20

44 3 2
                                    

Ia mulai mencekiknya, namun tiba-tiba saja pintu ruangannya dibuka, ternyata ada suster yang berniat memeriksanya.

"Anda siapa ya?" tanya suster itu curiga, dokter gadungan tersebut langsung tercekat, ia langsung kabur detik itu juga darisana.

"Hey!!" pekik suster yang tak sempat mengejarnya, ia langsung lihat keadaan Jason saat itu, khawatir diapa-apakan oleh pria barusan.

Disaat yang sama muncul Leo menghampiri susternya bersama dengan Kintan.

"Bagaimana keadaan tuan Jason sus? Apakah sudah sadar?" tanya Leo.

"Keadaannya lebih baik, tapi untuk sadar atau tidaknya beliau, masih harus mendapatkan penanganan lebih oleh dokter karena luka serius dikepalanya akan sedikit menyulitkan beliau sadar lebih cepat..." ujar suster.

"Baik sus... Lakukan semua sesuai yang dianjurkan dokter. Kami akan menuruti apapun yang dokter ingin lakukan.." ujar Kintan.

"Baik.."

Beberapa saat kemudian Kintan dan Leo diperkenankan untuk keluar dari ruang IGD.

"Gegara disuruh bapake, gue jadi disuruh ngurusin anaknye disini termasuk urusan administrasinye... Kenape enggak lu tengokin aja si bambang, pake segala nyuruh gue, apa kaga kepengen lu liat anak lu. Emang bapak paling bener sedunia..." batin Kintan seraya tersenyum pada suster penjaga kasir dihadapannya.

Selepas ia berikan cek berupa uang tunai ke suster tersebut.

Kintan berniat akan pergi namun tak sengaja bertubrukan dengan seorang pria hingga dirinya menjatuhkan ponselnya.

Pria itu langsung berkata. "Maaf." Sambil mengambil ponsel milik Kintan.

Kintan cukup tersentak saat melihat pria dihadapannya ini, yang terlihat seumuran dengannya dan cukup tampan, matanya sedikit tertutupi oleh topi hitamnya.

Kintan menerima ponselnya namun mati bahkan retak layarnya.

"Hapenya mati ya?" ujar pria itu. "Kalo diliat-liat bening juga dia... Gue kerjain ah." batin Kintan.

"Kayaknya ini rusak deh hapenya... Harus beli baru....Saya enggak mau dibenerin, maunya dibeliin baru." ujar Kintan blak-blakan.

"O-oh iya nanti saya ganti... Alamat rumah mbak dimana? Nanti saya kirimin hape baru ke alamat mbak..." ujar pria itu.

"Cih, lumayan juga akting gue kan muehehe, bisa dapet penghargaan oscar enggak ye... asyikk dapet hape baru..." batin Kintan merasa puas. Ia kembali berkata.

"Saya takutnya nanti kamu enggak kirim hapenya, saya mau kamu serahin benda apapun itu sebagai jaminan. Yang bernilai.... Supaya saya yakin." ujar Kintan membuat pria itu kemudian langsung menulis alamat rumahnya, besok saya akan kirim hapenya, kalau kamu masih belum menerima hapenya silakan bawa polisi ke rumah saya." ujar pria itu. Kintan merasa setuju.

"Oke..."

Saat makan siang, Kalandra terlihat tak berselera makan. Kini tempat makan mereka pindah ke rumah makan padang. Riska dan Anita yang mengusulkan hal itu.

"Sambel ijonya bun, mantap benerrr, bikin goyang lidah..." ujar Riska selepas menghabiskan satu piring nasi padangnya.

"Kayaknya tempat ini beneran harus kita jadiin tempat buat makam siang setiap hari deh..." ujar Anita.

"Setujuuu.." ucap Riska.

Kalandra terlihat galau, makanannya juga tidak ia habiskan. Terus diaduk-aduk. Anita dan Riska cukup menyaksikan perubahan moodnya belakangan ini.

"Kenapa sih? Diem bae..." tanya Riska menyinggung Kalandra. Gadis yang disinggungnya justru berkata.

"Enggak apa-apa... Cuma lagi enggak selera aja.." ujar Kalandra memalingkan wajahnya. Riska berniat menghiburnya saat itu.

"Eh tebak... Gue dapat apa kemarin... Gue dapet nomor polgansol...!!!" ucap Riska membuat Anita terlonjak.

"Yang bener??? Mana minta nomornya!" ucap Anita. Kalandra menghela nafasnya.

"Eits nanti dulu... Bilang dulu kalo aku cantik kayak bidadari terus setelahnya lompat dari burj khalifa..." ujar Riska.

"Dih enggak waras... Masih pengen idup lah, lagian kejauhan burj khalifa... Mau jadi oncom lompat darisitu.." ujar Anita. Riska tertawa geli mendengarnya.

Kalandra masih terus terdiam, tak sama sekali ikut menertawakan yang mereka obrolkan. Sampai ia merasa apakah itu cukup garing sampai dirinya tidak mau ikut tertawa.
"Kal, mau gak nomornya?" tanya Riska menawarkan. Kalandra menggeleng. Ia tak fokus mendengarnya, sibuk mengaduk makanannya.

Riska menghela nafasnya, Kalandra kenapa sih.

Waktu bekerja juga Kalandra berkali-kali ditegur Anita karena kerjaannya yang tak sesuai. Dan banyak melakukan kesalahan.

Hingga bahkan Anita sempat bertanya padanya. "Are you okay??"

Dari jalannya juga ia sering menabrak dinding. Riska benar-benar keheranan. "Dia kenapa sih?"

Sepulang kerja Kalandra tak berpamitan dengan Riska dan langsung pergi begitu saja. Riska tahu jelas pasti ada yang tidak beres dengannya.

Ia khawatir Kalandra pasti akan melakukan kesalahan lagi sekarang. Dan benar saja ia tiba-tiba kedapatan diserapah oleh pengemudi motor dijalan.

"Cari mati lu!!" tandas pria itu. Riska sesegera mungkin hampiri Kalandra saat itu.

"Kal, lo kenapa sih?" tanya Riska menyetop Kalandra.

"Riska?"

"Lo kenapa?!"

"Kenapa apa?"

"Lo seharian ini aneh banget... Ada masalah apa sih?" tanya Riska.

"Enggak kenapa napa... Aku mau pulang..." ucap Kalandra menjauh pergi, namun tiba-tiba saja ia hampir mau ditabrak lagi.

"Kalaaaaa!!!"

Kalandra kabur detik itu juga saat mau dikejar oleh Riska. "Pergi lagi tu bocah..." keluh Riska.

Kalandra terus berlari hingga sampailah ia ke depan jembatan layang yang dibawahnya ada jalan tol.

Sejujurnya ia belum pernah kesini, apalagi malam-malam seperti ini. Satu kata yang ia bisa utarakan. Indah...

Suasana malam yang sejuk, bertaburan bintang diatas langit serta lampu-lampu kota yang bisa terlihat bentangan cahayanya darisana. Indah sekali. "Aaaaaaa indah banget.... Kok aku bisa nyasar kesini sih..." ujar Kalandra merasakan hembusan anginnya yang begitu sejuk menerbangkan anak rambutnya.

Sepintas semua kegalauannya hari itu sirna begitu saja. Bahkan ia langsung menggunakan kesempatannya disana untuk memekikkan orang yang ia benci.

"Lian menyebalkannnn!!! Aku benci kamuuuu!!! Kamu pikir aku sebodoh itu hah!!! Aku enggak akan percaya lagi sama kamu!!!! Aku harap kita enggak akan ketemu lagi!! Semua kebaikan kamu selama ini omong kosong!!! Licik!! Kamu pikir kamu bisa mempermainkan aku lagi dan bertingkah layaknya seperti semula! Enggak akan!! Bermuka dua!! Jangan harap aku mau maafin kamu!!! Selamat tinggal!!!" pekiknya dengan kencang, hingga tak ada yang lebih membuat para pejalan sana maupun pengendara yang lewat jadi ikut memusatkan atensi padanya.

"Aku benci! Puas kamu!!!"

Esok paginya. Kalandra menyiapkan sarapan untuknya berangkat kerja. Kini masih pukul 7, ia luangkan waktu menonton berita terlebih dulu.

Seorang presenter berita sedang membahas soal penangkapan Jason yang baru baru ini gagal.

"Dikatakan anak konglomerat kaya tersebut terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit. Kabarnya para polisi gagal menangkap anak dari Richard Clandestein, sang pebisnis paling dicari belakangan yang katanya terlibat atas kasus penggelapan uang investasi ilegal." ujar presenter.

Kalandra meminum segelas airnya cukup banyak dengan mata menyorot ke televisi.

"Bahkan dikabarkan Jason terlibat cinta segitiga dengan seorang wanita dan seorang polisi..." Kalandra langsung menyembur air yang diminumnya saat itu.

"Hahhhh???"

Sayap Sayap Patah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang