."

"Hahaha... Ada ada saja."

"Serem akhh, sampai merinding aku... Mana pulangnya jadi malem gegara hal itu. Ya salahku juga sih ikutan membantu mereka. Habisnya merasa bersalah jadinya..."

"Hahaha.... Kasihan banget sih kamu. Untung enggak diculik setan itu barusan."

"Huuuu....."

"Oh iya, saya juga ada kejadian menarik tadi..."

"Cerita dong..."

"Saya menghire orang baru sebagai asisten saya... Dia adalah penjahat yang beberapa waktu ini saya buru."

"Ehh??? Maksud bapak, yang bisa membaca pikiran itu?"

"Yap..."

"K-kok bisa pak, apa enggak takut dia melakukan hal jahat lagi?" tanya Kalandra.

"Tenang aja, enggak bakal kok, tentu nanti akan ketahuan kalau dia mencoba melakukan hal itu, lagipula saya merasa dia cukup membutuhkan posisi itu."

"O-oh... "

Esok harinya Wildan sudah sampai di kantor polisi, ia bertemu dengan Lian diruangannya. "Misi pak..."

Tiba tiba Putra menghampiri Lian dan berbisik padanya.

"Bapak gila apa, mau ngehire orang kayak dia? Bapak tahu sendiri kan dia mantan preman jalan.... Suka mencuri, pantesnya dia tuh masuk penjara pak..." bisik Putra.

"Yang atasan disini sebenarnya kamu atau saya? Soal urusan ini biar saya yang atur... Kamu enggak perlu ikut, ada banyak hal yang mesti kamu selesaikan juga kan." ujar Lian.

"Tapi pak..."

"Udahlah terima dia..."

Wildan yang tahu sedang dibicarakan terus menunduk. Putra mau tak mau segera keluar dari sana, menerimanya terpaksa.

"Sekarang saya titah kamu dan Tari, Putra serta Rio ke kantor Clandestein, kamu ikut menyamar jadi pegawai sana, khususnya kamu Wildan, saya tugaskan kamu untuk dekati Kintan dan cari tahu dimana tempat Richard menyembunyikan bisnis ilegalnya.." ujar Lian.

"Baik pak..."


Sayap Sayap Patah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang