"Ughh.." Alea mulai sadar, matanya mengerjap-ngerjap menyesuaikan cahaya yang masuk. Sinar matahari ternyata sudah terbit dibalik jendela yang mengarah ke tempat tidur.
"Ini dimana?" Alea perlahan bangun dari posisi tidurnya. Ia melihat keadaan tubuhnya. Kedua kaki dan tangannya terlihat sudah diobati. Lalu kaki kirinya yang terkilir semalam sudah diperban dengan rapih.
"Kenapa dia malah mengobatiku? Aku kira aku akan langsung dibunuh dia semalam."
Saat melihat baju yang ia kenakan berbeda dan terasa longgar Alea langsung terkejut dan menyilangkan kedua tangannya didada. "Apa yang sudah dia perbuat padaku?!"
Alea pun mencoba berdiri dan berusaha mencari jalan keluar. Tapi saat ia keluar dari ruangannya, ia sayup-sayup mendengar suara rintihan seseorang. Kadang suaranya seperti orang yang menangis putus asa.
Alea pun sadar suara itu berasal dari kamar yang ada disebrang ruangannya. Lalu karena penasaran Alea pun mendatangi ruangan tersebut lalu membuka pintunya perlahan.
Keadaan di dalam kamar itu gelap tapi sedikit terang karena ada cahaya matahari masuk sedikit dari tirai jendela yang belum dibuka. Alea pun perlahan masuk ke dalam kamar itu lalu berdiri disamping El yang masih tertidur dengan gelisah. Keringat dingin menetes dari dahinya. Raut wajahnya seperti ketakutan akan sesuatu, ada juga ekspresi sedih di dalamnya.
"I.. Bu.. Ibu.. Emm.. Ma..af.." Alea mendengar El mengigau dalam tidurnya.
Sepertinya dia sedang bermimpi buruk. Apa mimpinya semenakutkan itu hingga ia mengigau parah seperti ini? Jika melihat dia yang tertidur sekarang dengen ekspresi sedih seperti itu sangat berbeda dengan dia kemarin malam yang sangat menakutkan. Alea merasa sedikit iba pada El. Ia berpikir El jadi seperti ini pasti karena trauma masalalunya. Tapi tetap saja perlakuan kejam El tidak bisa dimaafkan. Apalagi dia sampai menculik seseorang, itu sudah termasuk kejahatan.
Alea pun segera pergi dari kamar El karena takut El terbangun dan melihatnya disana. "Aku harus cepat keluar darisini." Gumam Alea.
Ternyata Alea berada di lantai 2, ia melihat pintu keluarnya ada dibawah tangga. Dengan jalan terpincang Alea menuruni tangga. Lalu berjalan sedikit cepat ke depan pintu.
Alea berusaha membuka pintu itu namun gagal. Ia lalu mengecek jendela namun semua jendela itu dipasang besi tralis dan tidak bisa dibuka.
Alea sedikit putus asa sambil menatap keluar jendela memperhatikan sekitarnya.
"Sekeliling rumah ini hanya ada hutan, aku tidak melihat ada jalan atau rumah warga. Apa rumah ini ada ditengah hutan? Kalau begitu aku tidak akan bisa lari darisini?!" Ekspresi Alea berubah panik.
Krucukk..
Perut Alea berbunyi lumayan keras. Ia baru ingat belum makan dari kemarin. Sudah pasti perutnya kelaparan.
"Kabur itu butuh tenaga, aku harus mencari sesuatu yang bisa dimakan." Alea pun mencari dapur di rumah yang cukup luas itu.
Setelah menemukannya Alea langsung melihat isi kulkas. "Wahh ternyata banyak bahan makanan disini. Dimana dia belanja bahan makanan sebanyak ini? Di tengah hutan belantara begini?" Heran Alea, tapi dia berusaha tidak memikirkannya.
Setelah mengambil bahan-bahan dari kulkas Alea pun mulai memasak. "Ahh apa ada orang yang diculik tapi malah masak dengan bebas dirumah penculiknya? Sepertinya hanya aku. Aku tidak peduli itu sekarang. Manusia butuh makan untuk bertahan hidup, jadi aku akan melakukan apapun." Alea mulai mengiris bahan-bahannya lalu menanak nasi. Setelah itu dia mulai memasak makanannya.
Aroma masakan Alea sampai ke kamar El, karena Alea tidak menutup pintu kamar El dengan rapat tadi.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
A MAN WITHOUT FEELINGS FALL IN LOVE
Mystery / ThrillerElard adalah seorang lelaki yang benci dengan cinta, hingga akhirnya dia bertemu Aleasha seorang gadis yang penuh dengan cinta. Akankah pandangan El tentang cinta berubah?