22

51 3 2
                                    

"Dari mana kamu dapat foto ini?" tanya Lian curiga.

"Yang harus kamu tanyakan adalah kenapa mereka bisa berduaan lagi seperti ini? Apa ini kehendak wanita itu? Memang ya... Gadis yang kamu kagumi itu cukup mengesankan, dia memiliki dua lelaki simpanan sekaligus. Satu polisi, satu mafia... Luar biasa sekali." ujar Diandra.

"Jangan sekali kali kamu berkata diluar pemahaman kamu, mungkin ada alasan kenapa dia bertemu lagi dengannya..."
"Kamu masih membelanya? Setelah dikhianati seperti itu..?" tanya Diandra tak habis pikir.

"Sejak awal saya memang tidak terikat hubungan apapun dengannya. Dan saya berkata seperti itu juga karena kita tidak berada disana... Jangan selalu menyimpulkan semua dengan amarah dan apa yang dilihat dari satu sisi." ujar Lian.

"Heran deh. Kayaknya semua penghargaan yang kamu terima, bakal bernilai sia sia deh dikarenakan wanita ini.."

Lian terdiam.

"Jangan halangi aku ya... Untuk berbuat hal lain lagi..." ujar Diandra langsung pergi meninggalkannya.

"Apa maksud... Hey Dian! Saya masih belum selesai bicara!" tandas Lian menyusulnya keluar.

Putra menghela nafasnya. Melihat mereka yang saling kejar-kejaran.

"Heuh... Mereka kenapa sih jadi gitu?" keluh Putra.

Tari ikut bersuara. "Ini tuh kayak di filem filem enggak sih? Cewek yang satu dari kalangan biasa, dan cowoknya mafia dan polisi... Mirip drakor enggak sih?" ujar Tari kagum.

Rio yang biasanya hanya diam kini tertawa meski kecil.

Ia masih menghormati mereka sebagai seniornya.

Putra ikut tertawa. "Terus kita disini sebagai apanya?"

"Sebagai pohon... Yang menari nari ditiup angin... Jreng gonjrenggg gonjrenggg.."

"Haha lu jadi tukang pecelnya..."

"Apa sih mana ada didrama ada tukang pecel..."

Komandan Heri memberikan berkas ke atas meja Tari. "Dasar kalian, malah sibuk ngerumpi. Nih ada kerjaan buat kalian..."

"Ini apa pak?" tanya Tari mulai membuka berkasnya dan terkejut saat melihat isinya. Sebuah foto yang tak lain adalah Kintan. 

"Ini, siapa pak?" tanya Tari.

"Lian bilang dia adalah wanita selingkuhan Richard." ujar Heri. Tari tak percaya.

"Wanita ini selingkuhan Richard Clandestein? Maksud komandan saya harus ngapain ya komandan?" tanya Tari.

"Kalian saya titah untuk mendekati wanita itu. Buat kalian terlibat dalam beberapa hal dan menjadi teman baiknya. Lalu darisana kalian bongkar segala macam praktik ilegal yang dijalankan bosnya. Bagaimana? Kalian sanggup? Bayaran mahal untuk kalian yang berhasil menjalankan misinya." ujar Heri.

"Tentu saja kita sanggup komandan..."

"Sama Rio juga dibawa, jangan ditinggalin. Ajarin dia tentang hal hal yang mesti dilakukan jangan ajarin yang aneh aneh loh." ujar Heri.

"Oke komandan!"

"Siap komandan!"

Kalandra berada di halte X sekarang. Menunggu bus datang kembali menjemput. Sembari itu, ia selingkan waktunya menunggu dengan mendengar musik piano melalui earphonenya.

Yiruma - Meaning of time. Itulah musik piano yang sedang ia dengar saat ini. Ia luangkan waktunya melihat ke atas langit.

Lalu mulai memejamkan matanya. Angin berhembus sejuk, sebuah gambaran imajinasi gadis berkerudung abu abu dengan gamis abaya berwarna putih.

Sayap Sayap Patah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang