18. walking together

256 18 0
                                    


El menatap bingkisan kado dari Lucas yang ada di atas tempat tidurnya. "Aku harus simpan dimana benda itu? Jika dibuang, Alea pasti akan menyadarinya." Pikir El.

Tringg...

Ada pesan masuk ke HP El. Lalu El pun membuka pesan yang ternyata dari Lucas.

Lucas Zachary

"Apa kau suka hadiahnya El? Ahh maksudku apa istrimu suka hadiahnya?"

Elard Cullen

"Diam kau! Kau ingin mati?"

Lucas Zachary

"Haha sepertinya kau menyukainya, ahh ya Reynold sudah mulai bergerak. Kau harus mulai hati-hati dari sekarang. Dia mengincar bos dan juga kau."

Elard Cullen

"Seharusnya aku singkirkan dia dulu. Bersama kakaknya itu."

Lucas Zachary

"Sekarang sudah terlambat, pihak Barat sekarang semakin kuat karena bekerja sama dengan Timur. Jaga istri cantikmu itu, jika kau mau menitipkannya padaku, aku akan sangat senang haha."

Elard Cullen

"Tutup mulutmu sebelum aku merobeknya!"

Lucas Zachary

"Aihh takotnyee.. Haha. Aku masih tidak menyangka kau sudah menikah. Aku kira kau tidak akan pernah menikah. Lalu ternyata kau menyukai gadis polos dan menggemaskan seperti nona Alea. Aku kira type mu adalah wanita psikopat seperti dirimu. Haha."

Setelah membaca pesan terakhir dari Lucas, El pun melempar HP nya ke atas tempat tidur tanpa membalasnya.

"Polos? Menggemaskan? Haa menyebalkan. Aku tidak ingin siapapun tahu tentang Alea. Tapi dia tiba-tiba datang dan bertemu Alea. Dari sekian banyaknya orang Andrew kenapa harus Lucas yang mempunyai mulut ember bocor itu? Aargghh menyebalkan." El mengacak rambutnya sendiri.

Tok tok tok

Saat El mendengar ketukan pintu kamarnya, El langsung panik dan langsung menyimpan kado itu di dalam lemarinya kemudian menguncinya. "Akkh hampir saja. Untung aku menutup pintunya." El pun segera berjalan kearah pintu kamar lalu membukanya.

"Ada apa?" Tanya El dengan ekspresi datar pada Alea yang berdiri di depan kamarnya.

"Emm gas untuk memasaknya habis." Ucap Alea sedikit ragu.

"Ahh aku lupa membeli cadangannya." Pikir El.

"Aku akan membelinya sekarang." El masuk ke kamar lalu mengambil kunci dan dompetnya. Saat El keluar kamar, Alea masih berdiri di depan kamar El.

"Ada apa?"

"A.. Apa aku boleh ikut?" Tanya Alea ragu.

"Tumben dia ingin ikut, saat diajak belanja dia tidak mau." Pikir El.

"Ikutlah." El jalan duluan menuruni tangga.

"Ahh.. Te.. Terimakasih." Alea mengikuti El dari belakang.

.

Mereka bedua pun jalan kearah garasi mobil. Alea jalan di belakang sambil memperhatikan El yang membawa 2 tabung gas besar di masing-masing tangannya.

Dia sangat kuat, apa itu tidak berat? Aku ingin menawarkan bantuan tapi El pasti menolaknya. Ah sudah diam saja, aku sudah bersyukur El mengizinkan aku ikut bersamanya. Semenjak teman El datang ke rumah, aku jadi takut di rumah sendirian. Jadi aku ingin ikut bersama El.

"Kenapa jalan di belakang? Jalanlah di sampingku." Ucap El.

"Ahh I.. Iya." Alea pun mempercepat langkahnya lalu jalan di samping El.

"Apa kamu perlu bantuan?"

"Tidak perlu."

Sudah aku duga. Dia pasti menolaknya.

Setelah sampai di garasi El dan Alea pun menaiki mobil.

El memakai seat belt nya lalu menyalakan mesin mobil. Sementara Alea terlihat kesusahan memakai seat belt miliknya. El pun memperhatikan Alea yang kebingungan sendiri. El pun melepas kembali seat belt miliknya.

"Diamlah" Alea pun langsung diam dan menatap kearah El. Lalu El mulai mendekat kearah Alea dan semakin dekat. Alea masih mematung diposisi semula sambil menatap lurus dengan jantung berdebar karena wajah El sangat dekat dengannya. Lalu tangan kanan El terulur untuk menarik seat belt Alea kemudian memasangnya. Setelah selesai memasangnya wajah El yang berjarak beberapa CM dari Alea masih belum mundur.

Karena Alea sudah merasa sangat malu ia pun menutup kedua matanya. Sementara El yang sedari tadi memperhatikan wajah Alea tersenyum tipis. Mata El memperhatikan setiap inchi wajah Alea hingga tatapannya berhenti di bibir Alea yang berwarna pink alami. El menelan salivanya kasar, pikirannya mulai memikirkan hal gila. Setelah itu El langsung mundur lalu memakai seat beltnya kemudian melajukan mobilnya.

Alea pun perlahan membuka matanya, perasaannya mulai kembali lega lalu ia menyenderkan tubuhnya ke kursi sambil menatap lurus ke jalan. Hahh aku selamat, aku pikir El akan... Ahh berhentilah membayangkannya!! Jantungku benar-benar berdebar cepat karena wajah tampan El sedekat itu. Aarrgghhh berhentilah memikirkannya!! Iyaa iyaa aku tahu El memang tampan. Tapi jika sedekat itu dia terlihat sangat tampan!! Aargghh ada apa denganku?!!

Disepanjang jalan, mereka berdua hanya diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.



Bersambung





A MAN WITHOUT FEELINGS FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang