21. elard's past

270 12 0
                                    

"Kenapa kau memukul anak itu hah?! Kau membuat ku hampir berada di dalam masalah! Biar aku beri kau pelajaran!" Alan tanpa ampun memukuli anaknya yaitu El beberapa kali. Meskipun El menangis, Alan tetap tidak peduli dan masih menghukum atas kesalahan El yang hanya ingin membela dirinya ketika ditindas oleh anak sebayanya di sekolah.

Anak sebaya yang El pukul itu ternyata adalah anak seorang tokoh terkenal di daerah tersebut. Sehingga ayahnya sangat murka pada El lalu memanggil orangtua El untuk bertanggungjawab dan meminta bayaran yang besar. Jika tidak mereka akan mengadukannya pada pihak kepolisian.

Alan pun memilih membayarnya karena tidak ingin berurusan dengan kepolisian. Karena itu sekarang Alan sangat murka pada El. Lena ibu El, hanya bisa menatap anaknya kesakitan didepan matanya karena ia sudah kesulitan berdiri akibat ulah suaminya yang memukulinya duluan.

"El..." Gumam Lena sambil menangis menatap nanar ke arah depan dengan tangan terulur ingin menjangkau El. Namun apa daya tubuhnya sulit ia gerakkan.

Alan pergi ke kamar membawa tongkat besi lalu kembali keruang tengah menghampiri Elard yang sudah terkapar dilantai sambil melindungi kepalanya dengan tangan.

"Kau harus disiksa seperti apa biar kau mengerti hah?!" Alan mulai mengayunkan tongkat besi ditangannya.

"Tidak!" Lena langsung berlari kearah El tanpa memperdulikan dirinya sama sekali, lalu memeluk tubuh kecil El untuk melindunginya.

Bughh...

Tongkat besi itu mengenai kepala Lena hingga mengalami pendarahan yang hebat. Alan yang baru sadar atas perbuatannya langsung menjatuhkan tongkat itu lalu bersimpuh di depan Lena dengan ekspresi terkejut dan bersalah.

"Ibu? Ibu.... Hikss ibu bangun!!" El yang menyadari ibunya mulai kehilangan kesadaran langsung menyimpan kepala ibunya diatas pangkuannya. Darah mengalir ke pakaiannya tapi tak ia hiraukan El langsung menangis histeris saat itu sambil memanggil-manggil ibunya.

"Ibu menyayangimu El..." Ucap Lena dengan nada lemah yang masih bisa El dengar, lalu ia pun akhirnya meninggal dipangkuan anaknya. El bisa merasakan suhu tubuh ibunya itu perlahan mulai dingin dan warna kulitnya semakin pucat.

Alan yang kebingungan dan ketakutan langsung melarikan diri dari rumah. Dipikirannya saat ini adalah kabur dari situasi itu, dia tidak mau berurusan dengan polisi dan menghabiskan waktunya dipenjara.

Sementara El masih berusia 7 tahun saat itu hanya bisa menangisi ibunya yang sudah tidak bernyawa dipangkuannya. Elard tak henti memeluk dan mencium ibunya sambil menangis, berharap ibunya hanya tidur sementara.

"Ibu... Bangun.. Jangan tinggalkan El sendirian. El takut bu.. Hikss hikss... Bangunn ibuu..." El menggoyangkan pelan tubuh ibunya yang sudah semakin kaku dengan tangisan semakin pecah dan menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

"El tidak punya siapapun lagi selain ibu hikss jadi Bangunlah... Hikss ibuu..."

.
.
.

"Aku seperti mendengar suara orang menangis. Apa itu El? Tidak ada orang lain lagi selain kita berdua di rumah ini kan? Alea langsung bangkit dari tempat tidurnya lalu keluar dari kamar.

" Suaranya semakin jelas dari kamar El. Kenapa ia menangis ya? Lalu suara tangisannya sangat menyedihkan sekali." Alea pun dengan ragu membuka pintu kamar El lalu masuk ke dalam kamar itu.

"Ibu.. Maafkan aku... Hikss.. Haaa ibu...."

"Apa dia memimpikan ibunya? Sebenarnya apa yang terjadi pada ibunya sampai El selalu bermimpi buruk seperti ini?" Gumam Alea merasa kasihan.

Alea pun duduk di pinggir ranjang El sambil menatap wajah El yang menangis dalam tidurnya dengan ekspresi menyedihkan.

"El apa aku bisa membantumu? Kenapa kamu bisa sesedih ini? Apakah sangat menyakitkan?" Tangan Alea terulur lalu mengusap-usap pelan rambut El. Perlahan wajah El langsung tenang dan ia berhenti menangis dalam tidurnya.

Ahh sekarang dia sudah berhenti menangis. Ekspresi wajahnya pun sudah tenang. Apa karena aku menyentuhnya? Apa sentuhan ku mengingatkan dia pada ibunya ya? Baguslah aku bisa sedikit membantu. Alea masih mengusap-usap lembut rambut El.

Tappp..

Alea terkejut karena tangannya dipegang erat oleh El saat itu. Lalu tiba-tiba El bangun dan langsung menarik tubuh Alea hingga terjatuh ke kasur dan El ada diatas Alea sambil memegang kedua tangan Alea.

"Siapa kau?" El masih setengah sadar saat itu. Lalu karena kamarnya gelap cukup susah melihat juga.

"I.. Ini aku Alea." Jawab Alea terkejut sekaligus takut. El baru sadar bahwa dirumahnya sekarang ada orang lain selain dirinya.

"Alea kenapa kau ada disini?" Ucap El masih mengunci tubuh Alea.

"Ma.. Maaf saat tidur aku mendengar suara seseorang menangis. Jadi aku memasuki kamarmu, karena takut ada apa-apa." Jawab Alea sedikit gemetar.

"A.. Apa kamu baik-baik saja El?" Tanya Alea sambil menatap El.

El hanya diam sambil menatap wajah Alea yang perlahan mulai jelas dimatanya. "Jadi tadi itu Alea? Aku kira tadi tangan ibu yang membelai rambutku. Hingga akhirnya aku sadar bawa ibu sudah tidak ada, jadi aku langsung bangun dari tidur ku." Pikir El



Bersambung

A MAN WITHOUT FEELINGS FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang